5. Rasa Sakit Dan Kenikmatan Dalam Satu Waktu

12K 183 6
                                    

"Bang, gila ya, bokong abang gede banget!" Rama memulai percakapan, membiarkan jemarinya mulai meresapi kepadatan dan kekenyalan dari otot gluteus maximus Dewo.

"Haha, iya lah, Abang kan nggak pernah skip Leg day," sahut Dewo, mencoba menutupi rasa gugupnya dengan tawa. Ada semacam kegembiraan tersembunyi dalam suaranya, meskipun dia mencoba menahannya. Merasa risih Dewo mencoba mengalihkan perhatian Rama kembali ke kakinya, ia menjulurkan tungkai kakinya ke kanan, dan mengkontraskikan semua otot di tungkai kaki itu sehingga masing-masing otot disana membelendung bangga

Rama tak menggubris, fokusnya sekarang adalah pada eksplorasi yang sedang ia lakukan. Jari-jarinya bergerak lebih percaya diri, memijat dan meremas bahan berotot yang begitu padat hingga ia bisa merasakan kekuatannya. Otaknya seolah sedang memetakan sebuah topografi baru, sebuah dunia yang begitu eksotis dan penuh dengan potensi.

"Bang, coba tarik napas dalam-dalam, rileksin ototnya," perintah Rama, membiarkan tangan kanannya bergerak lebih agresif.

Dewo menurut, mengambil napas dalam-dalam, dan melepaskan. Ototnya merespons, sedikit lebih rileks dibanding sebelumnya. "Uhhhh, kenyal banget, enak diremas-remas Bang," kata Rama.

"Sekarang coba kerasin ototnya, Bang," Rama memandang Dewo dengan mata yang bersinar, seolah mengajaknya dalam sebuah tantangan.

Dewo menarik napas lagi, kali ini lebih dalam. Otot bokongnya mulai mengeras, berkontraksi dengan kekuatan yang ia simpan. Apa yang terjadi selanjutnya adalah sebuah keajaiban anatomis—otot itu membentuk puncak yang begitu kokoh, seolah-olah menjadi batu granit. Tangan Rama merasakan perubahan tekstur dan densitas, dari yang semula kenyal menjadi sebuah massa otot yang begitu kokoh dan berwibawa.

"Wow, Bang, keren banget. Kayak batu, serius!" Rama hampir tak percaya, jemarinya merasakan kepadatan yang begitu ekstrem.

Dewo hanya bisa tersenyum, meski wajahnya merah padam. Gugup dan bangga, dua emosi yang berlawanan, kini ia rasakan sekaligus.

'Kenapa gue ngerasa begini ya?' pikir Dewo.

"Oke, Bang, kita lanjut ya, ya. Kali ini, aku mau tahu siapa pahlawan nasional yang dikenal dengan 'Bapak Koperasi Indonesia'."

Sementara itu, tangan Rama yang lain tak pernah berhenti bermain dengan kontur Gluteus Maximus Dewo yang kokoh. 

Dewo merasakan jemari tersebut semakin berani, menyelinap perlahan ke bawah celana dalamnya. Setiap sentuhan Rama membangkitkan sensasi yang begitu kuat, seolah menembus setiap serat otot dan urat nadi, membuatnya kehilangan fokus dari soal yang diajukan.

Dag-Dig-Dug

'Anjing Ram, kamu nekad,' pikir Rama, 'Tapi Bang Dewo kok diem aja juga!?' pikir Rama.

Perlahan tapi pasti, jemari Rama bergerak lebih jauh, menyusuri garis pinggir celana dalam Dewo, hampir mencapai daerah yang begitu pribadi dan sensitif. Dewo merasakan sejenis listrik menyebar dari titik sentuhan itu, meluas ke seluruh tubuhnya, merangsang setiap ujung saraf dengan kekuatan yang tak bisa dijelaskan. Ia menggeliat, menahan rasa yang begitu intens itu, merasa seakan akan meledak.

Sebenarnya dalam kondisi biasa Dewo dengan mudah bisa menjawab soal ini, namun sekarang fokusnya buyar "Aku... uh, aku nggak yakin," kata Dewo, suaranya bergetar, penuh dengan ragu dan hampir tak terdengar.

Rama menarik nafas, merasakan bau maskulin Dewo yang mengisi udara, memabukkan. "Salah, Bang. Jawabannya adalah H. O. S. Tjokroaminoto. Nah, bagaimana hukumannya nih?" katanya, suara pelan namun penuh dengan nada yang menggoda.

'Bugilin! Bugilin! Bugilin!' pikiran mesum Rama seoalh menyemangatinya.

Dengan mata yang fokus dan tangan yang mantap, Rama memegang elastis celana dalam Dewo. Jemari yang biasanya lembut dan halus ini kini penuh dengan niat, memperlakukan momen ini seperti sebuah ritual sakral. Dalam rentetan detik yang seperti dilipat untuk menjadi lebih lama, ia mulai menarik ke bawah bahan itu, seolah melucuti lapisan keamanan terakhir yang memisahkan Dewo dari dunia luar dan dari kebenaran dirinya sendiri.

PENTIL DEWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang