Pertemuan tak terduga dengan Akhtar, aku tak menyangka akan bertamu lagi ditempat yang sama. Akhtar, dia teman masa kecilku. Aku sudah tak pernah bertemu lagi dengannya, tapi semesta menakdirkan kita untuk bertemu kembali.
Laki-laki sederhana yang banyak mengajarkanku tentang perjalanan hidup, Akhtar yang menemani ku waktu kami masih kanak-kanak, orangtua kita berdua sama-sama sibuk.
Akhtar yang dititipkan ke Nenek, dan itu kali pertama pertemuan kita.
"Ini, bunda ngajak main ke rumah, mau gak Chey?" Senang, hatiku sangat senang diajak untuk main lagi ke rumah keluarga Akhtar. Bukan berarti aku mengagumi atau suka kepada Akhtar.
Tapi keluarga Akhtar itu, keluarga yang ramah dan sangat harmonis. Meskipun Bunda Winona dan Ayah Pramana orang yang super sibuk, tapi mereka selalu ada untuk keluarga.
"Boleh, udah lama aku gak ketemu mereka" Jawabku antusias.
"Ntar minggu aku jemput ya, agak siangan" Aku hanya menganggukkan kepala. Setelah itu kami berdua banyak membicarakan tentang masa kecil hingga beranjak dewasa.
"Eh gimana kabar Kafka?" Tanyanya, mendengar pertanyaan yang membuatku terkejut Akhtar langsung memelukku. Aku hanya bisa diam, keadaan langsung hening.
"Dia udah gaada" Jawabku singkat. Aku bisa melihat Akhtar dengan mimik muka yang terkejut, namun ia langsung mengubah mimik mukanya kembali.
Kita berdua sama-sama diam dan saling berpelukan, seperti teletabis. "Loh, pelukan aja ini dua anak" Suara kakek menginterupsi dari arah belakang.
"Lagi kangen-kangenan itu kek" Balas nenekku sambil terkekeh geli.
"Dulu kalau ketemu pasti berantem, gak ada yang mau ngalah, cepat banget ya kalian tumbuh. Sekarang udah dewasa"
•
•
•"Eh Chey, gw pengen punya cowok deh" Ucap Sandra, dia teman lama aku, sekarang kita berdua lagi duduk santai di kafe ditemani dengan secangkir coffee dingin.
"Ya tinggal cari aja cowoknya" Jawabku seadanya, aku bingung harus menjawab apa.
"Ya tapi siapa? Emang ada yang mau sama gw?" Ucapnya prustasi, padahal Sandra itu termasuk player, anehnya semenjak putus dari Arnold. Sandra mendadak gamon berat.
"Ah ribet lu" Jawabku kesal.
"Sekarang lu punya pacar gak Chey?" Aku hanya bisa menggelengkan kepala.
Kafka, dia laki-laki yang menemani ku dari remaja sampai tahun kemarin. Aku tak mungkin melupakan dia, tapi aku tak mau ada pengganti dia. Aku belum berfikir untuk mencari pasangan hidup.
•
•
•Setelah ngopi santai, aku dan Sandra memutuskan untuk ke mall terdekat dengan berjalan kaki. Saking dekatnya dengan kafe tadi. Suasana hari ini lumayan bagus.
"Hei manis, mau kemana nih berdua aja?" Ucap preman dengan muka penuh tattoan, aku bergidik ngeri melihatnya. Aku takut.
"Mau abang temenin gak adik manis?" Ucap preman yang membawa gitar ukulele, Sandra mengenggam erat tanganku.
Tanpa diduga tas yang dikenakan Sandra diambil paksa oleh dua preman itu, aku tidak membawa tas. Aku dan Sandra ingin berteriak tapi rasanya lidah kami kelu.
Bruk bruk
Kami membuka mata dan terkejut dengan yang kami lihat. Preman dua itu dihajar habis-habisan oleh dua cowok yang terasa familiar. Aku dan Sandra sangat bersyukur ada yang menolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kita
Teen FictionDia adalah lelaki sederhana yang kukenal secara tiba-tiba dia begitu baik, walaupun berbeda dari lelaki lainnya, tapi dimataku dia adalah orang yang sangat spesial.