#Akad dan masa lalunya

30 5 2
                                    

Assalamu'alaikum...
Alhamdulillah ini sudah masuk cerita yang sesungguhnya..
Enjoy dan jangan lupa vote yaa...

⚠️Cerita hanya fiktif belaka ⚠️

🌷🌷🌷

Kemarin aku baru saja boyong dari pesantren budhe Sihah, hari ini adalah hari penting untuk diriku, dan mas Agham juga keluarga.

Tiga hari yang lalu, semua rencana berubah total.
Akad nikah yang awalnya akan dilaksanakan di wonocolo mendadak dipindahkan dikediamanku, awalnya Nenekku iseng usul pada umi Himmah dan bersiap kalau-kalau permintaannya tidak diindahkan, tapi, siapa sangka keluarga Al-Hikam menyetujui, akhirnya keluarga gelagapan menyiapkan segala sesuatu hanya dalam kurun waktu tiga hari, untungnya akad nikah dilangsungkan sederhana.

Selama itu pun, aku samasekali tidak pernah berkomunikasi dengan mas Agham. Kami pasrah sepenuhnya pada kedua orangtua kami.

Adzan Isya' berkumandang dari masjid pesantren, para kerabat inti wonocolo sudah rawuh tepat sehabis maghrib, acara akad akan dimulai pada pukul delapan malam.

Aku sedang diberi polesan makeup oleh sepupuku yang kebetulan berprofesi sebagai MUA, tidak ada polesan yang berlebihan. Aku minta yang sepantasnya karena ini hanya acara akad nikah.

Usai berjama'ah Isya'. Suara mas Agham menggema diseluruh penjuru pesantren, mas Agham tengah membacakan surah Ar-Rohman. Mas Agham memang tidak Hafidz, tapi bacaan beliau tidak diragukan lagi keindahannya, sangat sopan masuk telinga.

Tepat pukul delapan aku sudah siap, acara sudah dibuka oleh pakde dari pihak Abi, kemudian dilanjutkan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang lagi-lagi dibawakan oleh mas Agham. Kali ini beliau melantunkan surah An-nisa ayat 1 dan surah Ar-rum ayat 21. Mas Agham memang pernah beberapakali menjuarai Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) meski hanya sampai tingkat kabupaten.

Aku menyimak dengan perasaan terharu sekaligus bangga, disampingku ada Umikku dan Umi Himmah juga beberapa kerabat yang turut menemani  menyaksikan prosesi acara lewat layar monitor yang disediakan di ruang tamu kami.

Kemudian khutbah nikah dilantunkan oleh Abahyai Anshori, lalu dilanjut akad nikah oleh Kyai sepuh. Prosesi akad benar-benar mendebarkan, aku berkali-kali membaca shalawat dalam hati semoga akad dilancarkan.

Gambar dimonitor menunjukkan zoom out dari wajah mas Agham saat tengah mengucapkan ijab qabul, aku menatap dengan tatapan penuh harap, air mataku sudah menggenang di pelupuk mata.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq. Haalaan."

"Alhamdulillah..." Pekik kami yang menyaksikan dari layar monitor.

Airmata sudah tak kuasa kubendung, aku menangis haru, masih tak percaya detik ini sudah menjadi istri sekaligus menantu dari pesantren besar.

Doa-doa dibacakan oleh beberapa para sholihin, mulai dari kyai sepuh, Habaib dari kerabat umi Himmah, dan diakhiri oleh Kakak tertua Abi.

Setelahnya aku dituntun umik juga umik Himmah untuk dibawa bertemu mas Agham, dari jauh mas Agham juga dituntun Abahyai dan Abi untuk dibawa mendekat kearah kami.

Aku mengecup khidmat tangan mas Agham yang detik ini sudah halal untukku, selama hampir lebih dari satu tahun berkomitmen aku tidak pernah sekalipun bersentuhan dengan dirinya, hal ini membuatku agak canggung.

AlghanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang