ACDD 53# TAWARAN MENJADI YANG KEDUA

16.9K 1.2K 209
                                    

ACDD 53# TAWARAN MENJADI YANG KEDUA

"Bahagia dengan membuat orang lain menderita itu jahat."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Gus Alfatih berlari melewati koridor rumah sakit dengan tergesa-gesa. Ketika dia mendapatkan kabar istrinya pingsan dan dilarikan ke rumah sakit, ia langsung meninggalkan pekerjaannya dengan perasaan cemas.

Memasuki ruangan istrinya, helaan napas lega menguar dari celah bibirnya kala melihatnya sudah sadar dan saat ini tengah menatapnya dengan cengiran khasnya.

"Aisfa, kamu tidak papa? Kenapa bisa sampai pingsan? Kamu sakit?" tanyanya menyentuh pipi istrinya.

Aisfa tersenyum berusaha memperlihatkan dirinya baik-baik saja. "Aku gak papa, Kak. Cuman kecapean aja tadi."

"Saya dengar kamu pingsan di sebuah kafe? Kamu ngapain di sana? Tanpa izin saya lagi." Tersirat kekecewaan di wajah Gus Alfatih.

"Maafin aku, Kak karena udah gak izin. Tadi aku cuma ketemu sama temen."

"Walaupun begitu tetap saja kamu wajib izin sama saya. Siapa teman yang kamu maksudkan?"

"Dia perempuan kok, Kak," jawab Aisfa agar suaminya tidak berasumsi aneh-aneh.

"Iya, saya percaya sama kamu. Tapi siapa dia?"

Aisfa terlihat ragu untuk menjawab. Tak mungkin ia menceritakan pertemuannya dengan Ita dan ancaman perempuan itu terhadap dirinya jika tak mau menuruti kemauannya. Gus Alfatih akan membencinya jika ia mengatakannya.

"Dia temen sekolahku dulu, Kak. Kakak gak kenal dia," alibinya.

Gus Alfatih menghela napas kasar. Untuk melebur sisa rasa cemasnya, pemuda itu pun memeluk istrinya. "Lain kali kalau mau keluar izin dulu ya. Kamu tahu betapa paniknya saya waktu dapat telepon kamu jatuh pingsan."

Diam-diam Aisfa meneteskan air matanya dipelukan Gus Alfatih. "Maaf, Kak. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

🕊🕊🕊

"Nak Ali sedari tadi menangis, Ning. Bibik sudah coba hubungi Ning berkali-kali tapi tidak diangkat," kata Bik Ira.

Bayi kecil itu kini sudah merasa tenang dalam pelukan Aisfa. "Maafin, Umi ya, Nak," lirih Aisfa merasakan penyesalan yang begitu mendalam. Sebelumnya ia tidak pernah meninggalkan Ali se lama ini.

"Biar saya yang jagain Ali, kamu istirahat saja," kata Gus Alfatih setelah istrinya memberi Ali ASI.

Aisfa mengangguk patuh. Ia pun segera naik ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, ketika sampai di sana, bukannya memejamkan matanya, ia malah menangis. Hatinya tidak dapat tenang saat ini.

"Kalau aku di penjara bagaimana dengan bayiku?"

Aisfa terisak dalam selimut yang membungkus tubuhnya. Hanya menunggu waktu, mungkin polisi akan mendatangi rumahnya. Kecuali, jika dia berhasil membujuk suaminya untuk menerima Ita, alias menjadikan temannya itu istri lain suaminya.

"Aku gak sebaik itu untuk berbagi suami dengan perempuan lain. Lebih baik aku mengalah daripada menyaksikan Gus Alfatih menikah lagi."

Gus Alfatih memutar gagang pintu dari luar dengan pelan takut mengganggu tidur istrinya. Dengan langkah hati-hati, ia memasuki kamar lalu meletakkan Ali di tempat tidurnya karena dia sudah terlelap.

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang