R.L | Broken

2.3K 167 96
                                    

Part ini berisikan flashback. Bermula dari part ini, akan banya flashback lainnya yang bermunculan, yang menjelaskan segala sesuatu yang sudah terjadi 10 tahun yang lalu, meski belum sepenuhnya utuh.

Baca dengan saksama, ya. Jika sudah lupa cerita ini, coba dire-read dulu, ya.

Mohon maaf juga kalau banyak kesalahan dalam penulisan, aku belum sempat ngecek dan revisi karena mau ngejar update di ultahnya Minjeong. Mohon dibantu koreksi, ya~

Happy New Year 🕊️🤍

. . .

👩🏻‍💻: 12.550 kata 💭

Jam pulang kantor tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam pulang kantor tiba. Beberapa karyawan terlihat sudah mulai keluar dari area gedung, namun tak bisa langsung pulang, sebab sore ini hujan deras terlihat mengguyur penjuru kota.

Kala mendesah. Ia membaur bersama rekannya yang lain, yang saat ini berbaris menunggu hujan reda di selasar kantor. Beberapa rekannya yang turut bersamanya itu memang tak membawa kendaraan. Mereka lebih suka menggunakan transportasi umum. Tetapi, jarak dari selasar menuju gerbang terbilang jauh. Di tengah curah hujan yang semakin lama malah menambah frekuensi lebatnya, bisa dipastikan tubuh akan lebih dulu kuyup, sebelum mencapai gerbang kantor.

"Awet banget hujannya," omel Olin sambil menatap ke arah langit. "Gue takut hujannya nggak bakalan reda sampai malam. Apa nggak sebaiknya kita pesan mobil via aplikasi aja?" tanyanya kemudian, sambil menatap Kala dan juga Defa. Kedua perempuan muda itu tampak saling bertukar pandang.

"Gampang kalau rumah kita searah," jawab Defa sembari mendesah. "Masalahnya, rumah lo sama gue aja jaraknya dari ujung ke ujung. Belum lagi Kala. Lagian, jalanan juga bakalan macet parah. Ntar malah makin buang-buang waktu."

Olin mengerang panjang. Dalam hati ia membenarkan ucapan Defa. Ketiga perempuan muda itu masih saling mengunci tatap satu sama lain, ketika sebuah Harrier putih tiba-tiba saja berhenti di depan mereka. Dan ketika kaca mobil diturunkan, wajah Reya terlihat berada di balik kemudi. Perempuan muda itu terlihat menyunggingkan senyuman lebar, sembari melambaikan tangan ke arah mereka bertiga, tetapi dengan netra yang mengunci paras Kala.

"Butuh tumpangan sampai depan, nggak?" tanyanya dengan ramah. Olin dan Defa serentak bertukar pandang. Ekspresi mereka campur aduk, namun tawaran dari Reya jelas terlalu menggiurkan untuk ditolak. Apalagi hujan sama sekali tidak menunjukkan akan berhenti berinai dalam waktu dekat.

"A-apa nggak pa-pa? Kami takut merepotkan?" respons Defa dengan nada sedikit terbata. Reya tertawa kecil. Matanya masih tertuju pada Kala, yang sekarang sedang menatap ke arah puan yang duduk di samping Reya;

Wilka.

"Nggak lah. Kan cuma sampai ke halte depan. Udah, ayo. Mau sampai kapan berdiri di sini?"

Olin dan Defa kembali bertukar pandang, sebelum kemudian tangan Olin terulur menarik tuas pintu sebelah kiri. Ia pun bergegas masuk, diikuti oleh Defa. Tertinggal Kala yang masih bergeming di posisi semula, masih sambil menatap Wilka yang sejak tadi tak juga membuka suara.

Restless Love  ( 𝘈𝘭𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘵𝘦 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang