28

3.3K 369 16
                                    


Tap bintang dulu baru lanjut baca
Jangan lupa komen juga.
———————————— — — – .

Pagi hari Jey bersiap akan pergi ke rumah Joseph. Entah mengapa hatinya tergerak menyuruh dia untuk pergi kesana. "Aku tidak akan lama-lama disana ibu, hanya memeriksa sebentar lalu pulang" Jey selesai mengikat sepatu kemudian memakai mantel.

"Hati-hati di jalan ya, salju turun lebat. Kamu jangan sampai sakit. Ingat pesan ibu ya" Jey mengangguk, ia memeluk ibunya sebentar dan berpamitan pergi.

Selama perjalanan Jey merasa was-was. Mungkin karena ia takut bila ayahnya tiba-tiba muncul dan melakukan sesuatu padanya.

Tak ingin berlarut dengan pikirannya, Jey memilih menatap salju yang turun lewat jendela taxi yang ia tumpangi. Perjalanannya memakan waktu setengah jam karena jalan yang penuh dengan salju.

Salju tahun kemarin masih ia lewatkan dengan anggota keluarga lengkap, namun tahun ini semuanya berubah dalam sekejap. Jey memejamkan matanya, uap mengepul keluar dari bibirnya yang menghela nafas.

"Semoga semuanya cepat selesai"

.

.

.

.

.

Saat sampai di rumah Joseph, Jey melangkah melewati halaman depan yang lumayan jauh dari rumah utama, sesekali ia menyapa tukang kebun juga bodyguard yang berjaga disana.

Jey segera masuk tanpa mengetuk pintu. Ia berpikir untuk memberi Joseph kejutan atas kedatangannya, ya walau Jey tidak tau bagaimana nanti reaksi pria itu.

Jey melihat sekeliling rumah. Nampak bersih dan terawat. Ia juga pergi ke dapur. Di atas meja makan sudah terdapat makanan yang sepertinya baru selesai dimasak. "Tuan Joseph sudah bangun sepagi ini?"

Jey menaruh tas bawaannya di sofa ruang tengah, ia kemudian pergi ke kamar Joseph untuk membereskan kamar tuan rumah. Jey heran, sejak tadi ia sama sekali tidak melihat tanda kehidupan di rumah ini. Hanya sebatas masakan yang baru matang tapi bahkan Joseph tidak terlihat sama sekali.

Jey membuka pintu kamar Joseph "permisi tuan, aku datang untuk memeriksa rumah sebentar... "

Jey tertegun, ia melihat Joseph sedang terkapar dengan setelan kemejanya dan seorang wanita yang tengah berada di atasnya. Membuka kancing kemeja Joseph dengan sembarangan. Wanita itu juga menatap Jey.

"Maaf, kenapa bisa ada orang asing masuk kesini?" Sarkas wanita itu. Wajah Jey memerah, kali ini bukan karena tersipu. Namun, amarahnya terpancing karena dengan tidak sopannya wanita itu menyentuh Joseph.

Jey berjalan mendekat, ia menatap lurus ke arah manik wanita itu "kamu lah yang orang asing disini. Sopankah kamu menyentuh seorang alpha yang sedang tidak berdaya karena rut?"

"Sepertinya anda salah paham. Saya adalah asisten rumah tangga disini, dan saya hanya ingin membantu tuan Joseph. Itu saja"

"Asisten rumah tangga baru? Tuan tidak bilang padaku" Pikir Jey.

Keduanya melihat ke arah Joseph yang berusaha mendudukkan dirinya. Seluruh tubuhnya panas dan kepalanya pusing.

Terduduk dengan lesu, Joseph melirih dengan kepala menunduk "Jeyyano" Suaranya pelan dan serak, tapi Jey masih bisa mendengarnya dengan jelas. "I-iya tu—"

Perkataan Jey terpotong oleh pelayan itu. Ia bahkan mulai memegang bahu Joseph "Anda harus istirahat, tuan. Saya akan ambilkan obat anda" Katanya. Namun, Joseph tidak perduli. "Jeyyano" Panggilnya lagi kali ini nadanya sedikit meninggi.

"Iya, tuan?" Sahut Jey. "Kemari, peluk aku" Pinta Joseph. Jey berjalan mendekat, ia menyuruh wanita itu untuk menyingkir dan kemudian memeluk Joseph.

Joseph menyambut Jey, ia memeluk pinggang pemuda itu. Kepalanya ia usapkan ke perut dan dada Jey, menghirup feromon Jey sebanyak-banyaknya. "Katakan pada wanita itu untuk keluar. Feromonnya mengganggu, itu membuatku mual" Pinta Joseph lagi.

Jey memeluk kepala Joseph yang masih bergelayut padanya. Jey melihat ke arah pelayan wanita "Kamu mendengarnya kan? Keluarlah" Wanita itu tidak langsung keluar. Ia menatap Jey dan Joseph bergantian.

Setelah beberapa saat akhirnya ia keluar dari kamar Joseph dengan tersenyum yang hanya ia yang tau maksudnya.

Melihat wanita itu telah pergi, Jey menghela nafas. Ia mengingat perilakunya yang naik pitam sesaat hanya karena Joseph disentuh oleh orang lain.

Apa boleh dia seperti ini?

Sibuk dengan pikirannha, Jey tidak sadar kalau Joseph telah berhasil menjamah tubuhnya. Bahkan jaket hoodie yang ia pakai sudah terangkat. Jey membiarkan Joseph menyalurkan rasa hausnya. Karena sejujurnya, dia juga rindu(?)

Jey menatap Joseph dengan sendu. "Sebenarnya aku ini apa?" Tanya Jey kepada dirinya sendiri.







































Tau ga kenapa gue kalo up cerita ga banyak kata? Karena gue bosen kalo harus ngetik sampe 1k word

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tau ga kenapa gue kalo up cerita ga banyak kata?
Karena gue bosen kalo harus ngetik sampe 1k word. Terus gampang buntu juga dan bikin amburadul alurnya. Jadi gue lebih suka proses yang pelan-pelan.
Toh, Biar kalian jga penasaran.

OMEGAVERSE - HYUNLIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang