Ruangan yang didominasi cat berwarna coklat muda dan perpaduan warna putih dengan gaya khas eropa klasik memberikan kesan yang begitu mewah. Rak besar yang berisi buku dan dokumen-dokumen penting lainnya tersusun rapi di sudut ruangan. Terdapat satu buah lukisan dinding berbentuk abstrak dengan harga yang terbilang fantastis terpajang di belakang meja kerja dalam ruangan itu, ditambah lagi dengan adanya fasilitas canggih yang tersedia di sana.
Suasana hening kembali menyelimuti dua laki-laki yang saat ini berada di ruangan besar itu. Kala tidak pernah takut jika harus menghadapi kemarahan ayahnya yang saat ini tengah menatap dirinya dengan mata yang merah penuh amarah. Laki-laki berpakaian rapi dengan jas berwarna hitam yang masih melekat di tubuhnya itu pun nampak terlihat santai seolah tidak terjadi apa-apa diantara keduanya.
"Kala tidak ingin kembali ke Aussie." tegas Kala pada ayahnya.
Sudah berapa kali sang ayah, Elvanno Harrison menawarkan padanya untuk melanjutkan kembali sekolah menengah atas di Aussie, namun sayang jawaban dari putra keduanya itu masih tetap sama. Kala masih tetap pada pendiriannya, ia tidak ingin bersekolah dan tinggal sendiri di Aussie walaupun apartemen nya dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah dan megah. Bukan hanya itu, alasan lain Kala menolak pergi ke Aussie karena ia tidak ingin berpisah lagi dengan sang ibu.
Terlihat Elvanno Harrison melepaskan kacamata dan memijat keningnya. "Baiklah jika memang itu keinginanmu, tapi ingat bahwa kau harus tetap melanjutkan sekolah."
Kala mengangguk setuju. "Ya, itu pasti." Ia lalu menatap sang ayah. "Aku akan mencari dan memilih sekolah yang sesuai dengan keinginanku."
Elvanno Harrison tersenyum miring sedikit menyeringai. "Namamu sudah terdaftar di Harrison School, Kala. Karena itu, Ayah akan lebih mudah untuk memantau aktivitasmu."
Tangan Kala seketika mengepal, menahan emosi. Ketika Kala ingin protes mengenai keputusan ayahnya itu tiba-tiba saja seorang wanita masuk ke dalam ruangan.
"Seluruh berkas Kala telah diurus dan sudah selesai, Pak." Sambil melirik ke arah Kala, ia menatapnya dengan sinis.
Elvanno Harrison hanya mengangguk mendengar penjelasan dari seorang wanita yang dipilih oleh ayahnya menjadi direktur utama Harrison School, sekolah milik keluarga Harrison.
Kala tidak tahu pasti mengapa wanita yang diberi kepercayaan penuh oleh ayahnya itu selalu menatapnya dengan penuh kebencian sejak kepulangannya dari Aussie, ia sedikit heran tetapi hal itu tidak dipedulikan oleh Kala. Dirinya masih kesal terhadap ayahnya yang seringkali menggunakan kekuasaan dan jabatan agar ia dapat menuruti segala keinginan dari ayahnya itu.
Elvanno Harrison lalu menatap Kala dengan raut wajah yang begitu serius. "Jangan mengecewakan dan mempermalukan Ayah karena kau yang nantinya akan menjadi pewaris dari perusahaan Harrison. Ayah harap kau tidak lupa akan tanggung jawab itu, apa kau mengerti?"
Kala masih diam tidak menjawab mengubris pertanyaan dari Elvanno. "Aku akan pergi ke kamar ku dan menyiapkan kebutuhan sekolah." Ia lalu pergi begitu saja meninggalkan ruangan pribadi ayahnya. Tetapi diam-diam ada seseorang yang sedang mengepalkan tangannya kuat-kuat penuh dendam.
Baru beberapa langkah Kala keluar dari ruangan pribadi ayahnya, tanpa sengaja dirinya menabrak seseorang. Laki-laki yang memiliki perawakan sama seperti dirinya hanya saja terlihat lebih dewasa, dia adalah Keandra Harrison Darta, putra sulung Elvano Harrison yang merupakan kakak dari Kala.
Kala terkejut saat tahu seseorang yang saat ini ia lihat adalah kakaknya. Seketika dirinya begitu bahagia. Sepulangnya ia dari Aussie sejak satu minggu yang lalu, Kala tidak pernah bertemu dengan kakaknya yang selalu sibuk bekerja.
Kala tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Bagaimana kabarmu? Apa kau tidak merindukan aku?" Ia berusaha untuk mencairkan suasana.
Keandra sedikit terlonjak melihat Kala, namun dengan cepat ia menutupi rasa keterkejutannya. Dirinya menatap lurus seseorang yang ada dihapannya saat ini dengan ekspresi datar. "Untuk apa kau kembali?" Suara berat itu milik dari sepasang mata yang tengah menatap Kala sinis. "Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tidak ingin melihat wajahmu."
"Ayolah. Tidak usah seperti itu. Aku tau kau hanya bercanda, bukan?" Kala masih tersenyum dan sedikit bercanda. "Kedatanganku ke rumah ini karena aku ingin memperbaiki hubunganku denganmu."
Tidak ada respon dari Keandra. Ia hanya menatap adiknya itu dengan wajah datar tanpa ekspresi. Keandra memiliki sikap yang berbanding terbalik dengan Kala. Ia pribadi yang pendiam, tidak banyak bicara, pintar dan sulit untuk ditebak, lain halnya dengan Kala yang memiliki sifat ramah terhadap siapapun.
Kala hanya bisa memaklumi sikap dari kakaknya itu dengan menatap punggung Keandra yang semakin menjauh, meninggalkannya seorang diri di ruang tamu. Hubungannya dengan sang kakak sudah lama tidak harmonis namun lagi-lagi Kala sama sekali tidak tahu apa yang menyebabkan Keandra begitu membenci dirinya. Sejak 3 tahun terakhir Kala tinggal di Aussie, Keandra tidak pernah mengunjungi nya bahkan Kala sendiri pun tidak pernah mendengar kabar mengenai kakaknya itu. Pesan-pesan yang ia kirimkan untuk Keandra tidak pernah dibalas. Tetapi walau bagaimanapun, Kala tidak pernah memiliki rasa benci terhadap Keandra, justru ia berharap hubungannya dengan sang kakak dapat membaik setelah Kala tinggal satu rumah dengan Keandra.
Kala melepaskan jas hitamnya dan melemparkan ke atas kasur, melonggarkan dasi yang berada di leher dan melepaskan sepatu hitamnya. Ia lalu merebahkan diri sambil menatap langit-langit kamarnya. Dirinya begitu lelah, mengikuti rapat pertemuan bersama rekan kerja ayahnya sejak tadi pagi. Bertemu dengan orang-orang dengan pembicaraan yang sama sekali tidak ia mengerti membuat energi dalam dirinya begitu terkuras.
Kini, Kala menghela napas lelah. Ia kembali mengingat pembicaraan ayahnya saat berada di ruangan pribadi bahwa dirinya yang akan menjadi pewaris perusahaan Harrison. Tentu bukan hal yang mudah bagi Kala menerima tanggung jawab besar yang harus ia pikul, hal itu menjadi sebuah beban yang berat bagi seorang Kala, laki-laki yang saat ini baru saja akan melanjutkan sekolah SMA nya.
Menjadi salah satu anggota keluarga Harrison, Kala hidup serba berkecukupan dan bergelimang harta kekayaan. Belum lagi rumah besar dan megah yang ia tempati saat ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah, tak jarang membuat dirinya menjadi sedikit tertekan. Bukan, bukan Kala tidak bersyukur mengenai keadaannya sekarang, tapi ia juga ingin hidup sedikit lebih bebas sesuai keinginan dan pilihannya sendiri tanpa campur tangan orang lain, termasuk ayahnya sendiri.
Kala bukan tidak ingin menentang atau melawan dan mempertahankan keinginannya, tapi ia tahu betul mengenai sifat ayahnya yang sangat berambisi terhadap sesuatu yang ia inginkan. Elvanno Harisson, sosok laki-laki pekerja keras yang selalu terlihat serius itu akan menggunakan segala cara bahkan tak segan menggunakan kekuasaan dan jabatan yang ia miliki untuk mendapatkan apa yang ia mau. Didikan ayahnya pada Keandra juga dirinya pun begitu keras karena kedisiplinan dan keberanian adalah hal utama yang selalu diterapkan oleh Elvanno Harrison. Perlahan Kala memejamkan matanya dengan harapan dapat mengurangi rasa pusing yang tiba-tiba saja memenuhi isi kepala.
🌚🌚🌚
Selamat menjalani aktivitas hari ini, teman-teman semua✨
Terimakasih sudah membaca cerita ini, ya.☺️
Jangan lupa vote dan comment agar bisa bertemu Kala hhhe 😁💐
Sampai bertemu di bab selanjutnya🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
Ficțiune adolescențiAskara Harrison Chandrakala, putra kedua dari Elvanno Harrison tetap menolak saat ayahnya menyuruh untuk kembali ke Aussie. Ia tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal bersama keluarga Harrison lainnya. Alhasil ayahnya mendaftarkan Kala di sekolah...