"Kamu yakin, Min Gi akan ikut kita?" Yoo Shin yang duduk berjongkok di depan mobilnya sambil mengamati pagar sekolah SMA mengerutkan kening tidak yakin.
"Mana aku tau," jawab An Na yang duduk di atas motor lelaki itu. "Aku kan nggak bisa lihat masa depan."
Yoo Shin melirik ke arah perempuan yang asyik menyemil makanan itu dengan kesal.
"Lalu untuk apa kita menunggu panas-panas begini? Kita bahkan sudah disini selama dua jam!" Protes Yoo Shin.
"Aduh! Adik kecil kepanasan, ya? Mau es krim?" Sahut An Na dengan nada meledek.
"Keterlaluan!" Dengus Yoo Shin. "Kamu benar-benar sudah membayar hutang keluarga Dae Han dan uang sekolah Min Gi?"
An Na mengangguk singkat, lebih peduli pada keripik kentangnya yang mau habis daripada Yoo Shin.
"Kalau Dae Han tau, dia akan marah," Yoo Shin memperingatkan."Wah? Mau cepu?" An Na tersenyum manis saat Yoo Shin melotot padanya. "Yah, dia kan tinggal bayar balik kalau memang keberatan. Aku cuma mempermudah karena dia sudah dengan besar hati mau mengikuti saranku."
"Menjebloskan orangtuanya ke penjara adalah hal yang berat," sahut Yoo Shin, nada suaranya berubah seiring rasa peduli pada keadaan sahabatnya.
"Kita tinggal tanya Min Gi, apa yang dia mau. Kalau mau ikut, ya syukur, kalau nggak, ya terserah dia," balas An Na menimpali.
"Tapi, tumben sekali kamu memintaku melakukan ini? Dan bukan Rae Hyun?" Yoo Shin kembali bertanya.
"Mmm... karena sudah lama kita tidak pergi kencan?"
"Yun An Na!" Yoo Shin kembali memperingatkan, tampak semakin kesal.
"Aku memintanya mengurusi hal lain," jawab An Na, kali ini lebih serius. "Dan, akhirnya mereka keluar!"
Karena pernah magang di sekolah itu, ada beberapa murid yang menyapa An Na. Bahkan, Min Gi juga tampak senang saat melihat An Na, sebelum menyadari kehadiran Yoo Shin.
"Yo!" An Na menyapa ringan, mengangkat tangan pada Min Gi agar bocah itu mendekat.
"Kenapa anda disini bersama dia?" Min Gi bertanya, menunjuk Yoo Shin dengan gaya anak kucing marah.
"Oh, dia pacarku! Yang nomer dua!" Ucap An Na bangga.
Yoo Shin segera menjitak kepala An Na jengkel, sebelum beralih ke Min Gi.
"Ada yang perlu kami bicarakan denganmu," ucap Yoo Shin."Tunggu! Anda bersekongkol dengan orang ini? Anda kenal kakak saya?" Tuduh Min Gi.
"Kakakmu, ya? Dia pacarku yang nomer--aduh!!" Sebelum An Na berkata yang tidak-tidak, Yoo Shin menjitaknya lagi.
"Kami hanya ingin bertanya padamu," kata Yoo Shin.
Min Gi mengerutkan kening tidak percaya, kemudian mundur satu langkah.
"Apa Dae Han mau memasukkanku ke penjara juga?" Tuduh Min Gi. "Karena aku memakai uang sekolah?""Kami cuma mau tanya, apa kamu mau ikut kami atau tidak?" balas An Na.
"Ke penjara?" Bentak Min Gi galak. "Yang benar saja!"
"Bukan," Yoo Shin menghela napas lelah. "Kami hanya ingin mengamankanmu, karena sekarang dirumahmu tidak ada siapa-siapa."
"Terus, kenapa? Memang di rumahku tidak pernah ada orang! Mau ada debt colector, pencuri, perampok, apa hubunganya dengan kalian? Selama ini aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"Oke, aku ganti pertanyaannya!" Sahut An Na, sama kerasnya dengan nada bicara Min Gi. "Kamu mau di selamatkan atau tidak? Aku tau ini terlambat karena kamu sudah terlanjur terluka. Tapi, kamu masih mau di selamatkan atau tidak? Karena sekarang kakakmu ada disini. Kami ada disini untuk kamu!"
Min Gi tampak tertegun mendengar kalimat An Na. Mata bocah itu tidak bisa bohong kalau dia ingin menangis. Tapi beberapa detik kemudian, wajah Min Gi mengeras.
"Aku tidak butuh!" Ucapnya, kemudian berbalik pergi.
"Duh, sayangnya aku nggak terima penolakan," gumam An Na menimpali. Perempuan itu menepuk pundak Yoo Shin. "Kejar dia, bikin pingsan kalau perlu!'
###
Hal pertama yang Min Gi temukan saat sadar dari pingsannya, adalah sebuah kamar mewah yang kosong. Dia tidak tau dia sekarang ada dimana, yang jelas, Yoo Shin telah melakukan ini padanya! Apa dia di jual ke Om-Om mata keranjang? Min Gi menggigil ketakutan.
Pintu tiba-tiba terbuka, dan An Na masuk dengan santainya.
"Oh? Kamu sudah bangun," katanya tenang. An Na mendekat, kemudian seorang pria setengah baya mengikutinya.
"Ap-apa yang... ?" Min Gi bergerak ketakutan melihat pria asing itu.
"Hm?" An Na yang menyadari keanehan sikap Min Gi itu melirik ke belakangnya.
"Sebastian, keluarlah dulu," pinta An Na yang segera dituruti pria itu. "Kamu setakut itu?" Min Gi tidak menyahut. An Na, menghela napas panjang. "Kamu akan bekerja disini mulai sekarang. Jadi, bersikap baiklah! Dae Han yang sekarang jadi walimu pun sudah setuju!"
"Dia menjualku?" Seru Min Gi marah. "Kamu membawaku ke rumah bordil?"
An Na menatapnya sebentar sebelum menjawab, "Kamu benar! Dia mucikarinya!" Katanya, menunjuk pintu yang baru saja di tutup pria bernama Sebastian. Tubuh Min Gi langsung membatu oleh rasa ngeri."Aku akan di penggal Dae Han kalau bilang begitu, kan?" Gumam An Na pelan.
"Dengar!" Ucap An Na, bergerak lebih dekat ke arah Min Gi. "Hutang orangtuamu, dan tunggakkan biaya sekolahmu, sudah aku lunasi! Jadi sekarang, kamu berhutang padaku! Tentu saja, kamu harus membayarnya, kan?"
Min Gi masih tidak merespon, dan An Na bisa menilai seberapa besar trauma yang dialami bocah itu sekalipun Min Gi tidak mengatakan apapun.
"Bekerjalah dengan baik, dan jangan berpikiran untuk kabur. Toh, aku sudah mencabut namamu dari sekolah!" An Na tersenyum dingin, kemudian keluar dari kamar.
Di luar, Sebastian sudah menunggu bersama dengan Yoo Shin, Rae Hyun, Jae Min, Dae Han dan Ae Rae.
"Sebastian, aku titipkan dia padamu," ucap An Na yang segera diangguki dengan sigap oleh Sebastian."Tolong jaga dia baik-baik!" Pinta Dae Han dengan sungguh-sungguh.
"Saya akan membantu sebaik yang saya bisa," sahut Sebastian sopan. Dengan begitu, Sebastian pamit masuk kembali ke kamar.
Dae Han baru saja menghela napas lega saat mendengar suara teriakan memekakkan telinga terdengar dari dalam kamar. Entah sadar atau tidak, Dae Han langsung menyerbu masuk untuk mencari tau apa yang terjadi pada adiknya.
"Min Gi! Ada apa?" Suara Dae Han yang bernada khawatir terdengar.
Yang lain juga tampak terkejut sebelum ikut mendekat untuk mencari tau, kecuali An Na. Perempuan itu hanya tersenyum sekilas, kemudian pergi sambil menandak-nandak riang seperti anak kecil.
"Aku mau es krim!"
Yoo Shin yang menyadari hal itu pun menghela napas panjang.
"Apa lagi sih, yang dia lakukan?"
###
Cieee... lebih cepet update drpd biasanyaa ....