7 Ingin Menjadikan Dewo Budak Sex Untuk Rama

7.5K 132 7
                                    

Andara melambaikan tangan begitu mobil Rolls Royce Dinda meluncur pergi dari depan rumahnya. Dengan tatapan kosong, ia menatap mobil mewah itu perlahan berubah menjadi titik kecil di ujung jalan, sebelum akhirnya lenyap dari penglihatannya. Wajahnya tampak berubah, dari semula tenang menjadi penuh tanya. Sekilas terlihat kebingungan di matanya yang jernih, seolah mencari jawaban dari pertanyaan yang belum terucap.

'Rama, apa yang sebenarnya terjadi di sini?' gumam Andara dalam hati. 

Dia telah lama menyadari bahwa Rama bukan anak laki-laki biasa. Ketika anak-anak lain sibuk bermain mobil-mobilan, Rama lebih suka bermain boneka. Sebagai aktivis di Arus Pelangi, Andara menerima Rama sebagai gay, bahkan sebelum Rama sendiri menyadarinya.

Suatu hari, saat Rama baru berusia lima tahun, Andara membawanya berbelanja ke Metro. Rama yang semestinya memilihkan baju kondangan, malah lenyap entah kemana. Setelah mencari-cari, Andara menemukannya tengah terpaku di depan etalase toko pakaian dalam pria. Matanya tak berkedip menatap gambar model berotot yang mengenakan celana dalam ketat di kemasan. Itu adalah kali pertama Andara menyadari Rama memiliki kecenderungan tertarik pada tubuh berotot.

Namun, peristiwa hari ini membuat Andara sadar bahwa Rama bukan hanya seorang gay dengan sthenolagnia, tetapi juga orang yang dominan. Andara merenung, apakah faktor genetik berperan di sini? Ataukah sifat dominannya yang tanpa sengaja turun ke Rama? Rama yang biasanya lembut, yang rela melepaskan laba-laba yang masuk ke kamarnya daripada membunuhnya, kini berubah menjadi sosok yang dominan di depan matanya.

Andara merasa bersalah. Seharusnya ia telah berbicara dengan Rama sejak dulu, menjelaskan tentang orientasi seksual dan bagaimana mengendalikan hasratnya. Ia berpikir Rama yang masih belia belum akan melakukan tindakan sejauh ini. 

'Harusnya tadi aku menghentikannya saat ia ngeworship Dewo,' pikir Andara. Tetapi, ia malah pura-pura tidak tahu dan membiarkan Rama berbuat sesuka hati. 'Rama hanyalah versi muda dariku, dengan nafsu dan hasrat yang sama!'

Andara berlari secepat mungkin kembali ke kamar anaknya.

Sebuah perasaan menyayat hati menyeruak di dalam dada Andara. Ia berdiri di sana, dengan mata berkaca-kaca, menatap anaknya yang masih menahan puting Dewo dengan kedua tangannya. Kamar itu terasa begitu hening, hanya ada suara derap nafas yang terengah-engah dan detak jantung yang berdebar kencang.

Rama melepaskan puting Dewo. Dengan gerakan cepat dan pasti, ia menyibak selimut yang menutupi Dewo, memperlihatkan dada bidang berotot dengan kedua puting yang ia genggam erat. Dalam sekejap, jemari lentiknya kembali menyambar kedua puting Dewo. Desahan keras Dewo memenuhi ruangan, otot-ototnya menegang namun ia tak berdaya untuk bergerak. 

Dengan cepat, Andara melangkah mendekati Rama, memeluknya erat. Rama merasa seperti tengah berada di antara dua dunia: di satu sisi, ia begitu takut akan reaksi ibunya, tapi di sisi lain, pelukan hangat itu memberinya rasa kelegaan yang mendalam. "Maafkan aku, Ma, ini beneran nggak yang mama pikirin..." bisik Rama dengan suara bergetar.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Nak," gumam Andara dengan lembut, tangannya mengelus kepala Rama dengan penuh kasih sayang. "Kita bisa berbicara tentang ini. Kita bisa menghadapinya bersama."

Andara menghela nafas panjang, wajahnya serius.

"Mau jadiin Dewo budak sex ya?" tanya Andara sambil mencoba menahan getaran di suaranya, "Kamu bius pake obat apa dia? Diazepam, Lorazepam, Midazolam, Propofol?"

Mata Rama membulat dan rahangnya terjatuh. Jika Andara tidak melihatnya langsung, ia mungkin tidak akan percaya bahwa anaknya bisa menunjukkan ekspresi seperti itu. Rama tampak seperti ikan yang terdampar di daratan, mulutnya terbuka lebar namun tidak ada suara yang keluar.

PENTIL DEWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang