Nadir baru saja merebahkan badan setelah membersihkan diri ketika ponselnya berdering. Dia menatap nama yang muncul pada layar ponsel, tersenyum sebentar lalu segera menerimanya.
"Halo?" suara Nayya dari seberang sana terdengar. "Udah sampai rumah?"
"Udah, kok. Ada apa, Nay?"
"Aku cuma mau mastiin kamu sampai rumah dengan selamat,"
"Alhamdulillah, sampai dengan selamat. Nih buktinya bisa angkat telpon kamu,"
"Iya, syukurlah."
"Orang tua kamu marah gak? Maaf tadi pulangnya kemalaman. Aku juga gak sempet mampir buat minta maaf, takut keganggu."
Nayya menggeleng di seberang sana, "Enggak kok, aku harusnya bilang makasih karena kamu udah ajak aku ke sana. Aku senang."
Nadir tersenyum, "Santai aja,"
"Tapi aku beneran senang, sudah terlalu lama aku gak pergi ke tempat-tempat kayak gitu."
"Kapan terakhir kali?"
Nayya diam, Nadir tebak bahwa diamnya Nayya karena perempuan itu sedang berpikir. "Waktu aku masih kecil, mungkin sekitar sebelas tahun yang lalu. Aku gak tau pasti."
Kali ini justru Nadir yang terdiam mendengar penuturan dari Nayya, "Nad, halo...halo..."
Nadir tersadar, "Maaf, maaf, tadi kamu bilang apa?"
"Iya, jadi aku bersyukur banget waktu kamu ajak ke pasar malam, seperti yang kamu bilang waktu itu, menciptakan memori-memori indah."
"Kalau gitu, nanti aku ajak ke tempat lain. Ada gak satu tempat yang ingin kamu datangi atau tempat yang belum pernah kamu kunjungi di jakarta?"
Nayya tertawa di seberang sana, "Terlalu banyak, Nad. Malahan kayaknya aku gak pernah kenal semua sudut kota Jakarta."
"Wah," Nadir speechless mendengarnya.
"Kenapa? Kaget, ya?"
"Sedikit, jadi selama ini kamu ke mana aja, Nay?"
"Gak kemana-mana, jadi anak rumahan gak seburuk itu."
"Besok sore siap-siap, ya!"
Nayya mengerutkan dahinya bingung, "Buat apa?"
"Aku mau menjalankan misi, kamu mau bantu?"
"Misi apa dulu, nih?"
"Misi membuat anak rumahan kayak kamu jadi kenal setiap sudut kota Jakarta, mau?"
Nayya menarik kedua sudut bibirnya ke atas, tawaran-tawaran lelaki itu selalu jadi sesuatu yang tidak bisa Nayya tolak.
Terlalu menggiurkan.
***
Pada hari minggu pagi ini, Nayya sudah sibuk di kamarnya. Mengobrak-abrik isi lemarinya, mencari-cari baju apa yang akan dikenakannya untuk dipakai menjalankan misi Nadir nanti sore.
Nayya mencoba sebuah baju, keluar dari kamar meminta pendapat Ibu Ayu. Masuk, lagi ke kamar mencoba baju lainnya, lalu bertanya kembali. Begitu terus sampai Ibu Ayu dibuat kewalahan menanggapi. Ibu Ayu mematikan kompor dan menyusul Nayya masuk ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERCOVER
Teen Fiction"Bagaimana kalau Nadir gak ada?" Nayya tak bergeming, matanya memerah dengan spontan. "Nadir mau pergi?" tanyanya dengan suara sendu. "Nadir cuma bertanya, bagaimana kalau Nadir gak ada? Nayya akan kesepian karena gak punya teman selain Nadir." Pere...