Harap membaca dengan bijak!
Happy reading~
Dua bulan berlalu, selama dua bulan itu juga Sasuke menghabiskan hari-harinya di kantor, pria itu menjadi gila kerja bahkan tidak jarang ia menghabiskan harinya berhadapan dengan berbagai berkas-berkas dan dokumen yang dulu pernah menjadi sesuatu yang paling dibenci oleh pria itu.
Juugo selaku sekretarisnya bahkan tak diberikan pekerjaan, semua pekerjaannya diambil alih oleh pimpinannya itu. Ia ke kantor hanya duduk diam sesekali berkeliling kantor karena tak tahu harus melakukan apa, bahkan jika bisa ia akan menggantikan pekerjaan cleaning service agar tidak merasa bosan.
"Presdir." Panggil Juugo memberanikan diri berbicara dengan Sasuke tapi lelaki yang tengah sibuk membaca sebuah dokumen itu tak menanggapinya.
"Presdir." Ulang pria bersurai orange itu.
Juugo memejamkan matanya mencoba menahan emosi, "Presdir Uchiha." Panggilnya lagi namun tetap tak ada respon.
"Uchiha Sasuke!" Juugo sudah tak tahan lagi dengan sikap atasannya itu dan apa yang dia lakukan berhasil, kini Sasuke mengangkat wajah datarnya.
"Apa?" Tanya Sasuke.
"Dasar bocah sialan!" Umpat Juugo tertahan.
"Kita harus bersiap untuk wawancara." Ujar Juugo dengan kesal."Kau saja yang mewawancarai mereka, berikan padaku daftar nama-nama mereka. Aku akan mengawasimu lewat monitor." Ucap Sasuke kembali fokus membaca.
"Huh! Terserah padamu." Juugo kemudian menyerahkan berkas ditangannya lalu keluar dari ruangan Sasuke.
<•••>
Haruno Sakura berjalan menyusuri rak yang penuh dengan berbagai jenis buah-buahan, langkahnya terhenti saat berada di rak yang berisi buah yang akan ia beli.
Matanya lalu menangkap satu jenis buah yang ada di samping buah jeruk, itu buah tomat membuatnya teringat akan seseorang yang sangat menyukai buah tomat.
Sakura menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum simpul. Sast tangannya akan sampai mengambil buah jeruk sebuah tangan lain dari belakang menepuk pundaknya pelan.
"Sakura-chan?"
Sakura sontak menoleh ke belakang saat suara seseorang memanggil namanya dan seorang pria yang berdiri di belakangnya membuatnya terkejut.
"Naruto!" Pekik wanita bersurai merah muda itu.
Naruto terperangah, pria bersurai kuning itu menatap Sakura dari ujung kepala sampai ujung kaki, "Kau berubah." Ungkap Naruto.
Kening Sakura berkerut, "Berubah? Apanya yang berubah, aku tetap Haruno Sakura." Ujar Sakura disusul kekehan kecil dari wanita itu.
"Ma-maksudku penampilanmu yang berubah, kupikir aku salah orang tadi. Kau cocok dengan rambut panjangmu."
Sakura tersenyum, "Benarkah? Terima kasih."
"Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Tanya Naruto.
"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja." Jawab Sakura.
"Kau datang sendiri?" Tanya Naruto.
Wanita bersurai merah muda panjang terurai itu menggeleng, "Aku datang bersama-"
"Saki sudah selesai?" Suara seorang pria yang berasal dari belakang Naruto menginterupsi perbincangan antara Naruto dan Sakura.
"Iya sudah." Sakura menjawab pertanyaan pria itu dengan senyum diwajahnya.
Naruto terdiam ditempatnya berpijak, pria bermanik savir itu bertanya-tanya siapa sebenarnya lelaki tinggi dan tampan yang berdiri di samping Sakura ini.
"Siapa?" Tanya Naruto pada Sakura.
"Dia Uzumaki Naruto, teman sekolahku saat SMA. Naruto perkenalkan dia Shii.." Sakura menjeda ucapannya kemudian tersenyum tipis.
"Calon suamiku."
<•••>
Malam kiat larut, waktu sudah menunjukkan pukul 11.12 PM. Namun, belum ada tanda-tanda jika pria tampan dengan rambut yang berantakan itu akan menyelesaikan pekerjaannya.
Sejenak pria bersurai raven itu memijit pelipisnya kemudian menarik laci meja kerjanya lalu mengambil sebuah botol kecil kemudian mengeluarkan dua butir pil dari dalam botol itu dan segera menelan obat itu tanpa meminum air.
Drrt.. Drrt..
Ponsel yang di atas meja bergetar, ia kemudian menjawab panggilan yang berasal dari Naruto tersebut.
"Ada apa?" Tanya Sasuke.
"Setelah mengetahui apa yang akan aku katakan ini, kau pasti akan menyesal Teme!"
"Sialan!" Umpat Sasuke. "Bicara yang benar bodoh! Apa maksudmu?" Kesal Sasuke.
"Aku tidak sengaja bertemu dengan Sakura-chan di Supermarket tadi sore, dan dia datang ditemani oleh calon suaminya."
"Sakura-chan akan segera menikah."
Sasuke terdiam, lima detik kemudian dia menghela napas, "Kalau begitu baguslah. Aku senang dia akhirnya mendapat laki-laki yang bisa membuatnya bahagia." Ucap Sasuke.
"Kau yakin akan baik-baik saja Sakura menikah dengan pria lain? Aku tahu kau masih sangat mencintai Sakura-chan, Teme! Jangan bohongi perasaanmu."
Sasuke menunduk meremas rambutnya, "Lalu aku harus apa Uzumaki bodoh, Sakura sekarang mungkin sudah bahagia dengan lelaki lain. Aku tidak mungkin merebutnya dari lelaki itu. Aku tidak ingin membuatnya sedih lagi."
"Kau bukan Sasuke yang kukenal, Uchiha Sasuke sahabatku adalah pria yang akan berbuat apa saja demi mendapatkan keinginannya. Kau berubah dude. Kau benar-benar pengecut!" Kesal Naruto.
"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat denganmu. Aku sedang sibuk." Sasuke segera memutuskan panggilan itu lalu meletakkan ponselnya kenbali ke atas meja.
Pria Uchiha itu menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya lalu memejamkan matanya, kembali memijit kepalanya yang sakit, dua buah obat sakit kepala tadi benar-benar tidak mempan mengobati sakit kepalanya.
"Secepat itukah kau melupakanku, Sakura." Lirih Sasuke.
Liquid bening itu terjatuh membasahi salah satu pipi Sasuke, dia kembali menangis untuk kesekian kalinya. Menyesal? Tentu saja laki-laki itu menyesal.
Ketidak beradaan Sakura disisinya selama dua bulan ini membuatnya tak pernah tidur nyenyak, ia selalu bermimpi buruk setiap malam terbayang tangisan Sakura malam itu saat ia memilih meninggalkannya.
Sasuke seharusnya bahagia, sesuai kemauannya malam itu membiarkan Sakura mencari pria lain yang lebih baik darinya. Tapi apa? Sekarang dirinya tak mau hal itu terjadi.
Namun, semuanya sudah terlambat. Sakura sudah mendapatkan kebahagiaannya dari pria lain dan itu adalah konsekuensi yang dia dapatkan, mau tidak mau dirinya harus menerimanya.
<To be Continue>
KAMU SEDANG MEMBACA
NO MORE DISTANCE [SASUSAKU] 2nd Season
Romance(21+ Content) 2nd Season of DISTANCE [SASUSAKU] Hubungan yang telah berakhir, akan kah bersatu kembali?