Kala memperhatikan dirinya melalui pantulan cermin besar berbentuk bulat yang berada di dalam kamar. Sesekali ia merapikan rambut dan dasi yang dikenakannya agar terlihat lebih rapi. Hari ini adalah hari pertama Kala akan memulai sekolah SMA nya di Harrison School. Ia sangat tidak sabar bertemu kembali dengan teman-temannya, karena sebagian dari mereka yang saat ini bersekolah di Harrison School adalah teman Kala sewaktu kecil.
Saat akan keluar dari kamarnya dan bersiap untuk pergi, tiba-tiba ibunya datang dengan pakaian yang rapi menghampiri. "Putra Ibu begitu terlihat tampan." Sambil memegangi pundak Kala.
Kala hanya tersenyum melihat tingkah ibunya itu. "Terima kasih, Ibu. Aku akan segera berangkat. Sudah lama aku tidak menggunakan motor itu."
"Nak?" panggil ibunya.
Kala menghentikan langkahnya. Reflek ia membalikkan badan dan menatap wajah sang ibu. "Ya?"
"Tapi kamu hanya akan pergi jika diantar Pak Anton dengan mobil yang sudah disiapkan Ayah. Dia sudah menunggumu di depan gerbang sejak tadi."
Anggun Harrison yang merupakan ibu Kala sejak semalam telah diberitahu oleh suaminya agar Kala tidak boleh menggunakan kendaraan roda dua miliknya. Putra kedua mereka itu hanya boleh bepergian diantar jemput oleh supir pribadi keluarga. Anggun sedikit keberatan dengan permintaan itu, namun apa daya ia juga tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan dari suaminya.
***
Suasana terlihat begitu ramai saat berada di Harrison School. Para siswa sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Kala yang baru saja tiba segera turun dan berjalan memasuki koridor sekolah. Seketika keadaan menjadi heboh saat para siswa melihat kedatangan seorang laki-laki yang sangat mereka kenali, anak pemilik perusahaan Harrison yang saat ini hadir di tengah-tengah mereka. Berita mengenai kepulangan Kala telah tersebar luas, namun mereka dibuat terkejut ketika Kala bersekolah di Harrison School. Puluhan pasang mata menatap ke arahnya, namun Kala tetap bersikap santai seolah hal itu sudah biasa baginya. Sesekali ia terlihat tersenyum ramah kepada beberapa orang yang menatapnya.
Dari kejauhan, Kala melihat seorang laki-laki yang menatapnya. Aura permusuhan sangat jelas terlihat diantara mereka berdua. Kala langsung menghentikan langkahnya, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya ia menatap kembali Dirga, laki-laki yang ada dihadapannya saat ini. Para siswa dengan cepat langsung berkumpul mengelilingi mereka berdua, ada yang sibuk berbisik-bisik, ada juga yang mengeluarkan handphone untuk mereka upload di berita sekolah.
"Wah lihat, kita kedatangan tamu istimewa hari ini", ujar Dirga dengan tawanya yang sangat jelas mengejek sambil bertepuk tangan. "Seharusnya aku menyambut kedatangan Tuan Muda anak dari pemilik Harrison School ini dengan meriah, bukan?"
Kala tetap diam, tidak membalas perkataan dari Dirga. Ia tahu jika Dirga saat ini tengah memancing kemarahannya. Bukan takut dan tidak ingin membalas perkataan Dirga padanya, tetapi Kala terlalu malas untuk menghadapinya yang biasa akan berakhir dengan berkelahi.
Dirga mendekat, mengulurkan tangan pada Kala. "Selamat datang di Harrison School, Askara Harrison Chandrakala."
Kala masih bergeming, sama sekali tidak membalas jabatan tangan Dirga.
Dirga menarik kembali tangannya dengan tersenyum, lalu berbicara seolah mengejek. "Ohh, apa seperti ini perilaku keluarga Harrison?"
Kala yang sejak tadi hanya diam langsung mencengkram jas sekolah milik Dirga. "Berhenti untuk cari masalah. Gue males berurusan sama lo."
Semua siswa berteriak histeris saat melihat keduanya yang hampir saja baku hantam jika saja tidak dengan cepat segera dipisahkan. Sampai akhirnya Reza salah satu murid SMA Harrison School yang mengenali mereka, turun tangan untuk melerai keduanya.
"Kal, lepasin Dirga. Pergi dan cari dimana kelas lo sekarang. Dan lo Dirga, jaga sikap dan berhenti buat onar. Buat semuanya tolong bubar dan hal ini jangan sampe masuk ke berita kelas." Reza dengan tegas memperingati mereka.
Perlahan Kala mulai melepaskan cengkeramannya pada Dirga. Ia menatap laki-laki itu dengan penuh amarah dan segera pergi meninggalkan koridor sekolah. Kala bergegas mencari kelasnya di gedung A lantai 10 paling atas, meninggalkan para siswa yang masih menatapnya dengan penuh tanda tanya yang memenuhi isi kepala mereka.
Bukannya takut karena tatapan Kala padanya, Dirga tersenyum puas saat melihat Kala dipermalukan olehnya di hari pertama. Ia juga tidak sama sekali tidak merasa bersalah. Dirga lalu meninggalkan Reza dan para siswa lainnya sambil bersiul dengan perasaan yang terlihat senang dan bahagia. Reza yang saat itu menatap keduanya yang telah pergi menjauh hanya bisa menggelengkan kepala, tidak mengerti dengan pemikiran mereka berdua yang masih saja memendam dendam. Sampai seorang laki-laki menghampiri dan berjalan kearahnya. Menepuk pundak Reza dengan pelan dan mengatakan. "Lo lihat, kan? Perang dingin akan segera dimulai."
***
SMA Harrison School adalah salah satu sekolah swasta terbaik di kota metropolitan. Tak heran jika banyak orang yang tertarik untuk mendaftarkan diri di Harrison School. Hanya saja tidak sembarang orang yang dapat masuk di sekolah tersebut walaupun berstatus sekolah swasta. Calon siswa yang ingin mendaftarkan dirinya harus melewati beberapa tahapan proses dan seleksi terutama dalam bidang akademik, kecuali Kala.
SMA Harisson School memiliki 2 tingkatan atau para siswa sering menyebutnya 2 kasta. Gedung A yang berada di lantai 10 paling atas adalah kasta pertama. Rata-rata siswa yang berada di kelas ini adalah siswa yang populer, hits dan berprestasi. Pekerjaan orang tua mereka pun biasanya pemilik perusahaan, CEO di berbagai bidang, pemilik beberapa restaurant atau tempat-tempat mewah lainnya. Para siswa yang menempati gedung A ini adalah orang-orang pilihan. Terakhir gedung B yang berada di lantai 5 SMA Harrison School. Gedung ini diisi oleh para siswa yang tergolong biasa saja, namun prestasi mereka tidak kalah dengan para siswa yang berada di gedung A. Hanya saja pekerjaan orang tua mereka seperti sekretaris perusahaan, karyawan, atau para pekerja lainnya.
Fasilitas yang ada di SMA Harrison School begitu mewah dan canggih. Dilengkapi dengan beberapa lift yang menghubungkan antara lantai bawah dan lantai 10, gedung olahraga dan kolam berenang khusus untuk siswa-siswi SMA Harisson School. Para siswa yang berada di gedung A dan B boleh menggunakannya tanpa membeda-bedakan. Hanya saja Harrison School membedakan gedung A dan B selain dari pekerjaan orang tua mereka juga menyesuaikan dengan donatur yang diberikan oleh para orang tua siswa untuk kepentingan sekolah. Harisson School juga memberikan potongan atau beasiswa penuh bagi siswa yang berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik.
Selain fasilitas yang sangat lengkap, Harrison School sangat memperhatikan kantin para siswa yang berada di lantai bawah. Bahkan Elvanno Harrison, pemilik Harrison School mendatangkan beberapa koki untuk menjamin kualitas makanan. Saat jam istirahat tiba, biasanya para siswa mengatri dan berbaris dengan rapi untuk mengambil makanan sesuai dengan keinginan dan pilihan mereka sendiri. Betapa megahnya Harrison School, bukan?
🌚🌚🌚
Selamat malam temen-temen semua. Selamat beristirahat dan semangat untuk menghadapi esok hari, ya☺️✨
Selamat membaca💐
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night We Met
Ficção AdolescenteAskara Harrison Chandrakala, putra kedua dari Elvanno Harrison tetap menolak saat ayahnya menyuruh untuk kembali ke Aussie. Ia tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal bersama keluarga Harrison lainnya. Alhasil ayahnya mendaftarkan Kala di sekolah...