Joanna membantu Mega memasak mie di dapur. Lalu makan bersama Jeffrey dan dua temannya yang lain di ruang makan sebelum tidur. Karena malam semakin larut.
Semalaman Joanna tidak bisa tidur karena bayang-bayang Mega terus saja berputar di kepala dan membuatnya terus tersenyum. Apalagi saat Mega berencana membawa dirinya jalan-jalan ke museum. Karena mereka sama-sama suka seni dan kebetulan sekali akan ada pameran seni di museum pada hari minggu.
"Aku pakai baju apa untuk first date minggu depan, ya?"
Joanna yang sebelumnya sudah sedang berbaring mulai bangkit. Lalu membuka lemari guna memeriksa pakaian yang akan dipakai pada saat ke museum bersama Mega si laki-laki yang ditaksir. Meski dia agak merasa tidak yakin jika hubungan ini akan berhasil.
6. 30 AM
Joanna sudah mandi dan berdandan cantik. Padahal dia masih libur sekolah hari ini. Namun saat ini, dia sudah berpakaian yang cukup rapi. Kaos putih dan rok selutut warna merah hati. Padahal biasanya, dia akan memakai kaos kebesaran milik Jeffrey yang sudah bolong di sana-sini. Karena sengaja digunting agar lebih stylish.
Sebenarnya Jessica sudah sempat memarahi. Karena Joanna tampak seperti anak jalanan yang tidak terurus sama sekali. Namun Joanna yang suka membantah jelas bisa memenangkan perdebatan ini. Sehingga mau tidak mau, orang rumah harus bisa memaklumi.
"Tumben sudah mandi!"
Ejek Jeffrey pada Joanna yang sedang duduk di salah satu kursi makan. Lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Sebab mencari keberadaan teman-teman si kakak yang semalam menginap.
"Mereka di mana?"
"Pulang, lah! Kenapa? Nyariin Mega? Sudah dibilang jangan dekat-dekat dia!"
Joanna mendengus sebal. Lalu sarapan dengan wajah masam. Sedangkan Jessica hanya menggeleng saja. Sebab mereka memang kerap bertengkar jika bersama. Tapi kalau salah satunya tidak ada, pasti akan saling mencari dan rindu berat.
"Kenapa, sih? Kenapa tidak suka sekali melihatku dekat dengan Mega? Karena dia playboy dan kamu takut aku diselingkuhi, iya?"
"Dih! Pede sekali! Aku tidak suka kalian dekat karena aku ingin menyelamatkan! Mega banyak yang suka! Kalau kalian pacaran, apa tidak habis kamu dihujat karena dianggap tidak pantas!? Nanti kalau nangis ngadu ya ke siapa? Aku, kan!?"
Joanna yang mendengar itu mulai menjambak Jeffrey. Membuat Jessica dan Sandi panik dan mulai menengahi. Sebab takut keduanya sama-sama mati jika tidak dipisah saat ini.
"Oh, jadi menurutmu aku jelek begitu? Sampai-sampai tidak pantas pacaran dengan temanmu! Jeffrey Anjing!!!"
Jeffrey tidak membalas jambakan Joanna meski sebenarnya dia bisa. Karena dia sibuk berteriak dan meminta orang tuanya untuk memisah. Sebab dia jelas tidak sampai hati memukul perempuan dan hanya bisa berusaha menjauh saja.
"MAMA! PAPA! JAUHKAN MAK LAMPIR INI SEKARANG! SAKIT ANJING!!!"
Jessica menarik Joanna. Hingga jambakan pada rambut Jeffrey semakin kencang. Membuat Sandi mulai menahan tawa. Lalu menggenggam tangan Joanna dan berusaha melepas jambakan.
Sarapan hari itu benar-benar berantakan. Karena Joanna berakhir mogok makan dan langsung pamit ke rumah teman. Tentu saja setelah meminta uang saku dari Jessica.
Sedangkan Jeffrey? Dia menghabiskan waktu liburan di rumah. Ingin rebahan dan menonton One Peace di kamar saja. Sebab hari ini dia memang tidak ada agenda keluar rumah.
Beberapa hari kemudian.
Hari ini hari minggu. Joanna akan bertemu Mega di museum. Saat ini dia naik ojek karena terlambat bangun. Padahal, dia sudah menyiapkan dress selutut dan berniat naik taksi supaya tidak repot saat naik turun.
"Terima kasih, Pak!"
Seru Joanna setelah memberikan helmet pada orang yang mengantar. Lalu berlari kecil menuju kamar mandi terdekat. Karena ingin melepas legging yang dipakai sebelum berangkat. Sebab dia tidak mungkin memakai dress saja saat naik motor dan membonceng pula.
Setelah beberapa menit di dalam, Joanna akhirnya keluar. Sembari memeriksa ponselnya. Berniat memberi kabar pada Mega jika dia sudah tiba.
"Kenapa tidak bilang kalau naik ojek? Tahu begitu aku jemput tadi."
Joanna terkejut saat melihat Mega yang menepuk pundak. Sebab sejak tadi dia menunggu di luar kamar mandi. Karena dia melihat Joanna saat turun dari ojek dengan memakai legging.
"Eh, Kak Mega. Aku kesiangan tadi, jadi naik ojek supaya tidak terlambat. Hehehe. Ayo masuk sekarang!"
Joanna menunjuk antrean di pintu masuk museum. Membuat Mega mengangguk. Lalu bertanya tentang legging yang tadi sempat dipakai gadis itu.
"Leggingnya ke mana?"
"Ada, di dalam tas. Hehehe."
Joanna terus saja tersenyum. Sebab dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagian di hari itu. Karena akhirnya, dia bisa kencan dengan orang yang sudah disukai selama bertahun-tahun.
Setelah dua jam melihat-lihat di dalam museum, Joanna dan Mega memutuskan makan siang bersama. Di salah satu restoran dekat sana. Sebab museum memang terletak di tengah kota. Sehingga dekat jika ingin ke mana-mana.
"Kamu pakai soft lens warna apa? Cocok di kamu, jadi terlihat semakin cantik."
Tanya Mega tiba-tiba. Membuat Joanna salah tingkah. Hingga tanpa sadar menahan nafas.
"Serius, cantik sekali."
Joanna mulai menundukkan kepala. Lalu melipat kedua bibir ke dalam. Sebab menahan senyuman yang sejak tadi tidak ingin berhenti mengembang.
Bayangkan saja. Kamu dipuji cantik oleh laki-laki yang kamu suka. Apa tidak salting brutal?
"Ah, Kakak bisa saja! Ini warna warm grey mix green. Cantik, ya? Kata Jeffrey malah seperti ular. Pasti matanya buta!"
Mega terkekeh pelan. Karena menurutnya, Joanna sangat lucu dan menggemaskan. Sebab dia selalu mengatakan apapun yang ada di kepala tanpa difilter terlebih dulu sebelumnya.
"Setelah ini mau ke mana lagi? Kamu boleh di luar sampai maksimal jam sembilan, kan? Masih ada delapan jam. Mau nonton saja?"
"Boleh, aku suka semua film. Jadi bebas, tidak perlu bertanya padaku mau yang mana."
Lagi-lagi Mega tertawa. Dia benar-benar merasa senang berada di dekat Joanna. Ada sedikit perasaan tertarik juga. Padahal sebelumnya, dia hanya menganggap Joanna sebagai anak kecil saja.
Di tempat lain, Jeffrey sedang berenang di sendirian. Di siang yang mendung karena akan turun hujan. Namun tiba-tiba saja ada orang asing datang yang menginterupsi kegiatan.
"Permisi, Den. Saya Kasih, keponakan Bu Dhe Sumi. Mulai hari ini saya kerja di sini. Ini, saya diminta Ibu Jessica mengantarkan teh kemari."
"Iya, Kasih. Letakkan di di pinggir! Salam kenal, aku Jeffrey!"
Seru Jeffrey yang mulai melanjutkan kegiatan berenang kembali. Membuat kasih tersenyum kecil. Sebab dia sudah jatuh hati pada pandangan pertama dengan laki-laki ini.
30 comments for next chapter!!!
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERYTHING TAKES TIME [END]
RomanceJust ordinary story about Joanna and Jeffrey.