Mengulang Kisah

2.6K 247 11
                                    

Aku berjalan cepat melintasi koridor yang ramai dengan banyaknya orang berlalu lalang. Entah apa yang orang-orang ini kerjakan karena mereka berisik sekali. Belum lagi properti pemotretan yang disimpan berserakan di sepanjang koridor sehingga menghalangi jalan, membuatku gemas dan gatal ingin merapikan semuanya satu per satu.

Ketika aku tengah terburu-buru, Yosef yang bekerja sebagai tim wardrobe, tiba-tiba saja menghadang jalanku. Aku cukup terkejut melihat penampilannya yang outstanding. Dia memakai turtle neck berwana hijau stabilo yang dipadukan dengan celana skinny berbahan spandek.

"Kebetulan ketemu lo di sini. Tolongin gue dong, Dier. Menurut lo mana yang lebih oke? Kiri atau kanan?" tanya Yosef sambil memperlihatkan dua jenis style pakaian di tangan kanan dan kirinya.

Aku mengamatinya sejenak. Dan aku tidak butuh waktu lama untuk menjawab, "Kanan, modelnya lebih trendy dan perpaduan warnanya juga kelihatan lebih catchy."

"You right. Lo emang jenius, Diera. Thank you so much, Darling," semburnya sambil berbalik pergi dan meninggalkan aku begitu saja. Sudah pasti hal itu membuatku tertawa sambil geleng-geleng kepala.

Aku menemukan  keberadaan Rere sedang berkutat dengan laptopnya saat tiba di depan mejanya. "Mbak Luna udah confirm, Re? Dia available, kan, buat photoshoot hari ini?"

"Mbak Luna udah Oke. Tadinya dia bilang kalau hari ini lagi pengin istirahat karena baru tiba dari Korea, tapi, setelah tahu kalau fotografernya Mas Athar, dia langsung oke."

"Bagus kalau gitu. Lo udah hubungi Athar?"

"Sudah, Mbak. Mas Athar bilang pemotretannya akan dilakukan jam empat sore di Skywalk Senayan Park. Gue juga udah koordinasi dengan pihak mall, dan mereka bersedia kasih kita waktu dua jam untuk pemotretan."

Aku sudah terbiasa dengan keefisienan Rere dalam mengatur agenda pekerjaan kami setiap hari, sehingga aku tidak ragu ketika memberinya pujian. "Good job, Rere. Lo emang selalu bisa diandalkan. Kalau gitu sekarang lo kelarin dulu semua kerjaan lo, biar gue nyiapin materi photoshoot-nya. Jam dua kita meluncur ke lokasi ya, Re."

Rere langsung mengangguk. "Siap, Mbak."

~~~~

Wajah cantik Luna Maya dengan pembawaannya yang anggun dan berkelas, membuat semua kru yang terlibat dalam sesi pemotretan ini begitu terpukau hingga tidak bisa mengalihkan perhatian ke arah lain.

Namun, lain denganku. Sejak tadi perhatianku justru terdistrak kepada Atharva yang terlihat sedang serius dengan kameranya.

Damn! He's so gorgeous. Penampilannya kali ini lebih kasual dengan memadukan celana cargo dan kaus oversize berwarna hitam. Five a c'lock shadow yang tumbuh di rahangnya, berhasil mengacaukan pikiranku hingga tidak bisa berkonsentrasi.

Sejak awal aku tidak perlu menjelaskan konsep seperti apa yang aku inginkan. Atharva sudah lebih paham dan menyesuaikan konsep pemotretan yang dipilih dengan wardrobe yang dipakai model serta semua properti yang kami gunakan

Atharva dan kamera adalah kombinasi yang pas. Seperti belahan jiwa yang tidak bisa terpisahkan. Dulu Atharva pernah bercerita bahwa sejak kecil dirinya sudah tahu jika dia ingin menjadi fotografer. Sama seperti papanya.

Dia punya passion yang besar dalam seni fotografi. Entah sudah berapa banyak penghargaan yang Atharva raih. Hal itu pula yang memudahkan dirinya hingga bisa bekerja di BBC, British Broadcasting Corporation, yaitu lembaga penyiaran umum Britania Raya, yang merupakan penyiar nasional tertua di dunia.

"Gue beneran nggak nyangka, Mbak, lo bisa semudah itu bikin mantan redaktur pelaksana BBC kayak Mas Athar, mau menerima tawaran freelance fotografer dari kita," celoteh Rere yang sejak tadi duduk di sebelahku sambil memperhatikan proses photoshoot.

Mengapa Jatuh Cinta Harus Sesakit Ini?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang