Tzuyu segera membuka pintu kamar setelah memastikan air matanya dapat ia tahan dan dia pasti akan terlihat baik-baik saja.
Tapi itu mungkin sebuah hiburan yang menghibur dirinya sendiri. Karena apa? Alis Taehyung sedikit mengerut saat pertama kali melihat wajahnya membuka pintu sebelum pria itu dengan sikap dinginnya. “Mau apa kau disini?” tanya Taehyung, nadanya tidak curiga, tapi menimbulkan kekecewaan serta rasa tersinggung bagi Tzuyu.
Mengapa Taehyung bertanya mau apa dia di kamar mereka?
Mengapa Taehyung bertanya begitu?
Apa memang bukan dia lagi pemilik kamar ini? Keputusan sudah diputuskan?Taehyung melirik ke dalam kamar bayinya melihat paper bag tergeletak begitu saja di lantai. Lalu memandangi Tzuyu lagi dengan diam.
“Kau membeli boneka lagi?” tanyanya dan hanya mendapat anggukan dari Tzuyu, lalu wanita itu menunduk sedalam-dalamnya rasa sakit hati. Taehyung mencurigainya. Itu jelas sekali.“Mengapa kau sering sekali masuk ke kamar ini melebihi Yerin sendiri Tzuyu?” Tzuyu mengangkat kepalanya dan tidak menyembunyikan lagi air matanya yang penuh di kelopak mata itu. Dia hanya memandangi mata Taehyung yang masih tanpa ekspresi.
“Mengapa dia yang memutuskan seberapa sering aku masuk ke kamar ku sendiri?” tanya Tzuyu dengan wajah cemberut karena sangking sedihnya dia tidak bisa mengangkat bibirnya yang melengkung dengan baik.
“Kamar yang kau masuki kamar bayinya, dia bahkan tidak terlalu peduli apa isinya, tidak peduli bagaimana tatanan barang-barang di dalam, kenapa kau selalu merepotkan dirimu untuk hal yang bukan urusanmu?”
Tzuyu menghapus air matanya yang jatuh perlahan di salah satu pipi. “Apa salahnya jika aku melakukan ini? Aku tidak mencuri, aku tidak melukai siapa pun, aku tidak merusak apa pun di dalam. Jika dia tidak peduli pada bayi kalian, itu masalah dia. Karena aku peduli pada bayimu Kak Taehyung, aku melakukannya karena dia milikmu.”
“Kau yakin untukku?” tanya Taehyung membusungkan dadanya membuat Tzuyu mundur beberapa langkah.
Tzuyu mengangguk.
“Kalau begitu mulai besok berhenti melakukan banyak hal, Tzuyu. Berhenti mempedulikan aku atau pun Yerin, atau siapa pun yang menggerakkan hatimu. Kau bukan malaikat, kau hanya seorang istri, kau manusia biasa. Kau tidak pernah peduli pada aku, kau melakukan segala hal sesukamu.”
“Jika kau cukup pintar, kau tidak akan berada di tempatmu saat ini. Kau mendengarkan suamimu, tapi kau bertindak selalu melalui nalurimu. Dan kau tahu apa dampaknya setiap kali kau mulai terlalu peduli pada orang lain.”
Tzuyu masih diam. Tangannya bertaut saling meremas. Hatinya sakit. Dia hanya ingin membantu, dia hanya tidak sabar, dia hanya sangat gembira, dia hanya sangat jatuh cinta pada bayi milik suaminya. Entah dia akan menjadi ibu atau tidak nantinya, suaminya sudah jelas akan menjadi seorang ayah.
Dan dia senang dengan hal itu. Yang terpenting kebahagiaan Taehyung.
“Berhenti menyentuh barang-barang bayiku tanpa seizin Yerin atau aku. Kau tidak perlu terlalu menunjukkan apa pun untuk siapa pun. Kuharap kau memahami ini.”
Tzuyu melihat jauh dalam dirinya, ada sesuatu yang diremas tanpa berperasaan. Hatinya. Harga dirinya. Segala hal dirusak. Dia hanya mencoba menghapus air matanya berulang kali sebelum Taehyung memutar tubuh hendak meninggalkannya.
“Malam ini, aku dan Yerin di undang mama makan malam di rumah kakak, Tiffany. Jika kau ingin ikut, bersiaplah segera. Berusahalah untuk menempati tempatmu, Tzuyu.”
“Ta-tapi aku tidak ingin...” rasa takut langsung menjalar di tubuh Tzuyu. Wajahnya merah padam karena menahan rasa takut yang menggebu. Dia tidak siap atas perjumpaan keluarga lagi. Dia tidak siap sama sekali. Dia takut akan menjadi bulan-bulanan dan pecundang.