𝐄𝐏𝐈𝐋𝐎𝐆

36 6 1
                                    


Aylla sedang menatap selembar kertas yang baru saja didapatnya. Disela sela berisiknya murid murid dijam istirahat, dia duduk membaca kertas yang tak lain adalah undangan reuni dari teman temannya.

"Undangan Reuni. Caffe Soffia, jam tujuh, minggu depan. Hm, Ekal pulang gak ya?" ujarnya berpikir. Kemudian mengambil ponselnya berniat menghubungi sepupunya.

"Assalamualaikum, Ustadz Ekal," ucapnya terkekeh geli. Terdengar dari sebrang sana Ekal mendengus. "Waalaikumsalam. Usil banget si lo, Aya," cibir laki laki itu.

"Siapa yang usil si. Kan bener lo sekarang ustadz hehe."

"Cukup buat murid murid yang gue ajar doang. Lo tu gak diajak, bu Ay ay!" Aylla tersenyum gemas mendengarnya.

Hampir satu bulan mereka tidak bertemu. Aylla yang setelah lulus menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta, menetap kembali dirumahnya. Ekal yang bekerja dipondok pesantren Azzilla kakaknya, dan akan pulang ke jakarta sebulan sekali menengok keluarganya.

"Kenapa telpon? Iya kali ini gue inget kok jadwal gue pulang, gak harus diingetin,"

"Sotoy. Siapa juga yang mau bahas itu," ujar Aylla terjeda. "Eh, gak juga si."

"Nanti malam gue berangkat dari sini."

"Sama siapa?"

"Sama Husna. Katanya dia lagi libur, jadi minta ikut ketemu De wahyu."

"Gitu ya. Ini gue telpon lo mau bilang, acara reuni sekolah minggu depan, kira kira bawa apa ya, biar gak tangan kosong?"

"Reuni sekolah? Kok gue gak diundang?"

"Undangannya ada digue ini. Tadi dikasih Cio."

"Oh ya udah. Nanti sekalian gue cari dijalan aja. Em, Ya? Udahan dulu ya telponnya, dipanggil mba Zilla nih."

"Oke oke. Gue matiin, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aylla kembali menyimpan ponselnya. Kemudian mengalihkan pandangannya pada para murid yang sedang mengemasi bekal masing masing karna beberapa saat lalu sudah terdengar bel selesai istirahat.

"Heh cepetan belnya dah bunyi malah masih santai santai aja!" ucap salah satu siswa pada teman sebangkunya. Orang yang dimaksud justru terperajak kaget saat tubuhnya terguncang ketika matanya masih fokus menatap layar ponselnya. Dia mendengus kesal setelahnya, apa lagi ponselnya hampir saja terjatuh.

Sebagai guru, Aylla hanya bisa tersenyum menyaksikannya. Beberapa saat kemudian, ia berajak dari kursinya.

"Oke gimana istirahatnya cukup?"

"Belum bu!"

Wanita itu terkekeh mendengar kekompakan mereka. "Lanjut nanti ya. Kan waktunya cuma 20 menit buat istirahat. Sekarang kita lanjut ke materi." Tampak raut diwajah masing masing siswa langsung cemberut mendengarnya. Lucu sekali memang. Tapi memang tidak heran, hal itu selalu disetiap siswa.

"Nah, mengidentifikasi makna kata dalam teks hikayat yang selanjutnya yaitu gaya bahasa, atau majas. Dan majas ini gak cuma ada satu. Ada majas antonomasia, majas personifikasi, majas simile, majas metafora, majas hiperbola, majas ironi, majas litotes. Kurang lebih sekian. Disini saya akan memberikan contoh satu dari majas ini. Saya akan mengambil majas hiperbola terlebih dahulu. Majas yang satu ini mengandung pernyataan atau ungkapan secara berlebihan dan sering kali tidak masuk akal. Contoh, 'dentuman meriam menggelegar membelah angkasa' seringkan nemu kata kata yang seperti ini? Apa lagi yang suka baca buru cerita. Ya gak?"

Perlu diketahui, Aylla merupakan guru mengajar Bahasa Indonesia. Secinta itulah dia dulu saat pelajaran ini, sampai akhirnya memilih bercita cita sebagai guru bahasa indonesia seperti sekarang.

TEMARAM [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang