Orion tengah santai mengurus pekerjaannya, dengan sebuah laptop berada pada pangkuan. Ia begitu fokus sampai tak menyadari bahwa seseorang mendekati, sampai—
mati.
Laptop yang semula menyala seketika mati tanpa aba-aba. Orion yang melihat bahwa pelakunya Sang Ponakan kepalang kesal.
"GAMAVINNNNNN!!!!!!"
"HAHAHAHHAA" Gelak tawa terdengar begitu menggelegar, sang pelaku tanpa rasa bersalah malah kabur meninggalkan korban.
Orion kepalang panik, yang Ia kerjakan bukan hal biasa, namun menyangkut pekerjaan sang keluarga.
Dengan tergesa berusaha kembali menyalakan laptopnya, berharap pekerjaannya tak hilang. Pasalnya Orion yang tak memprediksi peristiwa seperti ini tak sempat menyimpan draft dokumennya.
Gama benar-benar membuatnya marah.
Orion beranjak dari duduknya, langkah ribut Ia bawa pada ruang kamar Gama. Dirinya harus memberi pelajaran pada sang keponakan.
BRAKK
"GAMAVIN!"
Gama yang hendak mengistirahatkan tubuh terkelonjak kaget, Orion datang dengan membanting keras pintu kamarnya.
"Kamu bener-bener ya! Abang lagi ngerjain kerjaan malah seenaknya diganggu. Kamu tau nggak file yang Abang kerjain itu penting! Ngerti gak seberapa berusahanya Abang ngerjain itu. NGERTI NGGAK!! Jangan kekanakan sekali aja gak bisa?!"
"Apasih bang. Cuman becanda aja sampe segininya?" Gama merasa tak terima mendapat bentakan dari Orion.
"Becanda? Pekerjaan yang bawa rugi gitu Lo becandain? AAARRRGGHHHH"
Orion mengacak surainya frustasi, pekerjaan yang menyiksanya dengan mudah menjadi bahan candaan sang keponakan.
Gama yang melihat Orion begitu tampak putus asa membuat rasa menyesal mulai timbul.
"B–bang...maafin, Gue gak tau kalo itu...sepenting itu. Maafin Bang." lirih Gama mendekat pada Orion yang terduduk pada kursi belajar.
"Maaf gak akan ngembaliin kerjaan Abang! sebagai hukumannya, kerjain nih soal. Jangan berdiri sebelum selesai." titah Orion menyodorkan beberapa kertas yang entak sejak kapan Gama tak menyadarinya.
"So–soal? ini soal apa Bang, susah banget. Lainnya aja pliss, Gue udah capek banget disekolah."
"Itu soal anak kelas 10, dan kamu kelas 12. Berhenti mengeluh." ujar Orion meremehkan.
"Tapi sumpah Gama gak ngerti sama sekali, asing banget Bang. Pliss tunda dulu ya?"
Gama nampak memohon, memang benar. Dirinya lelah jika harus dipaksa berfikir lagi, sudah cukup di sekolah Ia harus menahan lelah akibat hukumannya. Tolong jangan lagi.
"Abang keliatan peduli? apa kamu peduli waktu becandain kerjaan Abang?" ucapan Orion membuat Gama kalah telak.
Memang salahnya.
Tak seharusnya Gama bersikap kekanakan.
"Maafin, tapi nanti aja agak maleman ya Bang? Capek banget sump–"
"Kerjain sekarang."
Gama menghembuskan nafasnya kasar, mungkin memang tak ada cara lain untuk menebus kesalahannya sekarang.
Putra Markus itu nampak mulai fokus membaca soal-soal pada kertas didepannya, berusaha memahami berbagai macam perintah yang sedikitpun tak Ia mengerti.
Orion yang melihat Gama beberapa kali mengernyitkan dahinya merasa puas, segera Ia meninggalkan sang keponakan.
Kembali pada ruang tamu dan menyalakan laptopnya. Ia tak bodoh untuk mengetahui cara-cara agar bagaimanapun keadaanya, file yang dikerjakan tak dengan mudah dihilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamavin and The Martin [END]
Novela JuvenilKeseharian yang mengalir bagaikan arus sungai, tiba-tiba saja terusik dengan kabar bahwa dirinya akan diadopsi oleh seorang DUDA KAYA RAYA. Keseharian yang seharusnya berjalan tanpa arah harus berubah dalam arahan seseorang, bahkan aturan sebuah kel...