Nilaa dan Julian duduk di sofa apartemen mereka. Keheningan menyelimuti atmosfer di antara kedua orang itu. Saat itu Nilaa tidak bisa mengontrol dirinya saat melihat Julian mengecup ketiga bibir wanita seksi itu. Dan Julian dia menyerah dan mengaku kalah dengan menarik Nilaa dari Adrian. Dia tidak tahan melihat bibir istrinya yang menempel pada bibir pria lain.
"Aku tidak suka melihatmu seperti tadi." Julian memulai. Dia berbicara tanpa menatap Nilaa.
"Aku juga. Aku tidak suka melihatmu seperti tadi."
"Kenapa kamu mencium Adrian?" Dia menoleh pada Nilaa.
Nilaa menghela napas. Dia tidak bisa mengatakan kalau dia cemburu dan apa yang dilakukannya berada di luar kendalinya. "Aku hanya ingin menciumnya saja. Bagaimana dengan kamu? Kenapa kamu mencium bibir ketiga wanita yang kamu sewa itu?"
Mendengar jawaban Nilaa, Julian makin geram. "Mereka pemujaku. Apa salahnya aku berikan kecupan kecil di bibirnya."
"Ya, terserah kamu!" Nilaa marah mendengar jawaban Julian. "Terserah saja mau mencium mereka atau tidur dengan mereka itu bukan urusanku."
"Oh ya? Kamu iri pada mereka karena aku jarang menciummu?" Julian mulai menggoda Nilaa.
"Iri? Apa kamu pikir aku sinting dengan iri pada wanita yang bisa kamu pakai sesukaimu itu? Cih!"
Julian menggeser duduknya mendekati Nilaa. Aroma leather yang terkesan eksklusif itu menghentak indra penciuman Nilaa. Mata biru itu menghipnotis Nilaa. Nilaa membeku saat wajah tampan Julian mendekatinya. Sensasi aneh menyerang dada hingga perutnya. Nilaa tahu kalau Julian bisa melemahkannya hanya dengan tatapan mata pria itu.
Sebelah tangan pria itu membelai punggung Nilaa lembut. Julian lebih ahli membuat wanita bertekuk lutut padanya dibandingkan Arthur. Elena hanya salah satu contoh saja. Tersebab Nilaa enggan berkomunikasi intens dengan Julian. Dia tahu kalau semakin hari dia semakin menginginkan Julian.
"Aku tahu kamu menginginkan aku, Nilaa." Bisik Julian di telinga Nilaa seolah tahu isi hati Nilaa. "It's okay, kita bersepakat untuk memiliki anak." Perlahan Julian mengecup pipi Nilaa lama secara bergantian.
Nilaa masih membeku. Otaknya kosong. Dadanya berdebar hebat seolah ingin meledak saat bibir Julian mengecup lehernya.
"Julian..." Bisiknya lemah.
"Ya." Julian menatap wajah Nilaa.
Kedua daun bibir wanita itu terbuka. Julian melahap bibir itu dengan lembut lalu ciumannya berubah liar, panas dan kasar seolah tidak memberikan celah bagi Nilaa untuk bernapas. Sebelah tangan pria itu membelai punggung Nilaa dan sebelahnya lagi meraih bagian dada Nilaa.
Julian tahu setiap wanita yang pernah menerima sentuhannya akan selalu menginginkannya lagi dan lagi. Dia pria pintar yang tahu bagaimana membuat wanita tergila-gila padanya termasuk Nilaa.
"Kamu sangat cantik dan seksi."
Mata Nilaa yang tadinya memejam terbuka lebar. Dia mengerjap-ngerjap. Julian berada di level yang berbeda dari Arthur dalam melemahkan benteng pertahanan wanita. Julian berada di level atas.
Nilaa mendorong bahu Julian. "Hentikan!"
"Kenapa?" Tanya Julian santai.
"Aku tidak seperti wanita lain, Julian. Aku bukan Elena." Antara mempertahankan harga dirinya atau menolak keinginannya menghabiskan malam dengan Julian.
"Ada apa?"
"Aku tahu kamu tidak memiliki perasaan apa pun padaku begitu pun aku. So, apa yang kita lakukan bukanlah atas dasar cinta."
"Lalu?"
Nilaa merasa terjebak. Ia dijebak oleh keadaan dan dia merasa Julian hanya menginginkan tubuhnya. Pria itu tidak pernah sekali pun mengucapkan cinta padanya. Atau ungkapan kalau dia menyayanginya. Sial! Nilaa baru menyadari soal prnikahan kontrak. Dan Julian tidak akan mencintainya karena mereka hanya menikah di atas kertas.
Tanpa mengatakan apa pun, Nilaa pergi dari ruang tamu ke kamarnya. Dia mengunci pintu kamar takut-takut kalau Julian datang ke dalam kamarnya.
Julian termenung.
Dia sibuk dengan perasaannya sendiri. Dia tidak mau mengakui kalau yang dia inginkan bukan hanya hubungan badan, anak dan hal-hal lainnya. Yang dia inginkan lebih dalam dari hanya sekadar menikmati tubuh Nilaa. Tapi, dia tidak bisa mengakui hal itu di depan Nilaa.
Namun, Julian tidak ingin menyerah. Semakin dia tidak ingin mengakui keinginannya itu semakin dia ingin memeluk erat Nilaa dan tidak ingin melepaskan wanita itu. Dia berjalan menuju kamar Nilaa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Secretary (Adult 21+)
Romans"Well, aku tahu kamu membenciku, Nilaa." Julian mendekati Nilaa. "Aku tahu keinginanmu untuk resign dari kantor. Mungkin kalau hutangmu lunas kamu akan resign dari kantor." Dahi Nilaa mengernyit. "Hutang?" "Kamu memiliki hutang atas nama ayahmu...