Aku berjalan cepat sambil memegang erat tas ku yang berwarna hitam, memasuki rumah dan melepas sneaker ku dengan terburu-buru bahkan untuk meletakkan sneaker ku pada tempatnya saja sudah tak ku perdulikan lagi.
Kubuka pintu kamar, melepaskan hijab sambil langsung mendudukkan diri diatas lantai kamar ini. Tanpa perlu berlama-lama, secepatnya kubuka ponsel pintarku untuk melihat pengumuman hasil utbk yang ternyata mengecewakan, lagi.
Benar, ini bukan kegagalan pertamaku semenjak lulus dari SMA. Kecewa? Sudah pasti.
Aku menarik napas ku perlahan sembari kembali menguatkan diri bahwa masi banyak kegagalan yang perlu dicoba didepan sana.Setelah mencoba untuk kembali baik-baik saja, aku berjalan keluar kamar dan kembali menyimpan sneaker ku pada tempatnya, rumah memang sedang sepi kerna kakak-ku masi berada dirumah nenek.
Kembali merapikan kamar yang kubuat berserakan dengan hijab yang ku gunakan tadi, menyimpan kembali jarum ketempat mangkuk kecil.Menyapu rumah, mengilap setiap jendela kaca dan juga mengepel lantai aku lakukan agar kesedihanku mereda.
Setelah rumah kembali rapi seperti sediakala, aku mengambil handuk dan bersiap untuk membersihkan diri.
15 menit kemudian, aku telah siap dan berniat menelfon kedua orangtuaku."Tuuutttt" panggilan pertama tidak diangkat, ku perkirakan ayah dan ibu masi bekerja, jadi kuputuskan dengan cara mengirim pesan kepada ibu. Mengabarkan bahwa salah satu jalur untuk masuk ke perguruan tinggi yang aku ikuti, gagal lagi.
Beberapa jam setelahnya pesanku dibalas oleh ibu, ibu bilang jangan sedih dan ambil universitas swasta saja. Aku lega setengah mati setelah mendengar voice note yang dikirimkan ibu padaku. Panik ku berangsur membaik dan aku tak segelisah sebelumnya.
2 Minggu setelah itu, aku mendapat kabar dari sepupuku bahwa salah satu perguruan tinggi swasta membuka pendaftaran jalur beasiswa, dengan bahagia, aku kumpulkan kembali berkas-berkas yang sebelumnya juga ku gunakan untuk mendaftar kuliah kemarin.
Bi'idznillah, ternyata kali kesekian ini bukan rezeki ku. Setelah kukabari ibu dengan harap-harap cemas kudapatkan pesan yang kurang mengenakkan.
Ibu bilang, itu bukannya tidak rezeki tapi aku kurang usaha. Ibu kembali mengungkit setiap gagal yang aku dapat dari awal. Aku mengerti, mungkin ibu lagi lelah, maka aku hanya diam mendengarkan setiap omelan ibu yang diredakan oleh ayah yang mengatakan aku bisa kuliah dari jalur mandiri dimana saja yang aku mau.
Aku merasa tak percaya diri lagi, aku merasa capek dan mungkin putus asa untuk menjadi mahasiswa, tapi kerna diyakinkan oleh diriku sendiri dan juga keluarga, akhirnya dengan keputusan yang terburu-buru, aku mendaftar disalah satu perguruan tinggi swasta yang berada di Medan.
Tentu saja dengan biaya yang disokong oleh kedua orangtua dan juga kakak dan Abangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGSU
Teen FictionLOH, BUNGSU UDAH KULIAHHH?? Siapa ni anak bungsu yang umurnya bahkan udah bisa nikah, tapi tetap aja dianggap anak baru lahir kemarin sore sama keluarga? Cungg samaan sini!