"Hey tunggu saya!"
"Ayo cepat nanti kita telat kembali ke kelas."
"Duh jangan cepat-cepat!"
"Hey jangan banyak omong kalian berdua. Bentar lagi kita terlambat!"
Itulah keseharian kami bertiga dalam dunia perkuliahan kami yang penuh warna. Semua itu dimulai dari awal pertmuan yang tidak terduga setahun yang lalu.
***
Clak Clak Clak
Bunyi percikan air bekas hujan tadi terdengar dengan tenang. Seakan-akan iramanya menyelimuti keseharianku yang tidak ada apa-apanya. Saat ini aku sedang dalam perjalanan untuk menuju universitas yang telah lama aku idam-idamkan. Setidaknya ini universitas ke 74 yang aku idamkan karena yang lainnya gagal tercapai olehku yang hanya memiliki nilai rata-rata ini. Aku pun hidup dengan sederhana tanpa apapun yang perlu dibanggakan, maksudku bahkan sekarang aku berjalan kaki ke universitas yang bernama "Bintang Biru" ini.
Kulihat disekitarku terdapat banyak tumbuhan rimbun berwarna hijau. Hewan-hewan bercengkrama satu sama lain, burung-burung terbang sambil bernyanyi. Walaupun universitas ini sedikit jauh dari pusat kota. Namun tetap ini adalah universitas terbaik ke 74 bagiku.
Tiba-tiba..."Make a way!"
Brak! Splash!
"Aduduh!"
Tiba-tiba aku ditabrak oleh sepeda sampai terjungkal. Tubuhku basah kuyup penuh lumpur, kulihat seorang malaikat tanpa sayap jatuh dari sepedanya di depanku. Tubuhnya putih bersinar dengan rambut pirang yang menandakan bahwa dia bukan berasal dari sekitar sini. Dia terlihat meringis kesakitan tertimpa sepeda sport yang ia naiki. Kakinya tampak terluka parah tercabik-cabik trotoar. Aku mencoba mendekati dirinya namun apa daya lukaku mencegah hal itu dan aku pun terjatuh.
"Dolorem reliever."
Luka yang tadinya terbuka mulai berangsur-angsur sembuh dengan sihir penyembuhan tingkat tiga milikku. Aku yang telah sembuh mulai mendekati perempuan cantik itu yang terluka.
"Hey kamu tidak apa-apa?"
Dia tidak menjawabnya dan tetap meringis kesakitan.
'duh bodohnya aku. Dia bukan dari sekitar sini.'
"Dic."
Aku pun mulai mengajak ngobrol kembali wanita itu setelah merapalkan sihir penerjemah.
"Are you alright? Apakah kamu baik-baik saja?"
"Lo pikir gue baik-baik saja hah! Gue juga bisa memakai sihir penerjemah bahasa Hmmph!" Entah sejak kapan dia telah memakai sihir penerjemah dan menyembuhkan segala lukanya, sebelum aku punya kesempatan untuk menanyakannya dia langsung menyodorkan tangannya. "Bantu aku berdiri manusia bodoh."
"Baik-baik." Ucapku acuh tidak acuh. 'Wanita ini kasar juga ucapannya.'
"Ngomong-ngomong kamu kenapa berkeliaran disekitar sini? Aku yakin rambut itu bukan berasal dari negara ini, jadi siapa kamu sebenarnya?"
Setelah dia berdiri tegap dan menggunakan sihir untuk memperbaiki sepedanya yang rusak, akhirnya dia menjawab pertanyaanku dengan setengah-setengah. "Untuk apa lo tanya hah?!?" Sepertinya aku ditolak mentah-mentah, namun beberapa saat kemudian. "Vestia, nama gue Vestia. Elo?"
"Rel Kaslana. Kenapa kamu tergesa-gesa kayak gitu?"
"Gue mau ke kampus Bintang Biru. Bentar lagi ada perekrutan mahasiswa baru."
"Kalau begitu barang saja sama ak-"
"Elo ngaca yah. Siapa pula yang mau sama Elo! Mutare loca!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story : The dead man and The university within
Fantasybercerita di sebuah universitas ternama bernama "Baut". Hadirlah murid pindahan baru yang terlihat lesu dan pemalas bernama Rel Kaslana. Ia hidup dengan seenaknya, mendapatkan nilai pas-pasan, sering tidak acuh terhadap hal yang bukan urusannya. nam...