3 | Kelas X.1

266 223 59
                                    

"Sialan."

Kata pertama yang Kala ucapkan saat melihat daftar nama-nama siswa kelas X.1 yang berada di lantai 10 gedung A. Entah takdir atau memang hanya kebetulan, masa putih abu-abu nya kini akan bersama Dirga, hal itu membuat mood Kala kembali memburuk. Namun tak ada yang bisa ia lakukan karena dirinya berstatus sebagai murid baru.

Bel tanda masuk terdengar melalui speaker yang berada di sudut atas masing-masing gedung yang menandakan bahwa pelajaran akan segera dimulai. Seluruh siswa bersiap untuk segera masuk ke dalam kelasnya masing-masing untuk memulai pelajaran pertama.

Saat para siswa kelas X.1 melihat Kala yang sudah berada di kelas, mereka menyambut nya dengan bahagia. Bahkan beberapa diantara mereka ada yang mengajak berkenalan.

"Hallo, Kal, gue Karina. Selamat bergabung."

"Gue Jessica, Kal."

"Wah serius lo ada di kelas ini, Kal?"

"Gila, bakal heboh nih kelas."

Kala tersenyum dan membalas jabatan tangan mereka. Terlihat Reza menghampiri dirinya. "Welcome, Kal. Gue harap lo betah di kelas ini."

Baru saja Kala akan mengucapkan terima kasih kepada mereka, seorang perempuan berpakaian rapi, menggunakan kacamata dan membawa beberapa buku memasuki kelas X.1. Para siswa langsung menuju ke mejanya masing-masing.

"Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru. Kala, silahkan maju ke depan dan perkenalkan diri."

Kala lalu berdiri dan langsung menuju ke depan menghadap siswa X.1. Suasana pun seketika menjadi riuh.

"Tolong semuanya tenang, ya. Kala silahkan mulai."

"Oke semuanya langsung aja, gue Askara Harrison Chandrakala. Gue biasa dipanggil Kala. Gue harap kita bisa saling berteman satu sama lain."

Dengan penuh kharisma dan percaya diri, Kala memperkenalkan dirinya di hadapan 24 siswa. Kala sudah biasa berhadapan dengan banyak orang sehingga ia tidak merasa takut, canggung atau deg-degan. Menjadi pusat perhatian merupakan hal biasa bagi seorang Kala.

"Baik anak-anak, itu tadi sebuah perkenalan dari siswa baru kita hari ini. Mungkin dari kalian ada yang ingin ditanyakan?"

Seseorang yang duduk paling belakang mengangkat tangannya dengan cepat. "Saya ingin bertanya."

Perempuan yang saat ini tengah berada di samping Kala lalu menjawab, "Ya, silahkan Dirga"

"Apa alasan kepindahan siswa baru ini ke Harrison School? Ingin dikenal sebagai anak pemilik sekolah atau ada alasan lain?"

Suara riuh yang tadi terdengar seketika hening. Kala mengepalkan tangan berusaha sekuat tenaga menahan emosi. Jika saja tidak ada guru yang berada di kelasnya saat ini, mungkin ia sudah menghajar Dirga.

Reza yang mengerti situasi sedang tidak baik lalu meminta izin pada bu Namira, "Maaf Bu, apa bisa dimulai saja pelajaran hari ini? Sepertinya sudah cukup mengenai perkenalan Kala."

"Baik. Terima kasih Kala, silahkan kembali ke tempat duduk." Perintah bu Namira.

Disaat Kala berjalan menuju tempat duduknya, tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Dirga yang melihatnya tersenyum menyeringai. Dengan cepat Kala memalingkan wajahnya dengan ekpresi yang sangat tidak bersahabat.

Saat pelajaran pertama akan dimulai, tiba-tiba pintu diketuk oleh salah satu siswi yang baru saja memasuki kelas X.1.

"Permisi, Bu. Maaf saya terlambat."

Bu Namira yang saat itu akan membuka buku langsung menoleh. "Tidak apa-apa Audrey, silahkan masuk dan duduk di tempatmu."

Kala yang sangat familiar dengan suara seorang siswi dari kelasnya itu pun langsung menghentikan aktivitas menulisnya. Ia langsung menoleh dan sedikit terkejut melihat seorang gadis berambut panjang yang dibiarkannya tergerai dengan barang-barang branded yang dikenakannya saat ini.

Berbeda dari siswa lainnya, tak ada ekpresi ramah yang Kala tunjukkan pada gadis yang bernama Audrey. Sampai akhirnya pelajaran telah dimulai, gadis itu melemparkan sebuah kertas untuk Kala yang bertuliskan.

"Hai, Kal. Aku seneng liat kamu kembali, selamat datang di kelas kasta pertama."

***

"Jadi apa tujuan lo pulang? Mendadak jadi siswa baru di Harrison School? Kenapa lo ngga daftar di sekolah ini dari pertama?" tanya Reza.

Mendengar pertanyaan Reza membuat Kala langsung menghentikan aktivitas makannya yang sudah ia pesan sejak beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya, Reza dan ketiga teman lainnya yang sudah lebih dulu Kala kenal. Hanya saja mereka berada di kelas X.2 kasta pertama. Mereka adalah Daren, Kenzo dan Sagara yang saat ini ikut bergabung bersama di kantin milik Harrison School.

"Ngga ada. Gue bosen aja tinggal di Aussie sendirian. Tadinya gue ngga mau sekolah disini, tapi bokap yang daftarin." Jelas Kala.

Reza hanya mengangguk mendengar penjelasan temannya itu. Sagara yang sejak tadi sibuk dengan gadget nya langsung memanggil Kala dengan heboh. "Kal coba lo liat deh. Woy gila, udah jadi trending aja lo, Kal, di berita sekolah. Emang beda ya Tuan Muda."

"Dia anak pemilik sekolah Harrison School. Wajar aja kalo itu bakal bikin heboh." Ujar Daren

Kala hanya mendengarkan celotehan dari teman-temannya itu. Ia lalu menatap Kenzo yang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka, "Ken, gimana bisnis orang tua lo? denger-denger restoran bokap lo mau ditutup?"

Dengan ekspresi wajah yang datar, Kenzo hanya membalas singkat pertanyaan Kala. "Iya."

"Terus gimana? Lo baik-baik aja, kan?"

Sagara menatap Kala. "Denger yee Kal, bokap Kenzo tutup satu cabang restoran, dia bakal buka 5 cabang lagi. Bahkan orang tuanya bakal buka cabang lagi di luar negeri. Diem-diem anak sultan si Kenzo, bener-bener tajir melintir banget. Lo tenang aja dan ngga usah khawatirin dia, nih anak emang bawaannya sariawan mulu."

Semua yang ada di meja pun tertawa mendengar ucapan Sagara dengan mulutnya yang ceplas-ceplos itu. Diantara mereka berlima, Kenzo memang berbeda. Dia adalah satu-satunya teman Kala yang paling irit bicara. Ia terkenal siswa paling pendiam di kelas X.1 kasta pertama. Namun dibalik sikap pendiam nya itu, Kenzo memiliki segudang prestasi di bidang akademik dan olahraga. Orang tuanya terkenal sebagai pengusaha sukses di bidang makanan, memiliki beberapa restoran mewah yang sudah menjamur di beberapa daerah, ditambah lagi dengan kedua orang tuanya yang berencana untuk membuka restoran baru sampai ke luar negeri. Di usianya yang masih terbilang muda, Kenzo sudah diajarkan oleh orang tuanya untuk terjun ke dunia bisnis. Hanya saja, dengan sikapnya yang pendiam dan cenderung tidak peduli terhadap orang lain, Kenzo seringkali dinilai oleh teman-temannya yang lain sebagai orang yang sombong.

Kala yang sudah mengetahui sifat Kenzo sejak bertahun-tahun lamanya hanya tersenyum maklum. Ia sama sekali tidak tersinggung dengan perlakuan Kenzo yang terkesan cuek. Disaat orang-orang menjauhi Kenzo, Kala masih menjalin hubungan baik dengannya. Bukan hanya dengan Kenzo, hadirnya Reza, Daren dan Sagara adalah hal yang sangat Kala syukuri keberadaannya. Ia senang masa putih abu-abu nya akan dimulai bersama dengan teman-teman masa kecilnya.

🌚🌚🌚

Selamat malam semuanya☺️

Semangat menghadapi hari Senin besok yaaaa🌷✨

Bahagia selalu teman-teman🤍

Selamat membaca💐

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang