11. burn baby burn

489 46 23
                                    

"Spill it! Apa yang sedang kau pikirkan?" Lisa menodong Rosé dengan pertanyaan. Ia mengikuti Rosé duduk di sofa.

Mereka baru saja kembali ke rumah setelah mengantar Jennie dan Kai ke bandara. Sepanjang perjalanan, Rosé lebih sering diam dan melamun. Kepalanya penuh dengan pernikahan kakaknya yang harus dihadiri. Belum lagi tentang pidatonya.

Tapi hal yang paling Rosé pikirkan adalah bayangan hadir di pernikahan Madeline sendirian. Mungkin jika ia mengajak seseorang—lelaki—ia tidak akan begitu terbebani dan...kesepian? Ugh, andai saja ia punya pacar.

Pergi ke pernikahan di mana berkumpulnya keluarga besar dan kerabat saja sudah cukup buruk, ditambah ia harus menghadirinya seorang diri. Sudah cukup bahasan tentang pekerjaannya, ia tidak mau menambah cibiran dengan datang sendirian dan tanpa pasangan.

"Apa?" Rosé mencoba mengelak.

Lisa mengerang, "Jangan mengelak. Aku tahu kau sedang banyak pikiran."

Sejak kapan Lisa menjadi Jisoo yang bisa membaca situasi orang lain?

Meski enggan bercerita, pada akhirnya Rosé tahu Lisa akan melakukan berbagai cara agar ia mau bicara. "Aku sedang memikirkan pernikahan Madeline."

"Tentang menjadi pengiring wanita?" Lisa memastikan.

Rosé angkat bahu. Ia menghela nafas. "Salah satunya, ya." sahutnya. "Tapi ada hal lain juga. Well, semua pikiran ini tiba-tiba menyerangku bertubi-tubi."

"Ayo ceritakan padaku. Mungkin bisa membantumu." ujar Lisa.

Mungkin Lisa benar. Jalan keluar dari masalah tentang membawa pasangan ini mungkin Lisa. Ya, Lisa memang tidak punya pacar dan enggan berpacaran. Tapi Rosé tahu Lisa punya banyak kenalan yang mungkin bisa dikenalkannya.

"Aku butuh kencan untuk datang ke pernikahan Madeline." Rosé akhirnya mengakui. Ia kemudian melanjutkan. "Sebenarnya aku tidak masalah pergi sendirian. Tapi keluargaku pasti akan mencibir tentang pekerjaan, setidaknya mereka tidak harus mencibir tentang pasangan."

Mendengar pengakuan Rosé, Lisa mencoba berpikir untuk mencari jalan keluar. "Maksudmu kau butuh pacar?"

"Tidak harus pacar. Aku tidak punya waktu untuk berpacaran." sanggah Rosé. "Hanya seseorang pantas yang bisa membungkam komentar keluargaku."

"Seperti kencan palsu?" Lisa memastikan lagi.

Ragu-ragu, Rosé mengangguk. "Ya, mungkin saja seperti itu."

"Kau mau mencoba mencarinya di aplikasi kencan?" Lisa memberi saran.

Uh, aplikasi kencan? Rosé tidak pernah ingin mencobanya. Terlebih setelah apa yang terjadi pada Jennie. Tapi entah mengapa ia merasa mungkin mencari pria di aplikasi kencan lebih mudah ketimbang berputar-putar ke seluruh Manhattan dan mengumumkan kalau ia mencari kencan palsu.

"Bagaimana kalau para pria hanya mau seks? Aku ragu ada pria yang mau pergi ke Australia hanya untuk menghadiri pernikahan." ujar Rosé ragu.

Lisa mengambil ponsel Rosé yang tergeletak di meja. "Kau tidak akan tahu sebelum mencobanya."

Pasrah, Rosé membiarkan Lisa menguasai ponselnya untuk membuat profil di aplikasi kencan. Meski masih penuh keraguan, Rosé mencoba menelannya. "Pastikan deskripsiku jelas. Aku hanya mencari kencan palsu untuk pernikahan. Tidak ada kencan, dan yang paling penting tidak ada seks."

"Baiklah." cibir Lisa.

Tidak sampai sepuluh menit, Lisa sudah selesai membuat akun untuk Rosé. Ia mengambil foto terbaru sahabatnya untuk menjadi gambar profil. "Selesai. Sekarang kau tinggal mencari pria yang cocok." Lisa memberikan ponsel kembali ke Rosé.

Ever You | chanrose (YOU SERIES BOOK 2) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang