BAB 2 - Berbeda

5 1 0
                                    

2 tahun telah berlalu

Neira Gunawan Sawira. Itu lah nama panjang dari anak perempuan yang sedang berkutat dengan laptop yang ada di depan nya. Sore ini Neira berada di Coffe Shop langganan nya.

Tangan nya berhenti mengetik lalu menopang dagu dengan satu tangan sambil menatap serius layar laptop. Seperti biasanya Neira ke Coffe Shop hanya untuk mengerjakan tugas dan minum kopi.

Sendiri. Neira tidak pernah meminta atau ditemani teman nya untuk pergi kemana pun. Semenjak kepergian ayah nya Neira menjadi pribadi yang tertutup dan sangat berbeda dari Neira yang dulu.

Teman dekat Neira juga hanya satu, tak lain tak bukan adalah Giofany Nugroho. Gio satu-satu nya teman atau bahkan sahabat yang sangat di percaya oleh Neira.

Di sekolah, Neira hanya punya beberapa teman perempuan. Neira sendiri yang menutup diri nya dari lingkungan sosial, jadi tak banyak orang tahu soal kehidupan Neira.

"Fokus banget, Ra." Suara itu mengejutkan Neira. Tidak asing, itu Gio.

Neira memutar matanya malas. Kebiasaan buruk Gio adalah suka tiba-tiba datang dan tiba-tiba hilang.

"Lo kaya hantu." Ujar Neira dengan muka sedikit marah.

Gio menarik kursi yang ada di depan Neira dan hanya tertawa kecil. Gio sangat mengenal Neira dari dulu, karena Neira adalah teman masa kecil nya hingga sekarang. Jadi semua hal tentang Neira pasti Gio tahu begitupun sebaliknya.

Contohnya saat ini, Neira tidak bilang ia sedang ada dimana tetapi Gio tiba-tiba datang ke tempat yang biasa Neira datangi.

"Makanya kalo nugas ngajak-ngajak dong. Biar gue pinter juga kaya lo," Gio mulai menyeruput Ice Coffe pesanannya.

"Gue males denger seribu alasan lo yang suka gak masuk akal." Jawab Neira dengan tangan nya yang belum berhenti mengetik.

"Bilang aja lo gak mau liat temen lo ini pinter juga, iya kan?" Neira sangat malas menjawab pertanyaan Gio yang menyebalkan itu.

"Bisa nggak sehari aja gak usah lebay? Gue cape sama lo, Gi." Neira menatap kesal Gio. Yang di tatap hanya cengengesan saja, sudah menjadi kebiasaan Gio membuat Neira kesal.

"Lo mau sampe jam berapa di sini?" Tanya Gio.

"Sampe tugas gue selesai," jawab Neira tanpa menoleh. Gio hanya mengangguk mengerti.

"Lo kenapa tiba-tiba kesini? Ada urusan?" Sekarang Neira gantian bertanya.

Gio menggeleng kecil. "Gue pengen ngopi santai aja, eh kebetulan liat ada cewek cakep yang lagi sibuk sama tugas nya. Jadi gue samperin aja, siapa tau kesepian." Jawaban yang di sertai dengan tawa khas yang meledek Neira.

Seperti nya Neira menyesal sudah menanyakan hal itu. Neira paling tidak suka dengan sifat Gio yang sangat amat menyebalkan.

Kedua nya memiliki sifat yang bertolak belakang. Neira orang yang tidak banyak bicara, tidak suka bergaul, ambisius, dan sangat flat harus di pertemukan dengan Gio si banyak omong, humoris, extrovert, biang kerok, playboy, usil dan menyebalkan itu.

Tetapi Gio tahu mengapa kepribadian dan sifat Neira berubah 360°. Neira yang Gio kenal tidak seperti sekarang. Maka dari itu, Gio selalu berusaha membuat Neira ceria seperti dulu. Mungkin tidak akan pernah bisa, tetapi setidaknya Gio sudah mencoba.

Tak terasa sudah 2 jam mereka berada disana. Gio sudah menelungkupkan kepala nya di atas meja karena sangat mengantuk selama menunggu Neira selesai.

Padahal Neira sudah menyuruh Gio untuk pulang duluan tetapi Gio menolak, dirinya bilang akan menunggu Neira hingga selesai.

Neira menepuk pundak Gio. "Ayo, gue udah selesai."

Gio langsung terbangun dari tidur nya yang singkat. "Alhamdulillah akhirnya lo selesai juga. Gue ngantuk berat tau gak,"

Tanpa menjawab Neira berjalan keluar terlebih dahulu. Nah, itu adalah kebiasaan buruk Neira yang tidak disukai Gio. Suka meninggalkan teman nya di belakang.

Gio dengan sedikit kesal bergegas menyusul keluar.

Langit sudah mulai gelap, matahari hampir terbenam sepenuhnya. Mereka berdua pulang menggunakan motor yang di kendarai Gio saat ini. Jalan raya sudah dipenuhi kendaraan karena ini adalah waktu orang pulang bekerja.

"Ra, besok berangkat bareng gue gak?" Tanya Gio di sela-sela kemacetan.

"Gak usah, gue bisa naik ojek online." Jawab Neira. Sebenarnya kalau boleh pilih Neira ingin menerima tawaran itu, tetapi dia sudah kapok berangkat sekolah dengan Gio.

Gio tahu mengapa Neira menolak tawaran nya. Karena beberapa waktu yang lalu Gio memiliki kekasih tetapi Neira tidak tahu, Gio mengajak Neira untuk berangkat sekolah bersama.

Pada saat mereka sampai di sekolah tidak sengaja kekasih Gio melihat dari kejauhan Gio membonceng perempuan lain, yaitu Neira. Waktu itu satu sekolah belum tahu kalau sebenarnya Neira dan Gio adalah sahabat kecil.

Jadi karena kesalahpahaman itulah yang membuat Gio putus dengan kekasihnya lalu Neira jadi buah bibir di sekolahan. Neira takut hal yang sama terjadi lagi.

"Tenang aja sih gue lagi gak punya pacar jadi aman. Sama gue aja ya?" Gio berusaha meyakinkan Neira.

"Gak mau, Gi. Lo suka bohong bilang gak punya pacar tau-tau besok gandeng cewek yang beda." Tolak Neira dengan sindiran nya.

Namanya juga Gio, tiap bulan ganti pacar.

"Sumpah Ra, gue lagi males pacaran. Mau fokus belajar," hal mustahil yang bisa dilakukan oleh seorang Gio.

Neira menghiraukan Gio dan fokus dengan jalanan saat ini. Neira menikmati senja yang terlihat sangat indah. Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Neira.

Neira turun dari motor. "Makasih ya, hati-hati jangan ngebut."

"Iya, besok gue samper ya. Dadah." Belum sempat Neira menjawab, Gio langsung menancap gas nya kencang. Neira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu masuk ke dalam rumah.

***

10 menit sebelum alarm nya berbunyi, Neira sudah bangun terlebih dahulu dan bersiap-siap untuk memulai hari Senin nya yang pasti akan sangat melelahkan.

Darina sudah menyiapkan bekal untuk Neira karena Neira tidak biasa sarapan di rumah.

"Ra, makanan nya dihabisin. Ini mama buatin roti bakar juga buat Gio, jangan lupa di kasih juga ya." Ucap Darina sambil memberi kotak bekal kepada Neira.

Darina sengaja membuat roti bakar untuk Gio karena semalam Neira cerita kalau besok dia akan berangkat sekolah dengan Gio. Darina sudah sangat dekat dengan Gio, bahkan sudah dianggap seperti anak nya sendiri.

"Iya, Ma." Jawab Neira. Tak lama ada suara teriakan yang memanggil nama Neira dari luar.

Sudah pasti Gio.

"Nah, udah ada panggilan tuh." Darina terkekeh karena merasa lucu dengan kelakuan Gio setiap datang ke rumah nya.

"Yauda. Neira berangkat ya, Ma." Neira berpamitan dengan ibunya.

"Hati-hati ya, bilang Gio jangan ngebut." Ucap Darina dibalas dengan anggukan dan senyuman kecil oleh Neira.

Neira keluar rumah dan disambut oleh senyuman lebar dari Gio.

"Selamat pagi Neira Gunawan Sawira." Neira yang mendengar itu langsung memasang wajah keheranan.

"Kesambet apaan?" Tanya Neira sambil memakai helm.

"Minimal ucapin balik, bukan nyindir kaya gitu." Jawab Gio dengan muka melas nya. Wajah yang sangat di buat-buat.

"Pagi juga." Tanpa nada dan senyuman. Neira menaiki motor Gio. Karena tak mau memperpanjang drama nya pagi ini, Gio langsung menjalankan motor nya menuju ke sekolah.

***

1000 Langkah Neira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang