14. bloOM

87 16 6
                                    

Adelia sedang merapikan anak rambutnya di depan cermin, senyumnya tak pudar sedari tadi mengingat hari ini ia akan berangkat ke luar kota untuk olimpiade. Gadis Ardana segera menyimpan sisirnya di tas kecil yang ia bawa. Sore ini Adelia akan berangkat bersama tiga rekan dan dua guru pembimbingnya, mungkin mereka akan disana untuk 3 hari.

Tok tok tok

"Oii gula sachetan!"

Teriakan dari balik pintu itu Adelia yakini dari pacarnya, Steven. Adelia segera membuka pintu kamarnya dan mendapati Steven yang menyengir lebar kearahnya.

"Widihhh cantik amat mbak."puji Steven.

Dengan balutan busana serba biru, Adelia terlihat fresh dan manis. Steven tertegun, tidak salah ia menyebut gadis itu gula sachetan.

"Bisa aja lo, bay the way bawa apaan tuh?"tanya Adelia penasaran sembari mengintip apa yang Steven sembunyikan dibalik tubuh laki-laki itu.

"Gak banyak, cuma jajan sama vitamin."ujar Steven.

"Mana, coba liat."pinta Adelia.

Steven mengedipkan matanya beberapa kali lalu menggeleng "Nanti aja deh, sekarang kita cuss ke sekolah."ujarnya.

Kemarin Steven sudah berjanji pada Adelia untuk mengantar gadis itu ke sekolah. Adelia setuju saja, toh juga dia tidak rugi diantar Steven.

"Loh, kirain bawa koper."ujar Steven setelah melihat Adelia hanya menenteng sebuah tas yang berukuran cukup besar.

"Barang gue cuma dikit, gak usah lebay."balas Adelia.

Mereka berdua melaju menuju sekolah, Steven awalnya hanya fokus pada jalan sebelum akhirnya ia teringat dengan yang ia janjikan tadi. Satu tangan Steven meraih tas kain berukuran sedang yang tadinya ia ingin berikan pada Adelia.

"Nih, yang mau gue kasih."ucap Steven sembari menyodorkan tas itu pada Adelia yang duduk  di sebelahnya.

Adelia menerima tas itu dengan raut senang. Barang gratis siapa sih yang gak suka, pikir Adelia begitu.

"Tau aja kesukaan gue."ucap Adelia.

Steven terkekeh pelan, Adelia melihat itu. Rasanya berbeda melihat Steven seperti ini, perhatian yang Steven berikan rasanya berbeda dari sebelumnya. Adelia merasa lebih spesial bagi Steven dari yang sebelumnya. Tapi Adelia menghempas perasaan itu jauh jauh, ia tidak mau terlalu percaya diri. Steven tidak menganggapnya lebih dari seorang teman, kalau lebih mungkin Steven menganggapnya seperti saudaranya.

Adelia mengalihkan pandangannya dari Steven, ia mengambil sekotak susu rasa matcha yang ada diantara banyak cemilan kesukaannya dan beberapa bungkus vitamin yang sering Adelia minum. Adelia masih punya vitamin itu, tapi karena Steven memberikannya maka itulah yang akan Adelia minum nantinya.

"Itu susu susah amat nyarinya, demen banget lo sama yang langka langka."keluh Steven.

Adelia tertawa renyah, ya emang rada susah nyarinya tapi Adelia suka banget gimana dong.

"Susah susah tapi tetep dicariin."cibir Adelia.

"Kan buat lo."

Adelia terdiam, rasanya beda. Bener bener beda. Adelia harus menghempas perasaan itu jauh jauh atau ia akan terus merasa aneh pada tubuhya setiap saat.

"Camilannya sengaja gue banyakin, jangan lupa bagi sama temen lo."

"Iya iya."

Akhirnya mereka sampai di sekolah, ada teman seperjuangan Adelia yang sedang menunggu di sebuah kursi panjang.

"Biar gue bawain."

Adelia hanya diam ketika Steven mengambil alih semua tasnya kecuali tas selempang kecil yang ia bawa.

Bloom Bloom || SooliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang