"Gimana, bagus kan? lo bisa dapetin yang lo mau."
Steven menaikkan satu alisnya."Gak menarik sama sekali."tukasnya.
Jenda mengeratkan kepalan tangannya dalam diam, membujuk Steven memerlukan kesabaran ekstra. Jenda tau jika Steven mengidamkan universitas musik ternama luar negeri, maka Jenda menawarkan nominal fantastis untuk mendukung Steven menggapai mimpinya dengan syarat harus putus dengan Adelia. Steven tentu menolak, itu tidak masuk akal.
"Lo mau dapet uang darimana lagi? ayah lo udah pasti gak mau biayayain."ucap Jenda remeh.
Tapi memang begitu faktanya, Gibran tidak akan mau membiayai Steven jika laki-laki itu tidak mengambil jurusan berbau bisnis. Menyedihkan.
"Gue akan kuliah disana tanpa bantuan lo, dan Adelia tetep sama gue."ujar Steven.
"Lo gak usah bantuin gue, urus diri lo sendiri."ketus Steven lalu pergi dari ruangan kecil itu.
Steven benci mengakui kalau dirinya menghawatirkan perkataan Jenda yang ia anggap omong kosong belaka. Laki-laki itu menghentikan langkahnya ketika kaki panjangnya otomatis membawa dirinya ke pagar belakang sekolah, dimana ia selalu memanjat dan kabur ketika lelah bersekolah.
"Cabut gak?"
Steven menoleh kebelakang, ada Albara yang terlihat baru datang. Angin berhembus menerpa wajah keduanya, rambut panjang Albara seketika menutupi wajah dinginnya.
"Darimana aja lo?"tanya Albara.
"......"
Albara menaikkan satu alisnya. Aneh sekali, Steven tidak biasa diam seperti ini. Biasanya satu pertanyaan adalah pemicu ribuan celotehan Steven, laki-laki itu tidak akan berhenti berbicara jika ia tak ingin.
"Steve-"
"Toilet."ujar Steven.
"Dah, balik ke kelas."Steven menarik kerah belakang Albara dan menyeret sahabatnya itu.
"Aneh."
"STEVEN LO YANG NGAMBIL PULPEN GUE KAN?!!"teriakan menggelegar dari Dara memenuhi ruang kelas.
Steven menatap Dara yang melipat kedua tangannya di depan dada dengan mata malas. Dia baru datang padahal.
"Bukan gue."sahutnya.
Dara mana percaya, satu-satunya orang yang suka mengambil pulpennya hanya Steven, dan atau Albara.
"Heleh, berapa lagi pulpen gue yang mau lo bawa pulang?!"
"BALIKIN!"
Steven memberikan pulpennya sendiri agar Dara pergi dari sana.
"Bukan ini anjing, mana pulpen gue?!"
"Dibilang bukan gue yang ngambil."
"Ribet lo dar."celetuk Albara yang memainkan ponselnya
"APA LO BILANG?!"galak Dara bersiap memberikan pukulan mautnya pada Albara.
"Woee Dara, ni pulpen lo gue balikin."
Steven menunjuk Renata yang ada di ambang pintu kelas dengan dagunya pada Dara.
"Albara selamat dari maut karena Renata."ujar Ayen.
"Mana ada, mereka sama-sama maut."ucap Albara pelan.
Steven sedikit melirik Renata yang sedang berbincang dengan Dara. Gadis Alaska itu memang aneh, ia jauh-jauh kemari mencuri pulpen Dara dan membuatnya kena omel. Padahal bisa saja gadis itu meminjam pulpen dengan teman sekelasnya.
.......
"Delia,"
Steven melihat Adelia yang sedang membaca buku di taman yang cukup jauh dari rumah orang pinter mah beda, gabutnya baca buku. Tapi sebenarnya Adelia sedang tidak fokus membaca karena pikirannya entah kemana walaupun matanya menelaah satu persatu kata yang tercetak dalam bukunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloom Bloom || Soolia
FanficTentang Steven dan Adelia bersama masa lalu mereka. "Menjalin hubungan sama orang yang masih berurusan sama masa lalunya susah Li." - Steven. "Gue paham, apalagi masa lalu yang lo maksud begitu dekat sama kita." - Adelia. Steven dan Adelia yang berj...