2. Cerita Bintang

233 19 0
                                    

Electra memperhatikan semua sudut wajah pemuda itu, apa yang terjadi? Orang selembut ini apakah benar seorang iblis? Atau semua ini hanya sandiwara agar orang-orang diluar sana iba dengan sosoknya yang mengagumkan?

"gadis itu... Apa itu dia?" electra merasa sedikit gelisah, entah mengapa dia seolah tahu bahwa gadis itu mungkin batasan yang menahan semua kegilaan si jenius muda itu.

"namanya Lyra, indah kan? Anak itu sangat ceroboh dan konyol, dia tidak bisa melakukan apapun sendirian, dia gampang menangis dan takut pada semua jenis serangga"

"dia juga anak angkat keluarga adhiyaksa"

"jadi... Ada anak angkat lain? Lalu kenapa dia tidak pernah diketahui?" electra keherenan.

"aku datang ke panti asuhan sebelum lyra, saat melihatnya yang sangat mungil aku merasa perlu untuk melindunginya"

"lyra dibuang oleh keluarganya karena kekurangan yang dia miliki, tulang kakinya terlalu rapuh. Dia tidak bisa berdiri, atau bisa dikatakan lumpuh. Panti asuhan kami selalu kekurangan dana sehingga tidak mungkin untuk membelikannya sebuah kursi roda, jadi aku biasa membawanya di punggungku setiap hari, aku menggendongnya di punggungku saat berangkat ke sekolah, aku juga yang menggendong tubuhnya yang remuk dan berlari seperti orang yang kesetanan ke rumah sakit terdekat walau tahu tubuhnya sudah mendingin" suara Bintang sangat pelan saat berbicara tentang tubuh dingin gadis itu.

"jika membunuh mereka membuatku menjadi iblis, maka aku rela menjadi iblis terhina sekalipun. Takdir itu lucu, dia memberi lalu mengambil kembali dengan paksa seolah menertawakan ketidakmampuanku melindunginya"

"takdir sangat kejam, dia bahkan tidak memberikan keringanan pada orang yang menyedihkan sepertiku. Mempertemukanku dengan keluarga adhiyaksa adalah jalan takdir yang paling tidak bisa kuterima"

"tapi kau sudah membalaskan dendam gadis itu kan? Zeon anak tunggal keluarga adhiyaksa ditemukan tidak bernyawa dengan tengkorang yang pecah dan semua tulang tulangnya diremukan hingga halus" electra merinding saat mengatakannya, alat apa yang bisa menghaluskan tulang seseorang? Electra yakin orang di depannya adalah orang gila.

"jadi kenapa?" tanya Bintang

"apa yang kau maksud?" tanya electra kembali

"aku tanya memangnya kenapa? Memangnya dengan zeon yang remuk lyraku bisa kembali?! Lyraku ditinggalkan tersiksa sendirian, dan anak sombong itu masih kubiarkan mati bersama ayah dan ibunya. Bukankah aku sangat baik?" katanya sambil menertawai dirinya sendiri.

"bahkan jika keluarga adhiyaksa dikubur dengan bagian tubuh yang tidak lengkap, lyraku tetap tidak bisa kembali. Mereka membunuhnya, jadi aku membunuh mereka, impaskan?" senyum Bintang menakutkan electra, tapi kenapa keluarga adhiyaksa membunuh lyra?

"seperti yang kau bilang, bahkan jika kau membunuh keluarga adhiyaksa, lyra tetap tidak bisa kembali jadi kenapa melakukannya?" tanya electra lagi.

"lalu membiarkan mereka hidup bebas dibawah sinar matahari yang cerah sedangkan lyraku hanya bisa tinggal di peti mati yang berada dibawah tanah?"

"kau tidak akan mengerti, kau bahkan akan kesusahan jika mencoba untuk mengerti. Aku marah, aku kecewa, semua dosa yang kubuat adalah salahku harusnya takdir menghukumku, harusnya mereka mengambil nyawaku dengan cara tersadis yang mereka bisa tapi tidak dengan lyra... Lyraku sangat manis, lyraku sangat lembut, dia adik kecil yang selalu kubawa di punggungku"

"aku bisa menanggung hal kotor apapun yang disiramkan padaku tapi adik kecilku adalah gadis polos yang lembut dan murni, aku bisa menetap selamanya di kedalaman neraka jika itu berarti lyraku bisa mencapai cahaya hangat yang bisa menenangkannya" mata Bintang bersinar dengan cahaya ketegasan yang tidak pernah electra lihat, dia akui Bintang memang gila tapi jika itu adalah sebuah kegilaan yang tercipta karena rasa sakit yang tidak bisa ditolerir electra rasa dia bisa sedikit mengerti.

Pemuda di depannya saat itu pasti sangat bingung dan putus asa membawa tubuh dingin gadis itu, berharap jika hawa tubuhnya bisa menghangatkan tubuh mungil dibelakangnya. Pemuda ini bahkan mungkin tidak berani menangis karena takut menghalangi penglihatannya dan menghambat perjalanannya kerumah sakit untuk menolong adik kecilnya, atau mungkin setidaknya menyerahkan tubuh dingin adiknya.

Dadanya pasti sesak karena walaupun dia sudah berlari sekuat tenaga bahkan melukai kakinya sendiri dia tahu bahwa adiknya tidak akan bisa kembali.

Muncul pertanyaan di kepala electra, seberapa lembut pemuda ini dulu? Dosa apa yang dia maksud? Kenapa ada anak angkat lain dari keluarga adhiyaksa? Dan kenapa bintang terus mengatakan bahwa keluarga adhiyaksa membunuh adiknya?

Jika di cermati dengan baik, zeon anak tungal keluarga kaya itu harusnya hanya setahun lebih muda dari bintang, jadi mengapa keluarga adhiyaksa ingin mengadopsi bintang yang tidak mereka kenal?

Bintang Yang Jatuh.Where stories live. Discover now