Bab 17

78 6 0
                                    

"Wek!"

Itu sisa muntah yang kali ketiga sudah terluah. Jujur. Tekaknya mula perit malah bukan itu saja, tubuhnya juga dirasakan amat melayang. Setiap sudut yang menjadi pandangan kelihatan amat berpinar.

"Kenapa mabuk?"

Arisha masuk ke dalam kamar mandi. Selanjutnya, tubuh sasa itu dipapah dan didudukkan di atas ranjang. Almair tidak banyak bunyi. Otaknya kosong. Tak mampu fikir apa-apa.

"Air."

Arisha duduk melutut dihadapan Almair sambil dia hulur segelas air kosong. Namun, tidak bersambut. Sepasang mata itu lama menatap Arisha. Kejernihan anak mata lelaki itu terlalu lembut menikam pandangannya hingga Arisha resah sendiri.

"What did i do wrong?" Bisik Almair seakan tak terdengar.

"Apa?"

'I didn't mean to fall in love with you.' Monolog Almair.

Tidak tega untuk meluah depan-depan, sebaiknya disimpan dalam hati. Mungkin Arisha gelak bila dengar luahan cintanya.

"Did you marry me for revenge?"

Almair tidakpun menjawab persoalan itu. Sebelum bait diksi keluar dari bibir itu, sempat nafasnya dihela berat.

"Painful silence is the price we pay for not speaking up when we should have."

Buat seketika, Almair dan Arisha bersabung anak mata menyulam rasa berbagai perasaan aneh yang bertandang di dalam hati hingga akhirnya Arisha memilih untuk menghindari. Degupan jantung pam tersangat laju. Hampir semput nafasnya melihat cinta dari anak mata itu.

'Mustahil! Tak mungkin Al yang dulu dah kembali! No! Tak mungkin!'

"Do you even love me?" Soal Almair tiba-tiba.

Dan sekarang, Arisha merasakan semua soalan yang keluar dari bibir Almair tersangatlah tiba-tiba.

"I don't love you. I hate you." Ucap Arisha perlahan seakan menafi.

"There's someone else isn't there?"

Suasana bertukar hening bahkan menyesakkan dada. Arisha menatap reaksi Almair. Jauh di sudut hati dia masih perlukan lelaki ini seperti jantung perlukan detak. Tidak ada ubat untuk cinta selain dengan semakin mencintai.

"Lasciarti é difficile, impossible...Bellina..."

(Leaving you is difficult, impossible... beautiful)

Tangannya naik menyelak rambut Arisha yang menutup separuh muka dan diselitkan ke telinga. Almair senyum sikit sebelum tubuhnya berura-ura bangun.

"Apa yang you cuba buat ni?" Soal Arisha terkilan suaranya.

Almair tak jadi bangun. Enggan menjawab, makanya bahu itu diangkat banyak kali. Tak ada hati nak bagi apa-apa jawapan sedang hati dilanda berbagai rasa.

"I know I don't have to swear to you, but i swear to you that i did everything to save our relationship."

"I no longer want to continue this relationship." Kata Arisha memotong kata-kata sang suami di depannya ini.

Matanya melawan anak mata Almair tajam. Namun, dibalas dengan senyum miring.

"Too bad you're mine."

Almair tepuk kecil kepala Arisha.

"You have no choice but to stick with me. Only i can put an end to this relationship, which i will never do. You're mine darling. Mine!" Putus Almair tegas.

It Wasn't PretendWhere stories live. Discover now