Beberapa Minggu terakhir hujan deras terus menerus menghujani wilayah barat laut, Korea Selatan. Detik-detik yang menandakan Musim panas akan segera tiba. Benar saja, tepat pada pagi ini Musim panas benar-benar telah menaungi langit Seoul.
Semilir angin berhembus pelan menyapa setiap kulit manusia di dalam gedung nan tinggi. Tiupannya membelai lembut wajah pemuda manis yang berdiri diam di depan pintu berbahan kaca, helaian rambut hitamnya melayang mengikuti arah hembusan angin.
Zayyan, pemuda mungil pemilik surai legam itu sudah berdiri di sana cukup lama. Tatapannya terfokus pada satu titik di hadapannya, tak pernah berubah sejak beberapa menit yang lalu. Sinar keterkejutan di dua matanya tersirat begitu jelas, percikan ragu dan kebingungan pun menumpuk dalam wajahnya.
Zayyan mengamati dengan seksama, dapat dia tangkap dengan manik indahnya terlihat seorang pemuda dengan perawakan tinggi berdiri di depan pintu masuk.
Entah mengapa tersirat ekspresi kesal di wajah Zayyan. Bagaimana menjelaskannya? Ini memang sedikit konyol tetapi, jujur saja Zayyan merasa iri. Mengapa? Tentu karena pemandangan didepannya.
Ya, pria mana yang tidak iri melihat pemandangan seperti itu? jauh berbeda dengan dirinya, pemuda jangkung yang sedang sibuk berbincang dengan salah satu manager itu memiliki perawakan yang sangat diidam-idamkan oleh para pria, Zayyan contohnya. Sejak dulu mempunyai tubuh atletis adalah impiannya.
Namun, apa boleh buat, dengan kondisi tubuhnya yang sekarang mustahil untuk membentuk tubuh seperti itu, pada kenyataannya mimpi itu akan tetap menjadi mimpi untuknya.
Karena itulah, terbesit rasa kagum dalam benaknya ketika melihat pria dibalik pintu itu. Bahkan sedari tadi Zayyan terus menatapnya tanpa berkedip. Seorang pemuda bersurai pirang nampak seperti seorang atlet dengan kaki panjangnya, pungungnya tegap, bahunya juga lebar, dan jangan lupakan otot yang tercetak jelas menghiasi setiap jengkal tubuhnya.
Berbeda dengan tubuhnya yang begitu menunjukkan sosok lelaki sejati, visualnya justru berbanding terbalik. Pemuda itu memiliki wajah yang mirip dengan seorang idol, apa sebutannya? Benar! Flower boy. Kulit putih khas darah Chinese, mata kecoklatan, serta hidung mancung yang mempesona.
Cantik dan tampan disaat yang bersamaan. Tapi kita singkirkan dulu semua itu, yang terpenting adalah lekukan di kedua pipinya, sebuah lesung pipi yang melahirkan senyuman begitu manis. Ah, semakin dipandang Zayyan menjadi semakin iri.
Namun, rasa irinya tadi seketika hilang ketika menyadari identitas pemuda tampan itu. Zayyan menghela nafas panjang kemudian tersenyum lebar, tidak salah lagi! Pemuda itu adalah Mak Chun Sing. Tidak mungkin dia salah mengenali sosok dengan lingkar mata yang tak terlalu besar, namun menyiratkan kedalaman yang luar biasa itu.
Apa ini mimpi? Sing disini? Bagaimana bisa?
Meski awalnya sedikit tak percaya tapi Zayyan tidak peduli, nyata atau tidak dia senang melihat Sing ada di sini. Zayyan semakin melebarkan senyumnya. Sementara, pemuda yang dikenali bernama Sing itu mulai melangkahkan kakinya, perlahan masuk melewati pintu utama.
Netranya mengedar menjelajahi sekeliling sembari sesekali membungkuk saat berpapasan dengan seseorang, tanpa sengaja matanya menangkap sesosok mahluk kecil dibalik pintu transparan tengah berdiri menatap dirinya.
Sing membalas tatapan itu sehingga kini pandangan mereka bertemu. Sing memincing, menyipitkan kedua matanya guna menyelediki sosok di depannya. Tampak samar sebab dari kejauhan dia tidak bisa melihat dengan jelas.
Beberapa detik kemudian rautnya pun seketika berubah saat mengenali siapa seseorang dibalik pintu itu. Senyum terlewat manis mengembang dari wajah sang pangeran Hongkong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories [ Zalesing ]
FanfictionMemori artinya kenangan. Sesuatu yang akan membekas dalam ingatan, sebuah cerita yang selamanya tidak akan terlupakan. ••• Sepanjang hidup tidak ada satupun hal di dunia ini yang dapat membuat Sing merasa kehilangan. Orang tua? Dia tak pernah memili...