9/9

323 58 19
                                    


Setelah diusir Jeffrey, Joanna bingung ingin ke mana lagi. Terus menumpang pada Mega jelas tidak mungkin. Karena gengsi. Sehingga Joanna memutuskan untuk bertahan sendiri. Ingin membuktikan pada Jeffrey jika dia bisa tidak merepotkan orang lagi.

Namun ternyata, hidup di luar sendiri tentu tidak mudah sama sekali. Apalagi tanpa berbekal ijazah, KTP dan yang lain. Karena orang-orang banyak yang curiga dan enggan memberi pekerjaan pada gadis ini.

Maklum saja, karena kasus penipuan zaman ini tengah marak sekali. Sehingga banyak orang yang mulai berhati-hati. Apalagi Joanna terlihat cantik dan miskin. Sungguh perpaduan yang sempurna untuk membuat orang simpati. Sehingga banyak dari mereka yang mencurigai.

Iya. Saat itu Joanna memang tampak cantik. Kulitnya bersih karena jarang terpapar terik matahari. Rambutnya panjang lurus alami dan bulu matanya lentik. Tidak lupa dengan bibir kemerahan yang membuatnya tampak selalu berseri meski tidak memakai riasan sama sekali.

Ketika kebingungan di jalan, Joanna jelas kerap mendapat gangguan dari orang-orang di sekitar. Dicolek dan bahkan ditarik tangannya juga. Karena mengira jika Joanna sedang menjajakan diri di jalan. Sebab dia jalan sendiri malam-malam. Dengan tas ransel yang dipeluk di depan badan.

Beruntung selalu ada orang yang membantunya. Sehingga dia bisa aman sampai bertemu sepasang lansia yang sedang makan di warung makan. Mereka membawa Joanna pulang setelah gadis itu mengaku diusir dari rumah dan sudah seharian tinggal di jalan. Dia juga belum makan karena tidak membawa uang. Sebab ponsel yang berniat dijual hilang dijambret orang.

Sepasang lansia ini bukan orang kaya. Mereka orang biasa, sederhana, berkecukupan dan tidak kekurangan juga. Atau mari kita sebut saja mereka biasa-biasa saja.

Sepasang lansia ini tinggal di tengah hutan dan hidup dari hasil usaha tambal ban. Sesekali saja mereka ke kota sebagai hiburan. Lalu makan di warung pinggir jalan yang jelas sudah dianggap mewah bagi mereka.

Bertahun-tahun Joanna tinggal bersama mereka. Dia belajar bagaimna cara menambal ban dan mengisi angin juga. Hingga dia mahir dan akhirnya bisa menghadapi konsumen sendirian.

Sampai akhirnya Joanna bertemu Jordan. Supir truk bermuatan pasir hitam. Dia sangat terkesan dengan Joanna yang dianggap sabar dan pekerja keras. Karena tidak gengsi bekerja di tempat kotor menjadi tukang tambal ban di saat wanita seusia dirinya berlomba-lomba untuk mempercantik wajah dan badan.

Karena sebaliknya, Joanna benar-benar tampil apa adanya. Dia selalu memakai kaos dan celana lusuh yang dibelikan sepasang lansia ini dari Tanah Abang. Pakaian bekas yang tentu saja harganya tidak begitu mahal. Namun hal itu jelas membuat Joanna merasa senang. Karena dia tahu bagaimana perjuangan mereka guna mendapat pakaian untuk dirinya. Sebab mereka tidak hanya harus naik bus dan angkot selama kurang lebih lima jam saja. Namun harus berjalan kaki dari rumah ke jalan besar selama dua jam juga.

Joanna banyak belajar di sana. Dia tidak lagi suka berteriak dan berbicara kasar pada orang. Karena sepasang lansia yang menampungnya memang tidak bisa mendengar suara kencang.

Dia juga lebih mandiri dari sebelumnya. Bersih-bersih, mencuci dan memasak sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari. Karena dulu sebelum tinggal bersama keluarga Jeffrey, Joanna juga sudah mandiri. Namun perlahan hilang karena ada Jessica yang memanjakan setiap hari. Tetapi keahlian itu kembali lagi saat dia tinggal di sini.

Kembali pada saat Joanna bertemu Jordan, mereka jelas dapat mudah dekat. Karena keduanya sama-sama ramah dan suka berasa-basi untuk mencairkan suasana. Apalagi kegiatan menambal ban cukup lama.

Sampai akhirnya mereka bertukar nomor karena berencana mendatangi pasar malam yang ada di ujung desa. Kemudian berpacaran dan menikah. Lalu memiliki anak perempuan lucu yang diberi nama Janeta.

Kembali ke masa sekarang. Saat ini Joanna sudah berada di rumah Sandi dan Jessica. Karena dia langsung dibawa ke rumah oleh mereka setelah mobil jemputan datang. Sebab mereka tidak jadi mendatangi acara resepsi di tempat saudara. Mengingat ada hal lain yang jauh lebih penting sekarang.

"Kenapa kamu jadi seperti ini?"

Tanya Jessica sembari menangis. Karena sejak tadi dia memang tidak berhenti menangis. Menangisi Joanna yang tampak tidak terawat saat ini.

Tubuh kurus kering. Rambut kusut dan digulung ketat sekali. Tidak lupa dengan kulit yang sudah menggelap dari yang pernah Jessica lihat terakhir kali. Karena saat tinggal di sini, kulit Joanna putih pucat seperti Jeffrey. Namun saat ini, kulit Joanna berubah kuning kecoklatan karena terlalu lama terkena paparan matahari.

"Aku baik-baik saja, Ma. Sudah, jangan menangis lagi. Sudah dua jam lebih Mama menangis."

Joanna menepuk pundak Jessica pelan. Karena wanita itu memang sedang menangis sembari memeluknya di ruang keluarga. Sebab Janeta sedang bersama Jordan di depan.

"Apa yang selama ini terjadi padamu? Apa kamu diculik orang itu? Lalu kamu diperkosa dan akhirnya melahirkan anak orang itu!?"

Tanya Jessica sembari melepas pelukan. Lalu menatap Joanna dalam. Dengan raut marah.

"Tidak, Ma. Aku baru bertemu dia sekitar tiga tahun yang lalu. Kemudian menikah dan lahir anakku. Maaf karena tidak memberi kabar apapun."

Joanna menunduk dalam. Merasa bersalah karena tidak pernah pulang sebelumnya. Apalagi memberi kabar saat menikah. Karena dia terlalu takut bertemu Jeffrey dan mereka. Sebab mengira jika semua orang di rumah sudah membenci dirinya dan sudah tidak peduli padanya.

Surat-surat yang dibutuhkan untuk mengurus pernikahan, Jordan yang urus semua. Dengan mendatangi kantor polisi untuk membuat surat kehilangan. Agar Joanna dapat KTP baru dan bisa mendaftarkan pernikahan. Sehingga Janeta bisa dapat akta kelahiran.

Entah kenapa detektif suruhan Jessica bisa kecolongan. Padahal, dia masih dipekerjakan hingga sekarang. Membuat Jessica jelas merasa geram. Setelah Joanna bercerita tentang kehidupannya di luar sana. Apalagi saat dia mengatakan jika sudah mendaftarkan pernikahan dan dapat KTP baru yang merupakan duplikat KTP lama juga.

"Mama benar-benar sedih saat kamu tidak ada. Mama harap, kamu bisa kembali tinggal di sini saja. Bersama suami dan anakmu juga. Mama tidak tega jika melihatmu tinggal di rumah yang ada di tengah hutan."

Joanna menggeleng pelan. Dia jelas menolak tinggal bersama Jessica. Karena dia sudah memiliki kehidupan sendiri sekarang. Bersama keluarga kecilnya dan hidup bahagia. Meski dua lansia yang menampungnya sudah tiada.

"Maaf, Ma. Tapi aku sudah punya keluarga sendiri sekarang. Aku ingin hidup sendiri saja."

Jessica tampak kecewa. Dia mulai meraih kedua tangan Joanna. Sembari digenggam erat-erat.

"Mama masih kangen kamu. Kalau begitu  Mama yang ikut kamu, ya? Bagaimana? Kamu pilih yang mana?"

Joanna tampak kebingungan. Dia jelas jadi serba salah juga. Karena dia tidak mungkin membiarkan Jessica hidup dengannya. Shock bisa-bisa. Karena tidak terbiasa hidup sederhana.

"Aku tanya suamiku dulu, ya, Ma? Bagaimanapun juga aku butuh pendapatnya sebagai kepala rumah tangga."

Jessica mengangguk singkat. Dia sudah percaya diri jika Joanna akan mau tinggal bersamanya. Bersama suami dan anaknya.

Sedangkan Kasih gang sejak tadi menguping hanya bisa menarik nafas panjang. Lalu kembali ke dapur sembari membawa nampan yang berisi minuman. Sebab dia mulai mengurungkan niat untuk mendekati mereka.

Aku harus tinggal di sini juga.

Batin Kasih sembari menduduki kursi. Dia berpikir keras sekali. Sebab tidak ingin kehadiran Joanna membuat Jeffrey dan keluarganya berpaling.

40 comments for next chapter!!!

Tbc...

EVERYTHING TAKES TIME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang