262 34 8
                                    

Bersama suasana hati gelisah, Jungkook menunggu istrinya di ruang TV. Sudah hampir malam dan Jimin belum juga menunjukkan tanda-tanda akan pulang ke rumah. Ponselnya tak lagi bisa dihubungi, berkali-kali mencoba, yang ditemukan Jungkook adalah suara otomatis operator. Kemungkinan ponsel Jimin kehabisan daya atau dengan sengaja menonaktifkannya. Enggan berprasangka buruk, Jungkook tetap pada dugaan pertama, sebab ia tahu Jimin belum pernah melakukan hal seburuk itu.

Kepalanya perlahan terasa berdenyut. Memikirkan undangan makan malam dari keluarga Kim dan Jimin yang tak kunjung pulang, menyebabkan ia mendadak pening. Jungkook mendengkus kasar, lalu berjalan menuju kamar. Mau tak mau ia harus tetap menepati janjinya walau tanpa Jimin.

-----

"Maaf, aku terlambat," ucap Jungkook sopan di meja makan yang saat ini penuh dengan bermacam hidangan. Ia benar-benar pergi seorang diri demi memenuhi undangan makan malam oleh keluarga Kim.

"Omong-omong, di mana istrimu, Tuan Jeon?" Kim Yoongi selaku istri Kim Taehyung menanyakan selagi ia menuangkan teh ke dalam cangkir-cangkir keramik yang pula sudah ditata di atas meja.

"Tadinya dia ingin ikut, tapi aku melarang. Kulihat wajahnya lesu, mungkin dia kelelahan. Jadi, aku memintanya untuk tetap beristirahat di rumah," kata Jungkook di mana dia terpaksa beralasan.

"Istrinya juga sedang hamil, sama sepertimu." Taehyung menegaskan, disusul senyuman tipis terukir dibibir istrinya itu.

"Sayang sekali, padahal aku sangat berharap dapat bertemu dengannya. Pasti seru jika memiliki teman dengan kondisi yang sama, seperti kami bisa berbagi banyak hal. Khususnya masalah kehamilan." penuturan Yoongi tidak terdengar main-main, wajah wanita itu berbinar-binar kala mengucapkannya.

Melamun sejenak, penuturan Kim Taehyung lantas menyentak kesadaran Jungkook. "Masih banyak waktu, kalau kau mau kita bisa bergantian untuk berkunjung ke rumah mereka."

"Benarkah? Aku sangat menantikannya, sayang." Dan Yoongi menjawab semringah.

"Kita tanyakan dulu pada Jeon Jungkook."

"Boleh juga," tanggap si empu secara ringkas setelah sempat mengangguk lambat. "Terdengar menyenangkan jika dapat menyambut kalian dengan jamuan serupa. Nanti kuberi tahu istriku di rumah, dia pasti gembira saat mendengar kabar baik ini."

"Sudah, sudah! Tunda dulu mengobrolnya." Yoongi melepas senyum yang mengembang. Wanita ini benar-benar ramah, pandai membuat suasana menjadi cepat akrab. "Jangan sungkan, ya. Nikmati makanannya dan kuharap semua sesuai dengan seleramu."

"Aku jadi tidak sabar untuk mencicipi seluruh makanan ini." Sementara, Jungkook merasa sungkan untuk tidak merespons dengan penuh semangat.

Keakraban tampak menguar menguasai ruang makan. Mereka silih berbagi senyuman, tawa jenaka bergantian terdengar di tengah-tengahnya.

"Selamat makan. Buat dirimu santai, aku sangat senang jika kau merasa nyaman di sini." Itu perkataan penutup dari Taehyung sebelum ketiganya diam bersamaan untuk sesungguhnya menikmati hidangan yang disajikan.

-----

Di perjalanan pulang, Jungkook menyetir mobilnya dengan perasaan gusar. Entah sudah yang ke berapa kali ia menghubungi ponsel istrinya, tetap lagi-lagi ia gagal. Semua bercampur aduk di kepala lelaki ini. Rasa cemas yang teramat, kesal serta kecewa merundung kepalanya begitu bertubi-tubi. "Adek di mana sekarang?!"

Continue ...

Dek Jiji & Mas JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang