Upacara bendera hari Senin pagi ini benar-benar menguras keringat.
Terlebih semua peserta didik menghadap langsung matahari, sedangkan para guru berbaris di dekat panggung yang agak teduh.
Terdengar ocehan dan suara hati siswa siswi yang kepanasan, ditambah amanat dari kepsek yang seolah tak ada habisnya.
Topiknya terus diulang-ulang hingga sejam lebih.
Abidzar beberapa kali menyeka keringatnya. Vares yang baris di depan Verra tersiksa karena Verra terus-terusan menjahili Vares. Sedangkan Daniel yang ada di samping Vares masih anteng dengan wajah lempeng nya.
Adryan seperti orang tidur. Lelaki itu memejamkan matanya yang silau karena cahaya matahari.
"Panas banget." Keluh Bella sambil menyeka keringat yang mengucur deras dari pelipisnya.
Vania mengipasi wajahnya. "Bedak gue luntur." Bisik Vania.
Bella reflek menggeplak lengan Vania sambil berusaha menahan tawa.
Jika saja tidak sedang upacara, pasti Bella dan Vania akan tertawa terbahak-bahak.
Jovan salah fokus ke Bu Jihan yang sedang berbincang dan tertawa bersama guru-guru lain.
Cahaya matahari yang pas mengenai wajah cantik Bu Jihan membuat Jovan terpesona. Apalagi saat perempuan itu tersenyum dan tertawa dengan anggun.
Berbeda dengan Zayden, lelaki itu malah salah fokus ke Pak Adam yang berada di ujung barisan.
Zayden menoel-noel lengan Adryan. Adryan kaget lalu menoleh dengan wajah bingung.
Zayden mengisyaratkan Adryan agar menatap ke arah pandang nya.
Rupanya Pak Adam sedang mengingatkan durasi waktu amanat ke Pak Kepsek.
Pak Kepsek nampak kebingungan memahami isyarat dari Pak Adam.
"Udah habis ya waktunya?" Tanya Pak Kepsek dengan tampang polos.
"Iya!!"
"Bapak kelamaan!"
Trio Bambu melebarkan matanya saat seorang siswa dengan lantang berani meneriaki Pak Kepsek.
Waktunya Bu Jihan beraksi. Perempuan itu langsung menyeret si siswa menuju ruang BK.
"Kena ulti awokawok." Bisik Verra.
"Hush! Diem. Lo mau dibawa ke ruang BK juga?" Vania menegur Verra.
Verra hanya merotasikan matanya.
"Sekian dari Bapak. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Alhamdulillah."
Semuanya mengucapkan hamdalah saat Pak Kepsek turun dari mimbar.
Pak Kepsek hanya bisa nyengir lebar sambil cengengesan.
20 menit setelah rangkaian susunan upacara, ada sesi pengumuman.
Para peserta upacara diperbolehkan untuk berjongkok di tempat.
"Aduh! Trauma gue ikut upacara." Keluh Jovan.
"Asli! Kalau tau gini gue mending datang pas udah selesai aja." Abidzar menimpali.
"Jangan, Zar. Nanti ayang merana." Vares meledak Abidzar sambil menatap Vania.
"Apa liat-liat?!" Sungut Vania.
"Udah putus ya?" Tanya Vares.
"Jad--"
Vania tak melanjutkan kalimatnya karena melihat Barra datang sambil membawa tas ransel besar menuju dewan guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️
Teen Fiction[BELUM REVISI] [WARNING KATA-KATA KASAR BERTEBARAN] ____________________________________ Description: "Pergi bukan berarti tidak kembali." Bella terkejut saat mengetahui bahwa rekan setimnya untuk mengikuti olimpiade MIPA adalah mantannya sendiri. M...