16. Gama with Ayah

9.4K 614 18
                                    

Tubuh Gamavin yang semula menggigil kini nampak tenang, hembusan nafas lega Markus lakukan.

"Ssstt...Gama bobo aja yaa. nanti kalau Dokter Ryan sudah datang, Ayah bangunkan untuk diperiksa."

Posisi mereka masih sama, Gamavin dalam dekapan Markus dengan tubuh atas yang tak terbalut apapun. Hanya bisa bersandar lemah pada pelukan sang Ayah.

Pada ruangan itu tetap berdiri Orion dan Bi Lastri yang setia menemani.

"Sudah tidak menggigil Tuan?" tanya Bi Lastri memastikan.

"Iya, syukurlah. Badannya sekarang malah sedikit hangat. Ryan ini kenapa lama sekali, akan ku cekik jika sebentar lagi tidak datang-datang." kesal Markus, Orion dan Bi Lastri yang mendengar hanya bisa bergidik ngeri.

"A-ayah..." Panggil Gama yang sekarang tengah menyamankan tubuhnya, bahkan kedua tangannya dilipat bersembunyi diantara dada miliknya dan sang Ayah.

Markus yang dipanggil sedikit menunduk, mengingat posisi Gama yang lebih pendek.

"Iya nak? ada apa? Gamavin mau sesuatu?" tanya Markus beruntun.

Gamavin hanya menggeleng lemah, matanya mulai menutup. Tanda bahwa kantuk mulai menyerang anak itu. Markus yang peka segera mengusap punggung Gama bermaksud menenangkan.

BRAKKK

Gama yang sedikit lagi pulas seketika terkejut, bahkan badan anak itu terlonjak kaget.

"Manahh Gamavinhh?" tanya Ryan yang baru saja datang dengan nafas terengah-engah.

"Ngagetin banget si Bang!" protes Orion, bukan hanya Gama yang terkejut, tapi satu ruangan.

"Sialan kau! baru saja putraku akan tertidur." Markus kesal setengah mati, Gamavin baru saja terlelap tetapi dengan enteng dokter gila itu mendobrak pintu kamar.

"Hehehe sorry-sorry."

"Cepat periksa putraku, Kau terlalu lamban untuk title doktermu. Untung saja Putraku anak yang kuat. Lebih baik ganti profesimu yang lamban itu." cerca Markus menekan kata lamban pada akhir kalimat.

Markus perlahan beranjak dari ranjang, melepaskan dekapan pada sang Putra dengan hati-hati, bermaksud meminta Ryan untuk segera memeriksa Putranya.

Gamavin hanya bisa pasrah, rasa lemas ditubuhnya tak kunjung hilang, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain menonton perdebatan didepan.

"Kenapa tak memakai atasan?" raut kebingungan terpancar oleh Ryan, melihat Gamavin tak memakai pakaian atas, menyisahkan celana bahan dan kaos kaki di kakinya.

"Tadi sempat menggigil, terus Bi Lastri nyaranin skin to skin." Ryan mengangguk-angguk mendengar penuturan dari Orion.

Memang benar, metode skin to skin merupakan alternatif dikala seseorang merasa kedinginan atau menggigil. Biasanya metode ini dilakukan pada saat-saat darurat tertentu, menunggu para medis datang.

"Pakaikan baju hangat tapi jangan terlalu tebal, dan juga atur pendingin ruangannya sedikit naik." beritahu Ryan.

Bi Lastri segera mencari piyama pada walk in closet, sedangkan Nico yang datang bersama Ryan segera menghangatkan suhu ruangan sesuai permintaan.

"Ini Tuan." Bi Lastri memberikan piyama hangat Gamavin pada Markus.

"Halo Gamav–"

"Ck! tidak usah pakai menyapa segala." Ryan belum sempat menyelesaikan kalimatnya sudah pendapat pukulan pada punggungnya, jangan tanya siapa, tentu saja dari Markus.

Gamavin and The Martin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang