11/11

355 64 21
                                    


Dua hari kemudian.

Joanna sedang menangis sekarang. Menangisi makam suami dan anaknya. Karena mereka meninggal di tempat saat terjadi kecelakaan.

Padahal depan rumah Sandi dan Jessica bukan jalan raya. Namun entah kenapa tiba-tiba ada truk besar lewat di sana. Hingga tanpa sengaja menabrak suami dan anaknya yang tengah melewati blind spot di sekitar sana.

Joanna tahu ini adalah ujian yang Tuhan berikan untuknya agar menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Namun dia tidak bisa menerima ini dengan mudah. Jelas dia masih merasa sedih juga. Merasa sangat kehilangan mereka. Merasa jika dunianya hancur berantakan tanpa mereka.

"Ayo, Sayang! Kita pulang, mau turun hujan!"

Jessica membawa Joanna pergi dari makam. Sebab mereka sudah berjam-jam berada di sana. Sejak jam tiga hingga matahari hampir tenggelam.

Jessica membawa Joanna pulang. Di mobil, wanita itu sempat pingsan. Karena sudah dua hari tidak makan dan hanya minum air saja. Sehingga dia harus dilarikan pada rumah sakit terdekat guna mendapat air nutrisi dari sana.

"Bagaimana keadaannya, Ma?"

Tanya Jeffrey yang baru saja tiba di rumah sakit. Karena sejak tadi dia memang berjaga di rumah bersama Sandi dan Kasih. Sedangkan Jessica menemani Joanna di makam anak dan suami.

"Kamu bisa lihat sendiri. Dia masih belum sadarkan diri."

Jeffrey mulai menatap Joanna kasihan. Lalu menoleh ke kiri dan kanan. Bertanya pada dokter akan keadaan Joanna. Sebab jika bertanya pada ibunya, pasti akan ada tangisan yang datang.

Setelah siuman, Joanna dibawa pulang oleh Jeffrey dan Jessica. Dia jelas dirawat sangat baik oleh mereka. Bahkan, dia juga dinaikkan kursi roda. Karena wanita itu menolak saat Jeffrey ingin menggendong dari ruangan ke mobil yang ada di parkiran.

Namun tidak saat tiba di rumah. Mau tidak mau Jeffrey harus menggendong juga. Karena kamar Joanna terletak di lantai dua. Sehingga wanita itu harus digendong agar tiba di sana dengan cepat

Kasih yang melihat tentu merasa cemburu juga. Sebab dia tidak pernah digendong Jeffrey sebelumnya. Selain itu, sejak awal dia juga kerap merasa iri pada Joanna yang dianggap begitu diistimewakan keluarga. Sehingga semakin besar pula perasaan cemburu untuknya.

"Terima kasih, Kak."

Jeffrey mengangguk singkat. Dia menatap Jessica yang sedang menyelimuti Joanna. Karena wanita untuk tampak ingin terlelap. Sebab matanya yang bengkak sudah siap terpejam.

Joanna mengangguk singkat. Lalu kembali memejamkan mata. Hingga akhirnya terlelap dengan cepat.

"Mama tidak mau turun?"

Tanya Jeffrey sembari menatap ibunya yang sedang duduk di tepi ranjang. Lalu mengusap kepala Joanna. Saat wanita itu terlelap.

Jessica menggeleng pelan. Dia terus saja menatap Joanna yang sudah mendengkur pelan. Menandakan jika sudah sudah tidur begitu nyenyak.

"Jeff, apa dosa kalau Mama senang sekarang? Karena mereka sudah tidak ada. Sehingga Joanna bisa kembali pada Mama untuk selamanya."

Ucapan Jessica jelas membuat Jeffrey panik. Dia takut jika ibunya yang telah membuat masalah ini. Sehingga keduanya matanya mulai memincing.

"Mama tidak sejahat itu. Mama tidak mungkin membunuh."

Jeffrey mulai bernafas lega. Dia tampak lebih tenang dari sebelumnya. Meski dalam hati masih meragukan ibunya. Karena dia begitu terobsesi pada Joanna.

"Mama tidak bohong, kan?"

"Demi Tuhan bukan Mama! Kamu mau Mama sumpah apa?"

Jeffrey yang enggan berdebat langsung keluar kamar. Sebab sudah percaya juga. Karena jika ibunya sudah berkata demikian, itu berarti sungguhan.

Ceklek...

Saat pintu kamar terbuka, Jeffrey menatap Kasih yang ternyata ada di sana. Seperti sedang menguping karena tidak ikut masuk ke dalam. Padahal pintu kamar tidak tertutup rapat sebelumnya.

"Kenapa tidak masuk?"

"Menunggu kamu keluar dulu. Aku ingin bicara denganmu."

"Apa?"

"Sepertinya akan lebih baik kalau aku kembali tinggal di sini untuk sementara. Hitung-hitung untuk menghibur Joanna yang sedang berduka. Aku sudah mengatakan ini pada Papa dan dia mengizinkan."

"Terserah kamu baiknya bagaimana. Tapi akan lebih baik kalau kamu meminta persetujuan Mama juga."

"Iya, Kak."

Jeffrey pamit pergi dari sana. Lalu menemani Sandi di lantai bawah. Sebab sudah tidak ada orang lagi yang berdatangan. Karena Joanna dan Jordan tidak banyak kenalan.

3. 30 AM

Joanna terbangun dari tidur panjang. Dia melihat Jessica yang sudah tidur di samping kanan. Menemani dirinya semalaman. Membuat wanita ini tidak tega membangunkan.

"Habis."

Lirih Joanna saat menemukan isi gelas sudah tandas. Sebab dia memang kehausan dan lapar. Sehingga dia memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar sebelum ke dapur untuk minum dan makan.

Namun saat tiba di sana, Joanna menemukan Jeffrey sedang membuat teh hangat. Karena dia terbangun dan merasa jika butuh sesuatu yang hangat. Sebab tubuhnya mulai meriang pertanda sedang tidak enak badan.

"Kenapa turun? Butuh apa?"

Tanya Jeffrey pada Joanna. Membuat wanita itu menggeleng pelan dan membuka kulkas. Berniat mengambil air minum dan bahan masakan untuk membuat mie saja. Sebab dia malas makan nasi sekarang.

Joanna mulai membuat mie saat itu juga. Sedangkan Jeffrey mulai menduduki salah satu kursi di depan mini bar. Berniat menemani Joanna memasak di sana. Sebab ini masih jam tiga dan tidak ada orang di sana. Kecuali mereka.

"Kalau dipikir-pikir, aku belum belum meminta maaf padamu."

Ucap Jeffrey setelah Joanna menyelesaikan masakan. Lalu meletakkan mangkok isi mie pada meja mini bar. Sebab dia akan makan di sana saja. Karena lebih dekat dengan dapur juga.

Joanna yang sedang menduduki kursi di samping Jeffrey langsung menatap ke arah si pria. Sebab selama ini dia memang belum pernah mendapat perkataan demikian. Dari orang yang telah membuat hidupnya hancur berantakan. Pada awalnya.

"Aku minta maaf. Karena aku hidupmu jadi menderita. Aku benar-benar jahat."

Ucap Jeffrey yang hampir menangis. Sebab dia benar-benar merasa bersalah saat ini. Karena telah membuat hidup Joanna memprihatinkan sekali.

"Sudah aku maafkan. Lagi pula aku salah juga. Karena sudah membuat kalian mengkhawatirkan."

Jeffrey tang mendengar itu jelas merasa senang. Karena beban di hatinya sedikit berkurang. Sebab telah mendengar sendiri jika Joanna sudah memaafkan. Lalu memeluk wanita itu tanpa sadar.

Ini tidak bisa dibiarkan!

Bisik Kasih dalam hati. Dia sedang menatap Joanna dan Jeffrey dari kejauhan saat ini. Sebab dia memang terbangun dan merasa lapar sekali. Karena semalam hanya makan sedikit. Agar seperti Joanna yang tampak begitu kurus namun tetap cantik.

Tbc....

EVERYTHING TAKES TIME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang