Ini yang iya takutkan dalam pernikahan, konflik dalam rumah tangga, kemarahan suami pada istrinya, dan sepertinya hal tersebut akan terjadi dalam pernikahannya
Assalamualaikum wr wb
Sorry lama banget ya gak update.
Karena ada kesibukan dalam urusan kuliah jadi cerita ini lama gak aku update, sorry ya. Sepertinya ada sedikit perubahan ni dalam jadwal update. Bisa seminggu 2 kali atau 3 kali aku update, intinya gak nentulah. Tapi aku usahakan update ya dalam seminggu
Tetap semangat bacanya. Jangan lupa tinggalkan vote. Biar aku tambah semangat update nya.
Terima kasihHappy reading
Tepat jam 10 malam, tamu undangan sudah pulang begitu juga para kerabat, seharian Hilya berusaha untuk menampakkan senyumnya di depan para tamu meskipun iya tidak tahu, dimana Ning Zaila, kenapa dia yang harus menjadi mempelai perempuan, kenapa tidak ada yang bertanya padanya, apa Hilya mau menikah dengan gus nya itu apa tidak, semua orang seakan tega mengatur hidupnya dan iya tak mampu tuk memberontak. Sedangkan Gus Aydan pun begitu, iya hanya memasang wajah datar tidak ada komunikasi diantara ke duanya, meskipun mereka duduk berdampingan tapi Hilya merasa sangat takut untuk menatap apalagi bertanya akan kebingungannya pada gus Aydan
“Assalamualaikum umi,” salam Hilya menghentikan langkah Nyai Rusydah yang ingin masuk ke kamarnya, dari tadi nyai Rusydah selalu menghindar dari Hilya, nyai Rusydah tidak sanggup mengatakan semua yang terjadi pada Hilya.
“Umi, selalu menghindar dariku, apa aku ada salah umi, sehingga tidak ada yang bertanya padaku, apa aku mau menggantikan mempelai wanita yang lari dari pernikahannya,” tanya Hilya mulai mendekari Nyai Rusydah.
Nyai Rusydah hanya bungkam dengan menatap Hilya dengan tatapan kosong.
“Umi, aku minta maaf, tapi tolong katakan sesuatu umi, jangan menyiksa fikiranku, aku...,”
“Hilya, kamu sudah menjadi menantu kami, itulah kenyataannya, dan soal kebingunganmu tanyakan semua pada suamimu,” ucapan kiai Fahri yang tiba-tiba ada di belakang Hilya memotong pembicaraan Hilya. Kiai Fahripun menyuruh Ning Lulu mengantar Hilya ke kamar gus Aydan.
Tibalah Hilya di kamar Gus Aydan menahan air matanya agar tidak mengalir bebas ke permukaan. Ustdazah Hilya, yang dikenal jarang menangis membuat Hilya berfikir beribu kali untuk tidak membiarkan air matanya mengalir, karena kalau semua itu terjadi iya akan terlihat seperti Inaya di masa lalu yang lemah. Cukup saat mencium tangan gus Aydan air matanya yang berhasil mengalir, itupun terjadi karena ada rasa berbeda di hatinya.Tidak beberapa lama gus Aydan keluar dari kamar mandi, wajahnya yang tampan terlihat basah karena air wudu. Semenjak acara selesai gus Aydan ingin menyusul Ning Zaila yang sekarang berada di rumah sakit, tapi kiai Fahri melarangnya. Gus Aydan yang memang anak berbakti kepada orang tua akhirnya nurut meskipun hatinya berantakan, semua terjadi tak seperti yang diinginkan. Intinya suami istri yang baru sah itu sama-sama sedang terluka dalam versinya masing-masing.
Gus Aydan tak memperdulikan keberadaan Hilya di kamarnya, iya langsung menuju ranjang dengan sarung dan baju kaos di tubuhnya dan mematikan sebagian lampu kamar, semua itu membuat Hilya terkejut. Ini yang iya takutkan dalam pernikahan, konflik dalam rumah tangga, kemarahan suami pada istrinya, dan sepertinya hal tersebut akan terjadi dalam pernikahannya.
TAK
Hilya yang memang terkenal dengan ustadzah yang tegas, tanpa gentar menghidupkan lampu, hal tersebut membuat Gus Aydan duduk dari tidurnya dengan ekspresi yang sama, datar.
“Setidaknya katakan sesuatu pada saya gus,” ucapan Hilya bagaikan angin lalu, Gus Aydan mulai mengotak atik ponselnya.
“Gus, saya tahu, ada sesuatu yang terjadi di sini, jangan hanya diam gus saya butuh penjelasan,” pinta Hilya tapi dengan respon yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
HILDAN
Teen Fiction"Setidaknya katakan sesuatu pada saya gus," ucapan Hilya bagaikan angin lalu, Gus Aydan mulai mengotak atik ponselnya. "Gus, saya tahu, ada sesuatu yang terjadi di sini, jangan hanya diam gus saya butuh penjelasan," pinta Hilya tapi dengan respon y...