9. Jemput Nana

111 4 0
                                    

"Jadi kamu kancane Letta?" Tanya kakek pada Alvino yang duduk lesehan di teras rumah ditemani kucing kesayangannya itu.

"Iya kek" jawab Alvino mendongak, menatap sang kakek yang duduk di kursi.

Meskipun dia tidak tahu dialek Jawa, tapi karena menggunakan bahasa campuran, Alvino mengerti sedikit.

"Itu kucing kamu?" Tanya kakek lagi dan dijawab iya oleh Alvino.

Tak lama setelah itu, handphone Alvino berdering menandakan ada pesan masuk.

Pesan dari Mamanya yang berisi sudahkah dia menjemput Nana. Alvino tepok jidat. Bagaimana dia bisa melupakan hal sepenting ini. Pulang-pulang kena omel pasti ini, pasti.

"Ada apa nak?" Ucap kakek bertanya, saat melihat tingkah laku Alvino yang tepok jidat itu.

"Anu,, kek aku pamit pulang dulu."

"Loh, baru datang kok langsung balek.  Kui loh, sek dibeliin jajan."

"Iya kek, mau jemput adek."

"Tenan. Ndak nunggu Letta dulu?"

"Titip salam buat Letta aja ya kek, assalamu'alaikum." Ucap Alvino beranjak bangun dan menyalami tangan kakek.

"Wa'alaikumsalam, sing ati-ati yo le."

"Iya kek."

Lalu Alvino mengeluarkan sepedanya dan menggayuh ke toko untuk mengganti sepedanya dengan mobil.

Saat sudah sampai ditoko dan masuk kedalam ruangan. Ia melihat jika teman-temannya masih ngobrol. Bahkan ada yang sampai melempar kulit kacang yang sudah tak berisi alias kosong, ke lainnya.

Caka yang pertama kali menyadari kedatangan Alvino, bertanya. "Mau kemana?"

Pasalnya, Alvino langsung mengambil kunci mobilnya yang tergeletak diatas meja.

"Jemput Nana, lupa gue." Jawab Alvino.

"Eh, Nana pulang. Ikutlah, mau lihat calon masa depan gue." Timpal Rendy

Alvino melempar kulit kacang ke arah Rendy. "Nggak sudi gue punya adik ipar kaya lo."

Rendy mengelak. "Jangan gitu kakak ipar, begini-begini gue pria bertanggungjawab loh." Jawabnya.

"Alah,,,, satu tambah satu?"

"Dua."

"Kan! Satu tambah satu, jendela! Yang kayak gini mau jadi adik ipar saya? Sudah saya blacklist kamu." Ucap Alvino yang disusul gelegar tawa lainnya.

"Ayoklah berangkat keburu sore." Ajak Caka.

Akhirnya mereka berlima beranjak dari duduknya menuju mobil Alvino. Satu-satunya yang membawa mobil.

Sebab Caka, Tino membawa sepeda, Rendy, Anan berboncengan pakai motor milik Anan.

Setelah dua jam berkendara melewati jalanan beraspal. Akhirnya mereka sampai pada pondok pesantren Al-fatah, tempat Nana menuntut ilmu.

Alvino menurunkan kaca mobilnya saat melihat siluet perempuan yang dikenalnya, berdiri tepat disamping mobil, dengan kopernya.

"Nana" Panggil Alvino didalam mobil.

Perempuan itu menoleh, mendapati Alvino yang mengulas senyum hingga menampakkan gigi depan.

"Kak Ino," panggil perempuan itu yang ternyata Nana. Gadis itu memiringkan kepalanya ke kanan, samar-samar melihat  bayangan yang ada disebelah kakaknya itu.

"Bang Caka?" Kata Nana yang dibalas lambaian tangan oleh Caka sembari mengulas senyum juga.

"Assalamu'alaikum ukhti, Abang nggak dipanggil nih?" Ucap Rendy melongokkan kepalanya, melewati tubuh Tino yang duduk disebelah kanan.

Pacar JawakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang