DELAPAN | Sebuah Kesepakatan

6.5K 481 76
                                    

DELAPAN | Sebuah Kesepakatan

"Tapi jalan seperti apa lagi yang harus mereka tempuh saat keduanya sudah sama-sama berada di ujung jurang? Saat sama-sama terluka begitu dalam."

🌸🌸🌸

Kanaya mengernyitkan dahi ketika kembali dari butiknya dan mendapati mobil Jevano terparkir rapi di carport rumah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanaya mengernyitkan dahi ketika kembali dari butiknya dan mendapati mobil Jevano terparkir rapi di carport rumah mereka. Terlalu sore untuk pria itu kembali dan dilihat dari posisi mobilnya, Jevano sepertinya tidak sekadar mampir. Seolah akan menginap di weekend ini.

Langkah Kanaya terayun memasuki rumah, dia dengar suara-suara tawa dari halaman belakang. Usai dia taruh tas dan buku sketsanya di atas meja pantri, Kanaya membuka pintu yang menjadi pemisah tempat itu.

“Ibu udah pulang!” seru Neira dan membuat dua laki-laki beda usia itu ikut menoleh. Jevano terlihat sedang memaku tali tenda agar benda itu berdiri tegak, sedang Noah di sisinya untuk memegangi tali itu.

“Ayo Ibu, sini bantuin Ayah.”

Mau tak mau Kanaya mendekat. Mengambil palu untuk memaku penyangga tenda yang lain. Tapi Jevano menahannya. “Kamu nggak usah bantuin, liatin aja. Atau ganti baju dulu?” Jevano merasa Kanaya pasti lelah. Kemejanya yang kusut dan rambutnya yang tidak serapi tadi pagi membuatnya bisa menebak hal itu.

“Kenapa tiba-tiba buat tenda?” akhirnya Kanaya taruh kembali palu itu, sesuai perintah Jevano, dia hanya sebagai penonton. Neira dan Noah sedang ke dalam rumah untuk mengambil air minum.

“Neira tadi pagi tiba-tiba telepon aku. Katanya teman-temannya pergi ke Puncak bersama keluarganya untuk kemah. Dia ingin kita pergi juga,” Jevano berdiri, memasang sisi yang lain.

“Tapi kamu tahu kalau aku sibuk, kamu juga sibuk. Jadi aku ajak Neira untuk camping di halaman saja. Beruntung dia nggak merajuk,” lanjut Jevano.

“Jadi kamu menginap malam ini?”

“Iya.”

“Nggak jadi ke Singapura?”

“Jadi, aku bisa berangkat subuh.”

Kanaya hanya menggumam, lalu berjalan sambil berkata, “Seprei kamar kamu abis dicuci, nanti aku pasang.”

“Kita tidur di tenda malam ini.”

Perkataan Jevano membuat Kanaya menghentikan langkah dari niatnya untuk ke kamar dan mengganti baju. Menoleh dengan wajah yang tidak dimengerti Jevano.

“Kenapa harus di tenda?”

“Ya namanya camping, jadi harus tidur di tenda kan?”

Setelah sekian lama mereka pisah ranjang dan tidak saling bertatap wajah menjelang tidur, bukankah akan menjadi aneh kalau mereka kembali bersama? Mendengar hembusan napas satu sama lain, walau mungkin ada anak-anak mereka di tengah.

After OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang