chapter nine

1.6K 64 3
                                    

Ini akan menjadi hari pertamaku dan kak Keenan tinggal seatap, hanya kami berdua yang terkadang aku berfikir, bisa gak yah?

Kak Keenan bukan orang yang kaku kok, akupun bukan orang yang tertutup banget, hanya saja perasaan yang kurasakan saat ini serasa menempatkanku di suasana canggung.

Hari sudah malam saat kami tiba apartemen, ada banyak hal yang baru aku ketahui tentang Kak Keenan hari ini. teman di sekeliling dia, hubungan dia sama keluarga yang ternyata ia tak jauh beda denganku, ia dibesarkan bukan oleh kedua orang tuanya. Ia juga tumbuh diasuh oleh seorang nenek yang saat inipun telah berpulang ke pangkuan Ilahi. Mungkin itu juga menjadi alasan, mengapa ia betah tinggal di luar negeri walau jauh dari keluarga.

" makasih yah nak Alden...." Ujar tante Farah saat aku membantunya di dapur sore itu.

"hah?" aku tak tahu, kebaikan apa yang pernah kulakukan hingga tante Farah berterima kasih kepadaku. Tidak mungkin hanya karena pekerjaan tak seberapa ini.

"terima kasih karena sudah bawa pulang Abang." Ulangnya. Sekarang sudah jelas, but how? aku bingung bagaimana aku yang membawa pulang kak Keenan.

"karena kehadiran nak Alden, Abang akhirnya mau balik indo." Lanjut tante Farah yang membuat mulut ini cukup membulat.

"o-oh." Kupikir semburat garis senyum tak bisa tersembunyi dari ujung bibirku. Aku jadinya mesem-mesem sendiri. apakah aku bisa menyebut diriku sebagai orang spesial? Se spesial indomie pake telor ceplok dua.

"kalian makan malam dulu yah sebelum balik ke apartemen. Jarang-jarang keluarga kita kumpul seperti ini." ucap tante Farah dan aku cukup patuh menurutinya saja atau lebih tepatnya aku mengikuti keputusan kak Keenan. Di rumah memang keluarga sedang lengkap. Ayah pun yang super sibuk, sudah di rumah sore itu, Toby juga gak ada jadwal les begitupun Aleesya.

Malam setelah bersantap malam, kami akhirnya pamit pulang, kak Keenan tak banyak bicara sedari tadi dan akupun memilih untuk diam. Aku hanya diam-diam mengamatinya yang kemudian makin larut dalam mengaguminya. Aku masih penasaran, apakah semuanya benar jika kak Keenan pulang karena aku alasannya? Ah masa sih?

Mungkin tidak secepat itu aku mendapatkan jawabannya, biarkan aku meyakinkan perasaanku kemudian akan terjawab dengan sendirinya seiring waktu yang kami habiskan berdua di apartemen ini.

"kak Keenan gak keluar?" tanyaku setelah cukup lama di dalam kamar membereskan kembali barang bawaanku dari kampung.

Kak Keenan masih terlihat santai - santai saja di sofa sambil sibuk dengan ponselnya. Duh kak Keenan, kenapa harus singlet-an doang sih. Alden bisa salfok jadinya.

Aku gak salfok kok, mataku gak terbelalak bahkan sekarang menjadi cemberut serasa dianggurin aja gitu sama dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku gak salfok kok, mataku gak terbelalak bahkan sekarang menjadi cemberut serasa dianggurin aja gitu sama dia. dia terlalu sibuk dengan ponselnya yang saat kutanya, ia tak menoleh sedikitpun ke arahku dan hanya menjawab seperlunya. Pasti chat-an sama kak Citra sampai senyum-senyum sendiri gitu.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang