Sekarang Dista dipanggil Disti ya..
Ini gila, itulah yang ada dipikiran Disti selama ini. Fakta yang mengejutkan menurut Disti.
Setelah menerima fakta itu taklama memori-memori tubuh ini sedikit-sedikit mulai hadir. Walaupun masih ada rasa terkejut Dista harus menerima fakta bahwa dirinya ada ditubuh Disti.
Setelah beberapa hari dirawat, akhirnya Disti diperbolehkan untuk pulang.
Saat ini dia ada diperjalanan menuju rumahnya. Didalam mobil hanya ada mama, papa, dan dirinya.karena Eldar yang masih sekolah.
"Nanti kalau sampai di rumah langsung istirahat ya sayang"ucap frans .
"Tapi pa, masak aku tiduran terus sih, kqn bosen" Disti menjawab sambil cemberut.
"Istirahat dulu nanti sore bisa jalan-jalan sama bang El "Sintiya yang melihat anaknya cemberut langsung mengiming-imingi untuk jalan-jalan.
Benar saja Disti yang mendengar itu langsung tersenyum lebar.
"Bener yaa tapi Disti nanti mau beli jajan juga" ucap Disti dengan riangnya.
"Kalo jajan di pinggir jalan gaboleh" jawab Frans dengan cepat.
"Papa ga asik" senyum yang merekah itu hilang kembali.
Sintiya yang melihat Disti cemberut lagi, langsung memukul tangan suaminya itu.Dista yang merasa akan dibela lagi oleh mamanya tersenyum mengejek ke arah papanya.
"Boleh kamu mau jajan apa saja, kamu rampas saja uang abang kamu itu"
"tapi ma.."
Frans yang melihat tatapan sang istri yang seakan membunuhnya itu tak jadi melanjutkan ucapannya.
Disti yang melihat itu hanya bisa terkekeh kecil.Ternyata melihat keributan kedua orangtuanya sangan menyenangkan.
💐💐💐
Seperti yang diucapkan dimobil tadi, sekarang Disti sudah berada di taman bersama abang El.Menikmati angis sore dan melihat anak-anak yang bermain.Sedangkan mereka berdua duduk dengan tenang.
"Bang aku pengen es krim" ucap Disti memulai pembicaraan
"Gaboleh es krim, air putih saja ya?" larang Eldar.
"Tadi mama ngomong aku boleh beli jajan apa saja kok" jawab Disti dengan belaannya.
"Tapi kata papa aku gak bolehin kamu jajan diluaran dulu" jawab Eldar tak mau kalah.
Disti yang mendengar itu langsung melototkan matanya.
"Abang harus mengalah untuk adek"
"Tapi adek harus nurut sama abangnya"
Disti yang sudah terlanjur marah langsung berjalan sambil menghentakkan kaki nya dan berjalan menjauh.
Eldar yang melihat itu hanya bisa terkekeh geli dan berjalan dibelakang Disti.
Sesampainya dirumah Disti langsung menghambur kepelukan sang mama nya itu. Dia langsung menangis di dekapan sang mama nya.
"Kamu apakan adikmu ini Elgar?" tanya sintiya sambil menenangkan sang anak gadisnya ini.
"Eldar gabolehin beli es krim"jawab Eldar dengan santai. Frans yang mendengar itu langsung menepuk pundak anak lelakinya dengan bangga.
"Kenapa gak kamu beliin saja, emang uang kamu udah habis?"
"Bukan masalah uang, tapikan Disti lagi minum obat ma"jawab Frans untuk membela sang anak.
Disti yang sudah mulai mereda tangisannya itu langsung menjawab.
"marahin saja abang ma, dia gak mau nurut sama mama"
"Kamu juga gak nurut sama papa dan Abang "jawab Eldar dengan cepat.
Disti yang tidak bisa menjawab lagi langsung berjalan menuju kamarnya dengan menghentak-hemtakan kakinya.
mereka bertiga yang melihat itu hanya tertawa geli melihat kelakuan Disti yang sangat lucu itu.
Sesampainya dikamar Disti langsung melempar tubuhnya ke kasur yang sangat empuk itu. Dia benar-benar merasa malu dengan tingkahnya itu.
Asik dengan rasa malunya tak terasa Disti tertidur dengan damainya.