50. Raymon

49 4 1
                                    

Aku takut pulang ke rumah, Pa...

-Alisya Calista Graham

*****

"Udah kebeli semua, kan? Atau masih ada yang kurang?" Tanya Raka pada Alisya setelah keluar dari salah satu store perlengkapan sekolah di mall yang sedang mereka kunjungi.

Alisya mengangguk kecil sambil mengecek isi paper bag yang dibawanya, memastikan jika ada yang kurang. Setelah dirasa benar-benar lengkap, barulah mereka berdua berjalan beriringan menuju parkiran.

Jam tangan sport yang berada di pergelangan tangan Raka sudah menunjukkan pukul delapan malam. Itu artinya mereka berdua sudah menghabiskan waktu kurang lebih empat jam untuk berkeliling mall. Tak hanya nge-date malming bersama pasangan, namun mereka berdua juga tengah melaksanakan tugas mereka sebagai ketua dan wakil ketua OSIS. Berbelanja berbagai kebutuhan untuk perlengkapan bazar.

"Rak," panggil Alisya tiba-tiba.

"Iya?" Raka menoleh kesamping menatap Alisya.

"Mau boba," ujarnya sambil menunjuk kedai boba yang terlihat begitu ramai oleh pembeli.

Raka tersenyum kecil mendengar permintaan Alisya. "Yaudah, Raka beliin dulu sebentar. Tunggu disini aja, oke? Jangan kemana-mana,"

"Oke," Alisya mengangguk patuh sembari mengangkat salah satu tangannya untuk melakukan gerakan hormat. Beruntung sekali ia mempunyai seorang lelaki yang selalu saja menuruti keinginannya. Rasanya, tuhan begitu baik dalam memilihkan seorang lelaki yang begitu tulus menyayangi dan mencintainya.

Alisya memperhatikan Raka dari kejauhan yang tengah mengantri. Sungguh besar effort lelaki itu untuknya. Buktinya, Raka rela mengantri panjang hanya untuk membelikannya boba.

Selang lima belas menit menunggu, akhirnya Raka pun datang dengan membawa satu cup boba rasa coklat kesukaan Alisya.

"Makasih, Rak," kata Alisya sembari menyedot minuman manis itu.

"Sama-sama," balas Raka tersenyum.

Mereka berdua kembali berjalan beriringan menuju parkiran. Wajah keduanya tampak berseri-seri. Raka yang begitu bahagia karena dapat menghabiskan malam Minggunya bersama Alisya, begitupun sebaliknya.

"Bobanya jangan dihabisin. Nggak baik buat kesehatan," nasehat Raka ketika keduanya sudah duduk manis didalam mobil.

"Kenapa nggak boleh? Lagian nggak setiap hari, kok," balas Alisya setengah tidak terima. Mana bisa ia tidak menghabiskan satu cup boba kesukaannya? Lagipula ia sudah sangat lama tidak meminum minuman itu.

Tanpa persetujuan dari Alisya, Raka langsung mengambil alih cup minuman Boba milik Alisya lalu meminumnya sedikit. Iya, satu sedotan berdua. Raka tidak memakai sedotan lain namun menggunakan sedotan bekas Alisya. Jijik? Tentu tidak.

"Ih! Kok diminum, sih! Nggak izin lagi!" Sungut Alisya kesal lalu mencubit lengan Raka lumayan keras hingga menimbulkan bekas kuku di kulit sawo matang milik Raka.

"Aw! Sakit tau." Raka mengusap lengannya yang baru saja dicubit Alisya.

"Makanya jangan diminum!" Alisya mengambil kembali cup bobanya yang masih dipegang oleh Raka.

"Gemes tau kalau lagi marah. Pengen cubit,"

"Gimis tiu kiliw ligi mirih. Pingin cibit," Alisya menirukan perkataan Raka sambil mengomel.

Mendengar itu, Raka pun sontak melirik Alisya tajam. Keduanya saling tatap seolah-olah saling melempar tatapan tajam bak pedang yang dihunuskan. Namun itu tak berlangsung lama ketika keduanya dikejutkan dengan segerombolan orang yang tengah mengikutinya dari belakang. Raka melirik dari spion tengah mobilnya untuk melihat siapa orang yang mengikutinya.

SAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang