"Ini bagaimana mungkin??"
Rapat pertama RoadMap Perencanaan dan Pelaksanaan Proyek Jual Beli Migas berlangsung kacau saat Rosa menjelaskan beberapa point perjanjian kerjasama yang telah disepakati.
"Apa maksudnya Akraphiliips tidak menyanggupi suplai migas sesuai kesepakatan dengan perusahaan listrik negara??" Rosa mencoba menenangkan diri meski pikirannya kalut.
"Karena anda dipercaya mengurus klausul kontraknya dan saya tidak membaca detail saat menandatangani perjanjian kontrak kerjasama itu tanpa memperhatikan volume produksi." Jawab Max.
"Anda menyalahkan saya sekarang? Setelah saya bekerja keras membantu kemenangan Akraphillips?" Rosa tersentak.
"Tenanglah. Saya tidak menyalahkan siapapun, kita harus berpikir mencari solusi. Saya hanya tidak menyangka jumlah total suplai harian menyentuh angka sebesar itu. Untuk satu tahun kedepan kita mungkin masih bisa berjibaku mati-matian. Tapi kontrak ini sampai tahun 2028 dan Akraphillips tidak mempunyai cadangan migas yang cukup untuk memenuhi permintaan pemerintah."
"Sebenarnya bagaimana team kalian membuat perencanaan??" Rosa tak bisa menahan paniknya.
Tidak tapi ini juga salahku yang tidak memperhitungkan kemampuan dan Sumber Daya yang mereka punya.
Para eksekutif mulai tampak gelisah. Kasak-kusuk terdengar mulai menyuarakan argumen yang tidak membantu sama sekali. Rosa memutar otaknya bekerja keras memikirkan penyelesaian terbaik.
"Kita bisa mendapat bantuan dari beberapa perusahaan migas lain untuk bantuan suplai dan menjadikan mereka sub kontraktor tapi masalahnya. PT.Oceania sudah menjadi sub kontraktor utama di bidang operasional jika kita melibatkan beberapa perusahaan lain, pembagian keuntungan semakin mengecil apalagi memperhitungkan berbagai risiko, salah perhitungan bisa membuat kita semua malah merugi." Ucap Ferdi Phillips, ayah dari Max sebagai pemilik saham terbesar Akraphillips.
"Tidak perlu banyak, cukup satu perusahaan yang memiliki Sumber Daya memadai dan bisa menjamin bantuan suplai berkelanjutan sampai masa kontrak berakhir. Jika hanya satu perusahaan besar yang terlibat, pembagian keuntungan masih berada di tahap wajar dan aman." Ucap Rosa. Ini satu-satunya solusi terbaik yang bisa muncul di otaknya.
"Dimana kita bisa mendapatkan perusahaan dengan cadangan migas sebesar itu?" Ucap Ferdi Phillips.
"Ada satu perusahaan yang kredibel dan memiliki Sumber Daya luar biasa. Meskipun aku benci harus mengakuinya." Ucap Max sambil menatap Rosa.
Tidak. Tolong jangan perusahaan itu.
Rosa menggigit bibirnya.
"Petro HP Energy. Kita harus mengajak mereka bekerjasama bagaimanapun caranya." Ucapan Max yang masuk akal ini, langsung disetujui oleh Ferdi dan mayoritas eksekutif yang hadir mereka merasa mendapat secercah harapan.
"Situasi ini biasa di dalam bisnis. Kemarin kita saling serang karena perasaingan tapi esok hari kita bisa bergandengan tangan demi kepentingan bersama." Ucapan menohok Ferdi seolah menyentil Rosa.
Benar ia tak boleh egois. Nama Perusahaan mereka menjadi taruhannya. Bagaimanapun mereka tetap pemenangnya. Lagipula Petro HP Energy hanya akan mendapat keuntungan kurang dari setengahnya saja.
•••••••••••••••••••••••••••••••••
Walau kurang dari setengah tetap saja itu keuntungan yang fantastis. Petro HP Energy akan menjadi sub kontraktor kedua setelah Oceania dan itu artinya mereka harus bekerjasama bagaimanapun juga.
Hal ini sudah diperhitungkan dengan matang oleh Joel Romeo Hadiprana. Ia bisa saja memenangkan kontrak itu dengan selisih perhitungan yang tipis, setelah mengetahui kelemahan Akraphillips. Tapi nanti ia tak punya alasan menyingkirkan tikus-tikus kotor di perusahaannya. Hanya Ayahnya yang tahu rencananya ini dan Joel tebak hal ini juga sudah sampai ke telinga kakeknya. Itu sebabnya dewan direksi tampak diam dan tenang setelah berita kekalahan mereka mencuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust and Love
FanfictionNamaku Rosaline. Sama seperti tokoh yang ditulis oleh William Shakespeare, mungkin aku tidak ditakdirkan untukmu. Rosaline adalah tokoh figuran yang terlupakan bahkan namanya nyaris tak pernah disebut sebagai cinta pertama Romeo, karena seluruh duni...