Hitam Putih

2.1K 96 30
                                    

Jika niat janji sehidup semati bernama pernikahan dijadikan permainan, maka lelaki bernama Jung Sungchan menyebut ini sebagai pengkhianatan. Beberapa orang akan mengatakan bahwa yang ia lakukan malam itu berlebihan, tapi baginya; Park Wonbin-lah yang kelewatan.

 
Jung Sungchan adalah pria muda yang tidak kurang apa-apa. Selain fakta bahwa dia adalah yang termuda dari generasi kedelapan dinasti Jung yang dihormati itu. Si muda akan terus dianggap muda sampai umur berapapun dia. Tidak akan dianggap serius. Mungkin Jung Sungchan harus melakukan sesuatu yang alamak terlebih dahulu untuk membuktikan diri ke kerabat besarnya yang digdaya itu. Semisal, tiba-tiba menikah dengan seseorang dari keluarga Park yang terkenal sulit didekati, lalu menjadi jembatan relasi yang vital antara dua keluarga tersebut.

"Park Wonbin, turun Nak!" Begitulah ia ingat Nyonya Park memanggil anak lelakinya dari lantai dua, di kali ketiga kunjungan Jung Sungchan bersama walinya. Sungchan ini memang tipikal pemuda yang mudah mengambil hati orang tua dan anak kecil, wajah ramahnya tidak menunjukkan bahaya. Tapi sayang sekali Wonbin bukan orang tua, bukan pula anak kecil. Maka dari bunyi tapak kakinya saja, Jung Sungchan sudah mendengar keengganan pemuda itu terhadap perjodohan ini. Meski jujur, detak jantung Sungchan masih terlompat satu hitungan begitu pertama kali melihat secara langsung paras Wonbin yang indah mandraguna. Jung Sungchan mengangguk faham, rupanya ini si manis yang kecantikannya kondang itu.

Memori tinggallah memori. Andai saja Wonbin bisa lebih bertata krama, maka Jung Sungchan tidak akan memaksa mereka segera saling mencinta, ia bisa memberi waktu. Tapi yang Wonbin lakukan malah melompati pagar gereja pemberkatan mereka lalu kabur bersama sembarang ajudan yang agaknya dia suka. Mencampakkan Jung Sungchan di ujung altar dalam pakaian perkawinannya yang hitam mengkilat, di depan para tamu hadirin yang panik bertanya-tanya, di depan kolega Jung Sungchan sendiri yang diam-diam menertawakan nasib nahas sepupu mereka. Jung Sungchan tidak hanya merasa konyol, dia merasa luar biasa terhina.

"Seunghan, Seunghan..."

Jung Sungchan melihat Wonbin yang coba menyadarkan Seunghan sehalus membangunkan orang tidur, denial dari eksistensi lubang peluru yang memecah tengkorak pemuda itu semenit sebelumnya, menggenangi telapak tangan Wonbin dengan darah. Seunghan tak kunjung bangun, dan pentas pura-pura Wonbin terpaksa berakhir.

"Seunghan bangun Seunghan! SEUNGHAN!!!"

Kemudian Jung Sungchan melihat bagaimana ruh Wonbin nyaris tercerai berai dari raganya. Pemuda itu menjerit dan meraung dengan suara yang belum pernah Jung Sungchan dengar seumur hidupnya, mengguncang tubuh mati Seunghan seolah mengorek sisa nyawa ajudan itu. Sementara Jung Sungchan, dia masih berdiri di situ untuk melihat akibat dari perbuatannya. Tidak, ini akibat dari perbuatan Wonbin.

"KAU!" Kau yang dimaksud adalah Jung Sungchan, Wonbin menunjuk-nunjuknya seolah dia setan. "Kau benar-benar akan dikarma oleh Tuhan suatu saat nanti!"

Wonbin marah? Sungchan juga marah. Maka ketika Wonbin menyerangnya dengan angkara murka, Jung Sungchan sudah lebih dulu mencengkal lengannya dan menyeretnya seperti pesakitan. Kaki pincang Wonbin yang Seunghan rawat hati-hati itu kini digelandang oleh Jung Sungchan keluar dari pondok menuju mobilnya. Berpapasan dengan dua tiga orang-orang milik Jung Sungchan yang masuk untuk mengurus jasad Seunghan.

Tidak, Wonbin tidak boleh pergi dari Seunghan begitu saja.

Mungkin itu yang dipikirkan Wonbin saat ia kembali memberontak dari Jung Sungchan yang juga berteriak penuh amarah. di sekian kilometer mobil mereka baru memasuki jalan raya. Demi Tuhan, seharusnya mereka berebut pistol saja, jangan roda setir. Karena baru sejenak mobil itu kehilangan kendali, sebuah kendaraan lain dari belakang telah menerjang mobil mereka sejadi-jadinya.

OBEDIENT-2 [Syongnen] Sequel Of Obedient(MATURE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang