SEMBILAN | Bayangan Kesalahan

7K 551 142
                                    

SEMBILAN | Bayangan Kesalahan

"Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu, memperlihatkan betapa rapuhnya hubungan mereka yang dulu begitu kokoh."

🌸🌸🌸

Jevano tahu apa yang dia lakukan bersama Windy adalah hal yang salah, dia pun paham konsekuensi yang akan dia hadapi seandainya Kanaya mengetahui hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jevano tahu apa yang dia lakukan bersama Windy adalah hal yang salah, dia pun paham konsekuensi yang akan dia hadapi seandainya Kanaya mengetahui hal itu.

Karena itulah, dia makin merasa bersalah. Jevano melangkah perlahan menuju pintu rumah mereka. Hatinya berdebar keras karena dia tahu bahwa dia harus menghadapi Kanaya, wanita yang dulu pernah menjadi segalanya baginya. Dia membuka pintu dengan hati-hati, mencoba untuk menyembunyikan perasaan bersalah yang membayangi dirinya.

Takut saat dia pulang dan Kanaya mengetahui segalanya. Takut jika Satya telah buka suara. Dia pejamkan mata sejenak, lelah sekali Jevano bermain seperti ini. Lalu ingat percakapannya kemarin dengan Windy.

"Dia tidak akan kembali Windy, tidak ada yang perlu kamu takutkan lagi," tutur Jevano menenangkan Windy dari kegelisahannya. Mengatarnya hingga rumah dan memastikan Windy aman.

"Aku berutang banyak padamu Jevano, aku janji akan membalasnya. Kalau suatu saat Kanaya tahu, aku yang akan menjelaskan," Windy sudah hadir di tengah-tengah kehidupan Jevano dan Kanaya, dia ikut bertanggung jawab seandainya rahasia itu pecah. Windy berjanji pada dirinya sendiri untuk melangkah pergi suatu saat nanti. Tapi untuk saat ini, dia masih membutuhkan Jevano di sisinya.

"Aku yang berutang banyak padamu. Jangan khawatirkan pernikahanku, Kanaya tidak akan pernah tahu."

Tapi justru Jevano yang khawatir. Ketakutan sendirian. Apalagi begitu mendapati Kanaya duduk di ruang tamu, menatap ke arah jendela dengan ekspresi wajah yang dingin. Padahal dia sengaja pulang tengah malam agar tidak bertemu istrinya, namun rupanya wanita itu masih terjaga.

Kanaya merasakan kehadiran Jevano bahkan sebelum wanita itu melihatnya. Meski sering sekali dia dapati Jevano pulang larut malam, atau bahkan sampai beberapa hari tidak kembali, tapi kali ini ada yang aneh. Ada sebuah hal janggal dari tingkah lakunya. Tetapi Kanaya memilih untuk tetap tenang, terlalu banyak pertengkaran tanpa penyelesaian.

"Kamu membawa apa yang aku minta? Kamu bilang kita bisa bicara saat tidak ada anak-anak," tanya Kanaya tentang surat cerai, mencoba memulai percakapan.

"Aku lelah... lain kali saja," sudah pukul 12 malam, sudah waktunya mereka untuk tidur tenang. Tapi Kanaya malah meminta surat cerai padanya.

"Jevano..." terdengar nada putus asa dari bibir Kanaya, pria itu terus menghindar. Mengulur waktu entah sampai kapan. Jika Kanaya biarkan, mereka tidak akan bisa bercerai. Terus terpenjara dalam pernikahan yang penuh luka ini. Lalu pada akhirnya Kanaya lagi yang akan meratapi semuanya seorang diri.

"Sampai kapan Jev..." gumamnya. Dia tatap punggung pria itu. Terlihat Jevano menghembuskan napasnya kasar.

"Sampai kapan kamu akan membelengguku dalam kesakitan ini? Aku lelah."

After OctoberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang