Chapter 51: Perang Tianhong (Langit Merah) (1)

9 2 0
                                    

Shantian berdiri tegak, memandangi bara api yang membakar tanah dunia mortal dengan bengisnya. Tanpa ada pertolongan dari dewa, sampai kapan mereka bisa bertahan?

Lewat air yang diambil dari Kolam Nadi Kunlun, Xiangshui, Taiyang, dan Wuxing sama-sama memandang ke dalam cawan tempat Xianlong menunjukkan kondisi Dunia Mortal.

"Xianlong," panggil Dewa Shanqi dari depan singgasana yang penuh cahaya. Xianlong yang baru saja dibebaskan dari penjara dewa langsung berjalan ke depan lalu bersujud sambil memberi hormat.

"Hamba di sini."

"Apa bisa mencari keadaan Xuxian di bawah sana?"

Xianlong menunduk, "Maaf, Yang Mulia. Tapi air dari Kolam Nadi Kunlun hanya menunjukkan secara general dunia mortal. Tidak bisa menunjuk spesifik ke seseorang apalagi mencari seseorang."

Dari langit, muncul bola cahaya yang melesat ke tempat aula Istana Shanqi. Tiga dewa Shantian berbalik dan menghampiri cahaya yang kini luruh dan memunculkan seorang pengawal Langit Giok.

Pengawal itu berlutut di depan tiga dewa Shantian dan memberi hormat.

"Hormat kepada dewa Shantian. Hamba datang dari Langit Giok. Pertahanan dari prajurit Jenderal Denglai dan kelima dewa Wuxian sudah mulai goyah. Kaisar Yu Huang sendiri yang mengutus hamba untuk melaporkan hal ini." Sambil menyerahkan lencana Kaisar Langit Giok yang berwarna putih, Xiangshui mengambil lencana itu dan memeriksanya kalau itu asli.

Taiyang menoleh ke arah Shanqi yang sedari tadi mengamati dengan gelisah. Ia punya rencana sendiri, tapi sekarang terlalu cepat untuk melakukannya. Terlebih, tenaga dalamnya tidak cukup jika ia melawan Mo Lushe sekarang. Perlu dibantu banyak dewa lagi, tapi ia sendiri tidak ingin mengorbankan lebih banyak dewa dalam pertarungan ini.

"Yang Mulia, harap hamba memberi sedikit saran," Taiyang bersujud memberi hormat di depan singgasana Shanqi yang mulai bangkit dengan kerut di sekitar keningnya.

"Katakan."

"Sekarang ini portal Dunia Mortal sudah hancur karena kekuatan Mo Lushe. Kita semua juga sudah tahu kalau beberapa jam yang lalu dia sudah mendorong pasukan ke perbatasan dan menginjak Tanah Bening. Kalau bukan karena formasi yang Xianlong buat, mungkin mereka sudah berhasil masuk ke area Gunung Kunlun. Hanya saja, efek itu membuat Tanah Bening hampir hancur dan energi putihnya menyatu dengan energi hitam dari pasukan Mo Lushe yang memenuhi langit hingga menghasilkan energi yang terlalu kuat. Menekan ke bawah dan membakar hampir seluruh dunia mortal."

Xiangshui ikut bersujud di samping Taiyang. "Energi hitam milik iblis bersifat menarik, menghisap. Sementara energi cahaya penuh energi netral dan bisa saling mengisi satu sama lain. Hanya saja, penyatuan kedua energi tidak selalu baik. Dalam kasus ini, energi kosong terlalu banyak diisi energi cahaya yang padat dan penuh. Membuat energi hitam itu sendiri pecah dari bentuk kekosongannya. Dengan pecahnya energi hitam, maka kekuatan energi hitam pun luruh menghasilkan energi baru. Tanah bening sendiri berhubungan kuat dengan Langit Giok dan seluruh atmosfer dunia mortal. Dengan kondisi Tanah Bening yang terkontaminasi energi hitam membuat Tanah Bening menjadi panas dan menekan energi dingin itu hilang. Energi hitam yang menekan akhirnya membakar langit, lalu hujan api itu adalah tetes-tetes energi yang terlampau padat dari Tanah Bening."

Penjelasan Xiangshui membuat kepala Wuxing berputar-putar. Ia tidak ahli dalam hal ini, tapi mendengar itu, keadaan sudah sangat gawat.

"Jika kita tidak menghentikan serangan, maka dunia mortal yang terkena imbasnya," ujar Taiyang melanjutkan. "Yang hamba ingin sarankan adalah, salah satu dari kita turun untuk mencari Xuxian dan membawanya ke sini untuk mengembalikan Cahaya Roh supaya Yang Mulia bisa menghadapi Mo Lushe langsung tanpa khawatir apapun."

Xianlong dan semua dewa yang lain tahu apa konsekuensi dari pilihan itu jika terjadi. Bagi Xianlong, ia tahu kalau Dewa Shanqi sejujurnya tidak menginginkan itu. Tapi mau bertindak sekarang pun, ia tidak bisa mengalahkan Mo Lushe dengan sendirian. Minimal meminta bantuan Dewa-Dewi dari Tanah Suci. Hanya saja, Xianlong tahu kalau Shanqi tidak akan melakukannya lagi.

Teringat kata-kata Shanqi ratusan tahun yang lalu setelah Hei Lixu dikalahkan oleh dua dewa suci, "para dewa suci bilang kalau aku bukan sosok penetral. Aku lebih tidak berguna dan hanya mengandalkan Cahaya Roh dari mereka untuk bertahan dari serangan Mo Lushe. Kalau bukan karena diselamatkan mereka, aku mungkin sudah mati. Sebaiknya, lebih baik begitu, bukan? Toh, aku tidak pantas menjadi dewa di Tanah Cahaya jika hanya mengandalkan Cahaya Roh."

Lalu Xianlong menyahut dengan bijak dan nada penuh ketenangan. "Dewa-dewi suci tidak melihatmu begitu. Apakah pantas bagi dewa yang sudah dipercaya mereka berkata demikian rendah pada dirinya sendiri? Kau harus sadar kalau kau punya kemampuan itu dan semua orang percaya padamu. Jika kau tidak percaya diri, bagaimana kita semua percaya padamu?"

"Tapi aku bukan sosok penetral. Dewa-dewi suci bilang kalau sosok penetral adalah sosok yang paling penting untuk mencegah dan mengamankan dunia mortal. Jika bukan untuk melindungi para manusia, untuk apa dewa Tanah Cahaya itu ada?"

Xianlong hanya menggeleng tipis sambil tertawa. Saat itu Shanqi masih terlalu muda. Ia belum ada seribu tahun berkultivasi lebih dalam. Sementara Xianlong sudah hidup melebihi tiga generasi sebelumnya. "Kau ada, untuk melindungi kita semua. Bukan hanya dunia mortal. Kau adalah cahaya utama di tanah ini. Jika kau redup, maka kegelapan akan menerkam kita semua. Tidak ada kau, tidak ada inti kehidupan. Sosok penetral memang penting, tapi dia bukan inti kehidupan yang sebenarnya. Justru kaulah, intinya. Kau yang perlu mencari sosok penting itu selama hidup ini. Itulah tugasmu juga sebagai Dewa Cahaya."

Shanqi menghela napas mendengarkan saran Taiyang. Ia bangkit dengan rahang mengeras. Egonya kembali naik ketika ia sadar dirinya tidak mampu mengalahkan Mo Lushe tanpa rasa khawatir dengan kondisi Cahaya Roh yang sekarang.

"Aku bisa mengalahkan Mo Lushe. Hanya saja, itu membutuhkan banyak tenaga dan kalian semua bisa saja mati."

Wuxing ikut bersujud di samping Taiyang dan Xiangshui. "Jika itu memang harus terjadi, maka terjadilah. Kami akan melakukan segala cara untuk melindungi Yang Mulia."

"Demi Tanah Cahaya." Taiyang menyembah.

"Demi Tanah Cahaya."

Semua dewa, termasuk Xianlong dan pengawal ikut menyembah.

Hati Shanqi tergerak oleh begitu banyak tekanan dan penghormatan yang ia terima. Selama ini ia melakukan kultivasi untuk mengisi setengah Cahaya Roh. Tapi sebenarnya ia tahu, yang ia lakukan selama ini hanya menahan Cahaya Rohnya supaya tidak menipis dan tetap bertahan dalam kondisi sekarang. Inti pusaka tidak akan pernah bisa bertambah, tapi berkurang selama tenaga dalam tidak dikendalikan. Shanqi menutupi kenyataan ini semua dari semua dewa karena tidak mau membuat mereka khawatir.

Tapi melihat kesetiaan mereka yang merengkuh relung hati terdalamnya, ia sadar bahwa mereka begitu percaya padanya. Mereka begitu ingin melindunginya sebagaimana Shanqi sendiri tidak ingin kecewa terhadap dirinya sendiri.

"Aku mencari Xuxian bukan untuk mengambil Cahaya Rohnya. Melainkan, aku ingin membagi cahaya itu untuk Bai Suzhen," ucap Shanqi setelahnya. Xianlong mengangkat wajah, mendapati Shanqi menatap tenang ke arahnya, hatinya berdebar bangga.

"Hamba sangat berterima kasih jika Yang Mulia akhirnya bisa mempercayai Bai Suzhen. Meskipun dia memang seorang iblis, tapi bukti kuat dari Sekte Bulan sudah turun. Dewi Yue Shuiying, sudah memberikannya penglihatan dan kepercayaan mendalam kalau Bai Suzhen memang salah satu bagian dari Sekte Bulan."

"Sebelumnya aku memang salah. Tapi, jika Xuxian dan Bai Suzhen sudah lebih dulu bertemu di Dunia Mortal, alangkah lebih bagusnya lagi itu," kata Shanqi.

Si pengawal yang dari tadi hanya menunduk mulai angkat kepala dan meminta izin bicara. Shanqi mempersilakan.

"Yang Mulia, setelah Kaisar Yu Huang tidak berdaya karena dikalahkan Mo Lushe yang merasuki Hei Suzhen, prajurit langit berusaha sekuat mungkin menahan serangan api yang menekan dari Tanah Cahaya. Menurut hudie, Mo Lushe bersama pemimpin Sekte Ular, Hei Luna, sudah mendarat di Tanah Bening dan—"

"Aku tahu."

***

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang