Chapter 55: Kembalinya Siluman Ular Putih

8 2 1
                                    

Ketika Hei Suzhen berjalan mendekati pusaran energi besar di sebuah pondok kecil di samping tenda-tenda yang sudah terbakar, hanya pondok itu yang bertahan dari tetes-tetes api yang mulai menggila. Tenda-tenda terbakar, rumput di sekitar mulai terlalap api. Panas menguasai dunia. Tapi Hei Suzhen tetap melangkah anggun dan tersenyum menyambut kakaknya.

Di luar, energi besar itu seolah memblokir serangan tetes-tetes api. Hei Suzhen tidak peduli, jadi ia mencoba. Ketika ia mendorong energi hitam menggunakan kedua tangan, pondok itu hancur dalam sekejap. Berkeping-keping dinding kayunya rontok. Saat bersamaan, di tengah lantai yang berlapiskan kayu, dengan dinding-dinding yang sudah patah setengah, Hei Suzhen bisa melihat Xuxian yang saling genggam dengan Bai Suzhen duduk berhadapan dengan di sekelilingnya energi kuning biru berputar seperti ikan kecil yang mencari jalan keluar.

"Transfer energi?" gumam Hei Suzhen. Samar-samar, Hei Suzhen teringat kata-kata gurunya.

"Transfer energi bisa dilakukan jika seseorang masih memiliki sisa energi. Tapi akan sulit dan memakan waktu yang cukup lama."

Senyum Hei Suzhen tersungging. Ia melangkah cepat dengan satu tapak menyala ungu.

"Tapi transfer energi juga bisa gagal jika dalam proses penarikan energi di luar, diserang oleh seseorang. Makanya transfer energi perlu dilakukan di ruang tertutup dan tidak boleh diganggu oleh siapapun. Jika tidak, salah satu orang—yang mentransferkan energinya, akan mati. Atau dua-duanya juga bisa mati."

Ketika tersisa beberapa langkah, Hei Suzhen mengangkat tapak dan dalam gerak cepat, Xuxian membuka mata. Angin mendesing cepat. Kejadian itu juga hanya terjadi beberapa detik. Xuxian melihat Hei Suzhen mengangkat tapaknya yang siap menyerang ke belakang punggung Bai Suzhen. Ia langsung melompat, sambil tidak melepaskan genggamannya dan menarik Bai Suzhen ke pelukan, berguling berbaring ke lantai.

Saat energi ungu milik Hei Suzhen terlontar dari tapak, punggung Xuxian yang terkena.

Bai Suzhen terkejut, tangannya masih menggenggam Xuxian. Di atasnya, Xuxian melotot dan tersentak. Di sekitar kedua matanya muncul urat. Matanya yang biru terang meredup. Xuxian menahan untuk beberapa detik sebelum Bai Suzhen menyadari sesuatu.

"Xuxian..."

Dalam genggaman keduanya, cahaya ungu milik Hei Suzhen masuk ke dalam pergulatan energi mereka. Bai Suzhen melotot, ia mengangkat kepala dan melihat dari balik bahu Xuxian. Hei Suzhen tersenyum dengan tangan mendorong energi. Bai Suzhen berteriak. Hendak menarik Xuxian yang sedang menahan tenaganya berguling lagi. Tapi sekuat tenaga Xuxian menahan Bai Suzhen.

"Xiao Bai..." suara Xuxian terbata-bata, gemetar dan pelan, "ketika aku mendorong Pusaka Iblis, jangan ragu untuk menariknya langsung ke jantungmu, ya?"

Mata Bai Suzhen memburam. Tubuh Xuxian yang menahan serangan Hei Suzhen di belakangnya sudah gemetar tak keruan. Ia sudah tiga hari tiga malam mentransfer energi melalui Cahaya Roh tanpa henti. Kini, ia masih menghadang serangan Hei Suzhen, bagaimana Bai Suzhen tidak panik?

"Kenapa kau melakukan ini?" Tenggorokan Bai Suzhen tercekat. Ia tidak pernah merasa begitu putus asa. Energi menyatu erat, dalam genggaman, Bai Suzhen bisa merasakan kekuatan itu bagai magnet yang hendak menariknya.

"Berjanjilah padaku, Xiao Bai..." Xuxian gemetar, tapi matanya masih memancarkan semangat penuh harapan. Dalam jarak sedekat ini, Bai Suzhen begitu ingin menyerahkan diri dan membiarkan dirinya mati demi pria ini hidup.

"Tidak..."

Di belakang, Hei Suzhen mendorong energi semakin kuat. Xuxian terlonjak. Ketika itu, Pusaka Iblis terdorong oleh kekuatannya. Bai Suzhen bisa merasakan aliran yang berat dan dingin memasuki rongga jantungnya. Melalui cahaya yang berselimut di antaranya, tubuh Xuxian mental ke pelukan Bai Suzhen dan mereka berdua berguling-guling terkena serangan Hei Suzhen.

Samar-samar, dalam keheningan yang parau dan rasa nyeri di sekitar tubuh, Bai Suzhen terbangun. Ia bersusah payah membuka matanya. Kepalanya terasa berat. Matanya masih belum jernih. Tapi di antara nyala api yang berkobar-kobar, ia bisa melihat wajah Xuxian yang memejam di sampingnya. Terbaring tak sadarkan diri. Pegangannya masih mengerat di tangan Bai Suzhen. Ketika itu, seberkas cahaya melepaskan genggamannya. Jantung Bai Suzhen langsung memompa dua kali lebih cepat.

Kecepatan ini...

Bai Suzhen bangkit, ia mendengar langkah seseorang terseok-seok. Hujan api menjatuhi sekitar tubuhnya. Saat Bai Suzhen menyapukan tangan ke atas untuk membentuk segel air melindungi diri, secercah sinar kebiruan putih muncul. Jantung Bai Suzhen terenyuh.

Mereka berhasil.

"Ternyata kau malah memanfaatkan Cahaya Roh sendiri untuk mentransfer Pusaka Iblis?" geram Hei Suzhen yang melangkah mendekat.

Cepat-cepat Bai Suzhen berdiri. Ia seperti mendapat kekuatan lebih dan bertambah sejak terakhir kali menjadi manusia. Kekuatan ini terasa mimpi dan mustahil. Setelah ia tahu rasanya menjadi manusia selemah apa, ketika ia kembali mendapatkan Pusaka Iblisnya hidup di antara jari-jemarinya lagi, ia seperti kembali mendapatkan dunia.

"Kau yang bodoh. Tapi seharusnya aku berterima kasih karena berkat seranganmu, Xuxian mengolah energi hitam menjadi bentuk baru untuk mendorong Pusaka Iblis dari jantungnya ke jantungku. Terima kasih ya, Xiao Hei."

Seolah tak percaya, Hei Suzhen melotot dan tersenyum kecut. "Kau yang harusnya berterima kasih padaku. Dunia ini sepenuhnya akan menjadi milik Guru."

"Gurumu, bukan Guruku. Pengkhianat."

Hei Suzhen menggeram. Ia maju selangkah dan gerakan cepatnya mengubah diri menjadi ular. Bai Suzhen tahu dia akan melakukan itu. Maka ia terbang ke udara dan dengan cepat berubah menjadi ular putih. Kedua ular itu saling melilit, berdebum di tanah dan sisik-sisik mereka berbenturan mengeluarkan tenaga.

Ekor Hei Suzhen yang mematikan menusuk ke sana kemari, tapi Bai Suzhen menggeliat, mengeluarkan tanduk di kepalanya untuk melawan serangan. Matanya menyala bak es yang beku. Biru dan cerah. Warna yang dibenci Hei Suzhen. Dirinya menggeliat sambil cairan hitam racun keluar dari sisik hijau ungunya. Mengotori tanah dengan cairan racun.

Sisik Bai Suzhen yang putih dan bersih terkena sebagian cairan racun. Tapi ia memiliki energi yang berlawanan dengannya. Bai Suzhen juga tahu penawar racun dari sisik Hei Suzhen apa. Bukan masalah baginya. Hanya saja, tetes-tetes api yang tak berhenti sedikit merepotkan gerakannya. Bai Suzhen sudah tidak punya selendang pedang lagi. Ia tidak bisa bertarung dalam wujud manusia. Ia harus bertahan dalam wujud ular ini.

Namun...

Mendapatkan kekuatan lagi bukan hal yang mudah. Xuxian masih terkapar tak berdaya di tanah. Hanya dilindungi segel air yang tadi dia nyalakan di atas tubuhnya, Xuxian terlindung dari tetes api. Bai Suzhen tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu untuk membunuh adiknya.

Serangan Hei Suzhen dari mulutnya mendorong energi hitam ke muka. Bai Suzhen langsung menepis ke kiri. Tanduknya menyala biru terang. Energi biru di sekitar matanya terkoneksi dengan tanduk. Bai Suzhen berderik. Ekor Hei Suzhen menyambut seruan ancaman itu dan mereka sama-sama menderik seperti lolongan serigala yang siap-siap mati.

Bai Suzhen menyerang lebih dulu. Tanduk bertemu ekor tajam. Energi ungu menekan energi putih. Di atas kepala, Bai Suzhen bisa merasakan tenaga besar Hei Suzhen pesat bagai badai. Bai Suzhen yang baru mendapatkan kekuatannya seharusnya tidak sebanding. Tapi tiba-tiba bayangan wajah Xuxian menerpa ingatan.

"Berjanjilah padaku, Xiao Bai..."

Bai Suzhen harus mendapatkan kembali Xuxian. Ia harus menepati janjinya, entah itu apa. Maka dengan konsentrasi tinggi, Bai Suzhen memusatkan tenaga di jantung, lalu mengerahkan energi putih yang salur-salurnya menarik semua sisik dan tanduk untuk menyala terang. Inti Pusaka Iblis bergetar. Diselubungi energi cahaya yang bertolak belakang, ular Bai Suzhen bergerak, menaik dan mengangkat ekor Hei Suzhen yang langsung pecah seperti kaca.

Hei Suzhen terpental. Dirinya berubah menjadi wanita saat tubuhnya berdebum jatuh ke tanah. Bai Suzhen melihat ini kesempatan yang baik. Ketika Hei Suzhen baru ingin bangkit dengan lemas, mulut ular Bai Suzhen membuka dan cahaya biru putih menerkam Hei Suzhen.

Membunuhnya.

***

Romance Between the White Snake and the PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang