Air dan Api

123 18 6
                                    

Apabila Hasta memandangi air muka ayah nya, Hasta merasa senang. Muka sang ayah bersih karena berkali-kali di cuci kala mengambil air sembahyang.

Dahinya mengkilap karena sering sujud pada tikar sembahyang. Bahkan... Hasta kadang terheran-heran kenapa ayah nya mengambil air sembahyang, meskipun tidak hendak sembahyang. Pernah ia tanyakan, tapi sang ayah hanya tersenyum.

Hingga satu kali ....

Adiknya, Karaja menumpahkan tinta sehingga hampir semua buku Hasta terkena. Bukan main marah nya, seolah-olah hendak ia balikkan saja meja karena amarah.

"Hasta, ambil air sembahyang..."

Hasta menatap ayah nya tak mengerti, "Masih lama waktu Isya ayah..."

"Kerjakan saja apa yang ayah suruh. Karaja ambil lap, sebelum itu kumpulkan buku-buku yang terkena tinta."

Waktu itu Hasta menurut. Dengan hati yang mengkal, Hasta menimba air dan berwudhu.

Air yang dingin itu sejuk menyirami tangannya, mukanya, serta telinganya. Amarah nya seolah-olah tersapu bersih dan dalam ketenangan, Hasta merasa menyesal karena terlanjur marah-marah.

Ia iba hati kala melihat Karaja sendirian membenahi meja yang porak-poranda, pasti tak sengaja Karaja berbuat ceroboh menumpahkan tinta.

Ketika Hasta kembali ke ruang belajarnya, sang ayah berkata, "Buku-buku mu yang terkena tinta, ayah ganti."

Ayah memberiku buku-buku tulis dari persediaannya.

"Nah, tak perlu marah bukan? Marah tidak menyelesaikan persoalan mu. Karaja berbuat itu tidak sengaja, adikmu itu sudah meminta maaf tentunya. Mengapa kau harus marah dan bukan berusaha menyelamatkan buku-buku mu dari kemungkinan terkena tinta?"

Hasta terdiam.

"Marah itu berasal dari setan, dan kamu tau setan itu terbuat dari api, karena itu tentu harus di siram air. Itulah mengapa kamu ayah suruh mengambil air sembahyang..."

Hasta tersenyum, mengulurkan sebelah tangannya lalu mengusap lembut rambut halus Karaja, "Lain kali hati-hati ya, jangan gegabah dan terburu-buru seperti tadi oke..?"

Karaja pula balas tersenyum, lalu mengangguk dan kembali mengucapkan maaf pada sang kakak.


Baswara Hasta Cakrawala as  Taufan
Karaja Sastra Bumantara as  Halilintar

Maaf atas typo yang tidak di sengaja
Sekian.

Air dan ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang