18. Apakah Jarak Akan Mulai Terkikis?

7 1 0
                                    

happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...happy reading...

***


Cindy mengoleskan sedikit pelembab pada wajahnya, dan juga memakaikan bibirnya yang kering dengan lipbalm. Menguncir rambutnya yang tebal dan perlahan mulai memanjang . Menambahkan satu jepitan lucu dengan model kupu-kupu sebagai pemanis.

Seusai bersiap-siap, dia mengambil tas dan sepatu di atas rak. Dengan sedikit terburu memakaikan benda itu ke kedua kakinya, karena di depan pagar sana, Zidan sudah menunggunya sejak lima menit yang lalu.

Selesai dengan sepatu, ia menggendong tas berwarna ungu muda itu dan berteriak dari luar rumah, berpamitan pada orang tuanya. “Ibu, Ayah, Adya jalan, ya! Assalamu’alaikum! “

Kemudian motor Zidan melesat menuju sekolah Cindy, melewati jalan yang sudah bosan dipandangnya, namun hawa di setiap harinya pasti berbeda-beda. Kadang terasa hangat menenangkan, kadang juga terasa dingin yang sedikit tak mengenakkan.

Hari ini hawanya terasa hangat menenangkan, karena matahari dengan warnanya yang indah menyapa bumi. Cindy menggosok-gosok hidungnya yang sudah mulai membaik. Bukan hanya hidungnya, tapi juga dengan seluruh bagian tubuhnya yang sakit beberapa hari ini.

Hingga tak terasa motor Zidan sudah berhenti di depan gerbang sekolah. Cindy turun lalu berpamitan dengan cowok itu. Berjalan santai masuk ke dalam sekolah bersama murid-murid lain yang baru datang.

Sembari melirik sekelilingnya, ramai, dan di antara keramaian itu, ia menemukan satu sosok yang sudah sangat ia rindukan beberapa hari terakhir. Berjalan bersama teman laki-lakinya dengan raut wajah berseri-seri.

Begitu juga dengan keadaan Cindy saat ini, bahkan lebih berseri dari wajah laki-laki itu. Seketika suasana hatinya berubah sembilan puluh sembilan persen, kedua ujung bibirnya naik perlahan ke atas, sehingga terbentuklah senyum penuh kelegaan.

Senyum itu semakin lebar, sampai ia harus menundukkan pandangannya, malu jika terlihat oleh yang lain. Juga tak ingin ketahuan oleh Yudinata yang tiba-tiba melihat ke arahnya.

Perasaan Cindy berbunga-bunga, berbeda jauh dengan hari-hari kemarin, yang jauh dari kata itu. Sampai ia tak tahu lagi bagaimana harus mengucap syukur atas segala harapannya yang terpenuhi.

Saking tak kuasanya menahan bahagia, gadis itu sampai tak fokus dengan jalannya, sehingga menabrak tubuh seseorang. “Eh, maaf, maaf, gue nggak sengaja. “

Cowok yang baru saja ia tabrak itu mengangguk lalu pergi begitu saja, tanpa satu patah kata pun, melengos. Namun Cindy tak begitu peduli, ia kembali melihat Yudinata yang hendak sampai di kelasnya. Begitu pun dengan dirinya.

Datanglah Lain Hari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang