1. Never(not)

7.8K 298 6
                                    

"I hope London's better than I ever could've been,"

Jisung menenteng shopping bag besar berisi bahan makanan buat satu minggu ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung menenteng shopping bag besar berisi bahan makanan buat satu minggu ke depan. Mulai minggu kemarin, pas dia sampai di kota ini, Jisung berkomitmen sama dirinya sendiri buat mulai hidup sehat. Dia bakal kurang-kurangin junk food dan mulai rajin olahraga. Karena dia gampang lemes akhir waktu, dia juga mulai minum vitamin ini-itu.

Pas pintu lift kebuka, Jisung masuk dan dia ngerasa agak sesak sama bau keringat dua cowok berbadan besar-besar yang kelihatannya baru balik dari gym. Setau Jisung apartemennya emang nyedian tempat gym buat penyewa tahunan. Berarti dia besok bisa olahraga di sana, pikirnya.

Lorong apart tempatnya tinggal selalu sepi kecuali di pagi sama malam hari. Emang apartemen ini terkenal diambil sama orang-orang sibuk, mulai dari artis, pejabat sampai ani-ani. Ani-ani sibuk ngapain? Arisan sosialita. Soalnya kalo udah bisa tinggal di sini artinya tuh Ani-ani udah punya sugar daddy yang royal dan kaya. Sorry-sorry, pembahasannya jadi kemana-mana gini. By the way, Jisung tau soal Ani-ani bukan karena dia salah satunya, ya! Tapi karena ada kenalannya yang Ani-ani dari zaman kuliah.

Jisung rapatin cardigan biru langitnya, udara dingin kian peluk dia erat. Katanya sebentar lagi salju turun. Dia jalan cepet-cepet, lalu berbelok ke kanan dan dia udah bisa lihat pintu unitnya. Juga seorang cowok berbalut pakaian serba hitam. Langkah Jisung sempat terhenti. Jisung kira dia halusinasi, tapi semakin dia dekat, semakin Jisung yakin bahwa cowok yang lagi berdiri di depan pintunya adalah cowok yang dia kenal, dari negaranya, dari kotanya. Cowok yang ingin dia hindari sampai buru-buru pindah ke luar negeri.

"Chenle?" panggil Jisung, pelan. Masih berharap dia salah. Semoga cowok emo itu cuma tukang yang dipanggil sama yang punya buat perbaiki penghangat ruangan Jisung yang mati-hidupnya tergantung amalan.

Doa Jisung nggak diijabah Tuhan. Lihat, sekarang Chenle menoleh ke arahnya dengan senyuman tipis.

Chenle lepasin koper mininya, lalu dengan langkah lebar hampirin Jisung. Dia memeluk Jisung erat, benamin kepalanya di leher jenjang Jisung. "I miss you, Sugar," bisiknya di sana.

Jisung membeku tanpa bales pelukan Chenle. "Chenle, lepas," pintanya, tapi dekapan Chenle makin erat. Jisung nge-blank bentar.

"How have you been, Sweetie?" Chenle renggangin pelukannya. Satu tangan di pipi Jisung. Pas Chenle mau maju dan kecup pipi Jisung, cowok di depannya itu langsung mundur sambil dorong dadanya.

"Kamu kenapa bisa di sini?" Jisung keliatan geram. "Gimana kalo sampe media tau, Chenle?! Hah?!" Cowok itu cepet-cepet buka pintu apartnya, terus tarik Chenle masuk.

Jisung langsung tutup pintu setelah Chenle masuk sama kopernya. Dia berbalik, natap Chenle. "Kamu nggak baca chat—mmmh!" Omongannya belum selesai, tapi Chenle langsung cium bibir Jisung.

Promise, Chenji OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang