Merenung sejenak memikirkan apa yang harus ku makan siang ini. Bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu, di dalam kelas hanya menyisakan ku sendiri menunduk dengan berbagai pilihan menu di pikiran.
Setelah aku putuskan untuk melewatkan makan siang. Aku berdiri dan membereskan barang barang, ku pikir membolos di jam pelajaran selanjutnya tak akan jadi masalah. Toh mereka tidak akan menyadarinya.
(Author POV)
Kim Dokja melangkahkan kakinya menuju parkiran dengan santai, tas yang terlihat tidak berat tersampir disalah satu lengannya. Dengan bersenandung kecil dia melewati segerombolan murid yang langsung mengalihkan atensi kepadanya. Salah satu murid berperawakan mungil menghadang jalannya " aku tidak pernah melihat laki2 secantik dirimu sebelumnya" dia memandang tertarik dan kemudian bertanya (memerintah) "beritahu siapa namamu?" Kim Dokja diam dan memandang aneh kearah anak didepannya "apa kau tidak bisa membaca" menjawab dengan menunjuk jahitan nama yang tertempel di dada kiri Kim Dokja.Anak berbadan besar ikut mendekat kearah dua orang yang terlihat saling menyepelekan "anak baru! Aku haus belikan aku minum" Kim Dokja menyipitkan matanya, ini adalah hari keempat dia bersekolah disini kenapa masalah harus menghampirinya. Dengan santai Kim Dokja menengadahkan tangan dengan isyarat meminta uang. "heh! Apa kau pikir aku akan memberi uang? Pakai uang mu dan belikan kami minuman, aku memberimu waktu 5 menit ingat! Aku akan menghajarmu jika tidak tepat waktu!" anak laki2 itu membentak dan mengancam namun Kim Dokja tetap diam dan pergi begitu saja.
Matahari berada tepat diatas kepala ketika Kim Dokja melangkahkan kaki melewati gerbang sebuah rumah mewah dengan taman dan kolam berada disisi kanan kiri jalan yang menuju sebuah pintu besar tinggi dengan ukiran mewah. "selamat siang tuan muda" dua pelayan perempuan menyapanya dan sedikit anggukan Kim Dokja menuju kamarnya.
Hal pertama yang Kim Dokja lihat saat membuka pintu kamarnya adalah yah berantakan, hancur tak bersisa dengan seorang laki2 yang duduk bersantai ditengah2 ranjangnya " OPPA" tersentak kaget, dia menyunggingkan seyumannya " adikku yang manis kemari, aku memberimu kabar baik" dengan senyuman melebar menunjukkan deretan gigi "aku akan tinggal bersamamu dalam setahun ini" Kim Dokja? Yah tentu saja dia membuang topeng dinginnya dan langsung berteriak tak terima melempar apa saja yang ada didekatnya untuk mengusir Oppa sialannya.
(Kim Dokja POV)
'sialan kenapa sialan itu yang sialnya adalah oppa ku harus menyusul kemari? Kebohongan besar apa yang dia ajukan hingga ayah dan ibu memberinya izin kemari! Aahhhhh kenapa oppa berengsek itu sampai disini! Sial sialan arrgghhh' aku terus berteriak (dalam hati) dan membawa cepat langkahku kedapur aku lapar, ingat? Aku melewatkan makan siang hari ini. Tiga orang pelayan sedang menyiapkan makan malam aku berbalik menuju meja makan, sebentar lagi pasti akan tersaji berbagai menu kesukaan ku aku yakin. Dengan mengembangkan senyum aku mulai bermain ponsel.(Author POV)
Hari telah berlalu. Dengan santai Kim Dokja membawa langkah ringan menuju kelas tampak dia sedang berpikir 'yang pendek kemarin berambut putih lalu yang agak besar hhmmm wukong. Aku harus menghindari mereka demi kelangsungan hidupku yang damai' Kim Dokja terus berpikir sambil menganggukkan kepala sesekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/354207463-288-k320519.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng Kim Dokja
Teen FictionSebenarnya kita sama karakter bukan milik saya cerita hanya karangan saya belaka tidak bermaksud mengambil karakter