BAB 35: Berkunjung

13 4 0
                                    

"Jadi gini guys, kita harus nyiapin stand dan nentuin kita mau jual apa?" Ujar Adryan selaku ketua kelas.

Adryan bersikap seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa kemarin.

"Kita jual diri aja gimana?" Nindi memberikan usulan.

"Anjir." Vania mengumpat pelan tapi setelah itu ia tertawa.

"Usulan Nindi diluar nalar."

"Gimana kalau kalau lo yang jualan angkringan aja." Laura memberikan usulan.

Adryan tak menatap Laura, ia hanya bergumam.

Laura merasa tak enak hati karena perlakuan Adryan padanya.

Laura tak ingin menyerah semudah itu setelah berbagai sikap Adryan yang memberikan ia harapan. Tapi sikap Adryan padanya sekarang seolah mengusirnya secara halus.

Laura harus sadar diri kalau bukan dia yang Adryan inginkan. Laura juga harus menjauh, bukannya mengejar.

"Iya, Yan. Angkringan lo enak. Ntar gue bantu makanin." Zayden menimpali.

"Boleh, tapi bayar dulu."

Adryan menatap Trio Bambu. "Kalian bertiga mau jualan apa?"

"Gak mau, gue, Bella sama Verra mau jalan-jalan aja liatin adek-adek cogan. Iya gak?" Vania mengedipkan matanya ke arah Bella dan Verra.

Adryan menghela nafas panjang.

Di meja belakang, Jovan menyenggol lengan Daniel.

Nindi mengangkat tangannya.

"Gak, Nin. Usulan lo diluar nalar!" Adryan langsung memotong kalimat Nindi yang belum sempat keluar.

"Adryan trauma gara-gara Nindi." Celutuk Vares.

"Gue, Laura, Nindi sama Wulan mau jualan teh es aja deh. Jadi lo makanannya kami jual minumannya. Gak usah banyak-banyak yang penting ada partisipasinya. Gimana?" Rara memberikan usulan.

"Biar hemat budget juga, Yan." Wulan menimpali.

Adryan mengangguk setuju.

"Ini pakai uang kas atau uang pribadi?" Adryan bertanya ke kelompok Rara.

"Uang pribadi aja, biar gak repot."

Adryan mengangguk-angguk. "Setuju gak semuanya?"

"Setuju!"

Bazar diadakan untuk memeriahkan kompetisi futsal tingkat SMP se-kabupaten. Selain itu acara ini juga diakan untuk mempromosikan sekolah karena sudah memasuki semester 2.

Trio Bambu kembali duduk di meja mereka. Tapi Vania dan Verra balik badan menghadap Bella yang duduk di belakang mereka.

"Nanti kalau ada adek ganteng langsung gue datengin. Gue langsung confess. 'I have crush on you, Dek! Lo harus jadi ayang gue!' Biar kayak si itu." Bella menggoda Vania.

"Affah iyya, Dek?" Daniel menyahut dari belakang.

Bella yang tadinya tertawa tiba-tiba terdiam. Bella menatap ke belakang, tepat ke arah enam pemuda itu duduk.

"Apaan?"

Daniel membuang muka. "Gak apa-apa."

Bella mengerucutkan bibirnya sambil menghadap ke depan, ke arah Vania dan Verra yang menahan senyum.

Bella mengambil sebuah buku novel yang sudah lama ia beli tapi belum dia selesaikan membaca.

Niat hati ingin menggoda Vania, malah dia yang kena.

DIARY WITH DANIEL [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang