8. Mad

328 28 1
                                    

𝑉𝑜𝑡𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑒𝑛𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑢𝑝𝑎~

Manik biru Arez menatap Archduke Laurence yang berada di depannya sedang menyesap teh. "Bisakah Anda berhenti menatap saya Duke Muda Northen..." Archduke Severian Ralph Laurence, merasa jengah ditatap lekat-lekat mulai dari awal pembicaraan hingga sekarang, waktu istirahat. "Begitu juga dengan Grand Duke Werber" sinis Severian melirik Grand Duke di sampingnya.

"Tidak pernah lihat orang tampan ya?" Tanya Severian merasa sangat jengah karena mata dari dua orang sekitarnya masih tidak lepas padanya.

"Pernah, mungkin lebih dari seribu kali" balas pria bernama lengkap Vincent Elzer Werber masih tak melepas pandangannya. "Benarkah? Dimana pria-pria tampan itu?" Tanya Severian geram seolah-olah mendengar peringatan bencana.

Bisa gawat jika lady-nya melihat takutnya malah berpaling lagi. Pikir Severian. "Di cermin" jawab Vincent enteng sedang dua pria lainnya hanya menahan emosi mereka.

"Wah sepertinya mata Anda sudah rabun ya alangkah baiknya segera periksa ke dokter sebelum lebih parah" ucap Severia menahan gertakan giginya. Tatapan Arez kini beralih pada Vincent dan sambil tersenyum ia berkata, "Apa yang dikatakan Archduke Laurence sangatlah benar. Alangkah baiknya Anda segera periksa ke dokter sebelum terlambat takutnya malah menggangu pekerjaan Anda".

Vincent menatap tidak percaya kedua orang di sekitarnya. "Anda menasihati saya Duke Muda? Menasihati seorang Grand Duke?". Dengan percaya diri Arez membalas dengan singkat dan padat "Ya".

"Ck, dibanding menasihati diriku kau tidak ingin menasihati orang di sampingku? Dia lebih butuh nasihat agar belajar kembali aturan-aturan memanggil orang di Kekaisaran ini" jelas Vincent, seakan mendapatkan apa yang dipertanyakan di dalam kepalanya, Arez langsung beralih pada sang Archduke.

"Dan jangan lupa ajari adik perempuanmu satu-satunya untuk berpakaian yang benar, dia benar-benar mencoreng nama keluarga Northen" imbuh Vincent sinis.

———————————————————————————————————————

"Ellera!"

Arez mendobrak pintu kamar si bungsu dengan penuh amarah. Melihat sang adik yang tengah berbaring santai sambil menatap seolah mengatakan 'apa?' membuat amarah Arez kian memuncak. "Kau masih bisa bersantai dengan gaun memalukan itu setelah apa yang terjadi hah!" Seru Arez penuh penekanan.

"Menurutmu?" Balas Ellera acuh tak acuh. "Sepertinya setelah ini kau tidak akan bisa bersantai lagi" perkataan itu hanya dibalas Ellera dengan menaikkan satu alisnya saja.

Arez bergegas menuju closet, Ellera yang awalnya berbaring kini bangkit mengejar sang kakak, melihat apa yang akan dilakukan Arez.

Arez mendelik melihat pelayan Ellera sedang beres-beres di closet, "Ambil gunting sekarang!" Perintahnya.

Ellera semakin bingung ketika mendengar perintah Arez, "Kakak! Apa yang sedang kau lakukan?!" Serunya. Gadis itu mencoba menghentikan sang kakak ketika pelayannya memberikan gunting seperti yang dimintanya.

"Kak Arez hentikan! Aku mohon hentikan!" Pinta Ellera memandang gaun-gaun cantiknya diguntingin oleh Arez. "Jika begini saja kau baru kalang kabut, kemana saja kekhawatiranmu itu saat berhadapan dengan Yang Mulia Archduke dan Grand Duke tadi hah!!" Bentak Arez membuang gaun yang ada di genggamannya.

'Tahan Ellera tahan lakukanlah seperti biasa'

Ellera menatap gaun-gaunnya yang ada di lantai beralih pada mata Arez yang melotot. Deja vu. "E-emang kenapa?" Tanya Ellera gugup, ia teringat dengan tatapan kakak pertamanya.

The Archduke Wants an Antagonist to be His WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang